BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep
Medis
1.
Pengertian
Hepatomegali
(Pembesaran Hati) adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai
jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba,
penimbunan lemak (fatty liver), penyakit keganasan seperti leukemia, kanker
hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis). Keluhan dari
hepatomegali ini gangguan dari sistem pencernaan seperti mual dan muntah, nyeri
perut kanan atas, kuning bahkan buang air besar hitam. Pengobatan pada kasus
hepatomegali ini berdasarkan penyebab yang mendasarinya.
2.
Anatomi
Fisiologi
Hati
terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan.
Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006).
Hati
merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati
terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen
anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral
oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap
lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang
terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena
sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang
dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price,
2006).
Sistem
biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil
dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris
membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus
biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
a.
Fungsi vaskular untuk menyimpan dan
menyaring darah. Ada dua macam aliran darah pada hati, yaitu darah portal dari
usus dan darah arterial, yang keduanya akan bertemu dalam sinusoid. Darah yang
masuk sinusoid akan difilter oleh sel Kupffer.
b.
Fungsi metabolik. Hati memegang peran
penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin (Guyton, 2003).
c.
Fungsi ekskretorik. Banyak bahan
diekskresi hati di dalam empedu,
seperti bilirubin, kolesterol, asam
empedu, dan lain-lain.
d.
Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber
albumin plasma; banyak globulin plasma, dan banyak protein yang berperan dalam
hemostasis (Chandrasoma, 2006).
3.
Etiologi
Penyebab yang sering ditemukan:
a.
Alkoholisme
b.
Hepatitis A
c.
Hepatitis B
d.
Gagal jantung kongestif (CHF, congestive
heart failure)
e.
Leukemia
f.
Neuroblastoma
g.
Karsinoma hepatoseluler
h.
Intoleransi fruktosa bawaan
i.
Penyakit penimbunan glikogen
j.
Tumor metastatic
k.
Sirosis bilier primer
l.
Sarkoidosis
m. Sindroma
hemolitik-uremik.
4.
Patofisiologi
Faktor-faktor
resiko seperti rokok jamur, kelebihan zat dan infeksi virus hepatitis B serta
alcohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak serta menimbulkan reaksi
hiperplastik yang menyebapkan neoplastik hepatima yang mematikan sel-sel hepar
dan mengakibatkan pembesaran hati. Hepatomegali dapat mengakibatkan infasi
pembuluh darah yang mengakibatkan obstruksi vena hepatica sehingga menutup vena
porta yang mengakibatkan menurunnya produksi albumin dalam darah (hipoalbumin)
dan mengakibatkan tekanan osmosis meningkatkan tekanan osmosis meningkat yang
mengakibatkan cairan intra sel keluar ke ekstrasel dan mengakibatkan udema.
Menutupnya vena porta juga dapat mengakibatkan ansietas. Hepatomegali juga
dapat mengakibatkan vaskularisasi memburuk, sehingga mengakibatkan nekrosis
jaringan. Hepatomegali dapat mengakibatkan proses desak ruang, yang mendesak
paru, sehingga mengakibatkan sesak, proses desak ruang yang melepas mediator
radang yang merangsang nyeri.
5.
Tanda
Dan Gejala
Hati
yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika pembesarannya
hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh.
Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba. Tanda
dan gejala yang lain berupa:
a.
Umumnya tanpa keluhan
b.
Pembesaran perut
c.
Nyeri perut pada epigastrium/perut kanan
atas
d.
Nyeri perut hebat, mungkin karena ruptur
hepar
e.
Ikterus
f.
Sering disertai kista ginjal
6.
Pemeriksaan
Diagnostik
Ukuran
hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik. Jika
hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak,
sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu. Hati akan teraba
keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan
yang nyata biasanya diduga suatu kanker.
Pemeriksaan
lainnya yang bisa dilakukan untuk membantu menentukan penyebab membesarnya hati
adalah:
a.
Rontgen perut
b.
CT scan perut
c.
Tes fungsi hati.
Uji
|
Normal
|
Makna klinis
|
Bilirubin serum terkonjugasi
|
0,1-0,3 mg/dl
|
Meningkat bila terjadi gangguan ekskresi bilirubin
terkonjugasi.
|
Bilirubin serum tak terkonjugasi
|
0,2-0,7 mg/dl
|
Meningkat pada hemolitik.
|
Bilirubin serum total
|
0,3-1,0 mg/dl
|
Meningkat pada penyakit hepatoseluler.
|
Bilirubin urine
|
0
|
Mengesankan adanya obstruksi pada sel hati
|
Urobilinogen urine
|
1,0-3,5 mg/24jam
|
Berkurang pada gangguan ekskresi empedu, gangguan
hati.
|
Enzim SGOT
|
5-35 unit/ml
|
Meningkat pada kerusakan hati.
|
Enzim SGPT
|
5-35 unit/ml
|
Meningkat pada kerusakan hati
|
Enzim LDH
|
200-450 unit/ml
|
Meningkat pada kerusakan hati
|
Fosfatase alkali
|
30-120 IU/L
|
Meningkat pada obtruksi biliaris.
|
7.
Penatalaksanaan
a.
Terapi umum
1)
Istirahat
2)
Diet
3)
Medikamentosa
4)
Obat pertama
5)
Obat alternative
b.
Terapi komplikasi
1)
Ruptur : pembedahan
2)
Kista terinfeksi : pasang drainase
c.
Pembedahan
1)
Pembedahan
2)
Operasi pintas porto-cava
3)
Aspirasi cairan (bila kista besar)
4)
Skleroterapi (bila ada perdarahan
varises)
5)
Transplantasi hati
8.
Komplikasi
Orang
yang hatinya rusak karena pembentukan jaringan parut (sirosis), bisa
menunjukkan sedikit gejala atau gambaran dari hepatomegali. Beberapa
diantaranya mungkin juga mengalami komplikasi, yaitu:
a.
Hipertensi portal dengan pembesaran
limpa
b.
Asites (pengumpulan cairan dalam rongga
perut)
c.
Gagal ginjal sebagai akibat dari gagal
hati (sindroma hepatorenalis)
d.
Kebingungan (gejala utama dari
ensefalopati hepatikum) atau kanker hati (hepatoma).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak /
berjalan, kram otot perut. Tidak banyak aktivitas karena nyeri di perutnya.
b.
Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi,
kebas, takikardi, perubahan tekanan darah
c.
Integritas Ego : Stress, ansietas
d.
Eliminasi : Perubahan pola berkemih sulit BAB, BAK
sedikit.
e.
Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak
mengikuti diet, penambahan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
f.
Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas
kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
g.
Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri pada perut
kanan atas (sedang / berat)
h.
Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergangung adanya infeksi / tidak)
i.
Keamanan : Kulit kering, gatal.
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Marylinn E. 2000,
hal : 1000 – 1010 diagnosa
keperwatan meliputi :
a.
Nyeri (Akut)
berhubungan dengan proses penyakit (kompresi / destruksi jaringan syaraf,
infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jenis saraf, inflamasi)
efek samping berbagai agen terapi saraf.
b.
Perubahan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan permetabolik berkenaan
dengan kanker, konsekuensi kemoteapi radiasi. Pembedahan misalnya anoreksia,
iritasi lambung, mual.
c.
Resiko
tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa G1 dari kemoterapi
atau terapi rdiasi. Malabsorbsi lemah, Masukan cairan buruk, diet rendah bulk,
kurang latihan, penggunaan opiat / narkotik.
d.
Keletihan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan
energi, kebutuhan psikologis / emosional. berlebihan, perusahaan kimia, tubuh,
efek samping obat-obatan kemoterapi.
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
a.
Nyeri (Akut)
berhubungan dengan proses penyakit (kompresi / destruksi jaringan syaraf,
infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jenis saraf, inflamasi)
efek samping berbagai agen terapi saraf.
Tanda :
1)
Keluhan
Nyeri.
2)
Distraksi
atau perilaku berhati-hati.
3)
Respons
autonomik, gelisah.
Kriteria Hasil :
1)
Melaporkan
penghilangan nyeri maksimal.
2)
Mengikuti
aturan farmakologis yang ditentukan.
Intervensi :
1)
Tentukan
riwayat nyeri.
2)
Evaluasi
atau sadari terapi tertentu
misal : pembedahan radiasi, kemoterapy.
3)
Berikan
tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
4)
Dorong
penggunaan manajemen nyeri (misal teknik relaksasi, virudisasi).
5)
Evaluasi
penghilangan nyeri / kontrol.
6)
Berikan analgetik
sesuai indikasi.
b.
Perubahan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan permetabolik berkenaan
dengan kanker, konsekuensi kemoteapi radiasi. Pembedahan misalnya anoreksia,
iritasi lambung, mual.
Tanda :
1)
Keluhan
masukan tidak adequat, kehilangan minat pada makanan.
2)
Berat badan
20 % lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi
dan bentuk tubuh.
3)
Diare /
konstipasi.
Kriteria Hasil :
1)
Mendemonstrasikan
berat badan stabil penambahan berat badan.
2)
Pengungkapan
pemahaman pengaruh individu antara lain pada masukan adekuat.
Intervensi :
1)
Pantau
masukan makanan setiap hari
2)
Ukur tinggi,
berat badank dan ketebalan lipatan kulit trisep, timbang berat badan setiap
hari atau sesuai indikasi.
3)
Dorong
pasien untuk makan diet tinggi kaya nutrien dengan masukan cairan adequat.
4)
Dorong
penggunaan suplemen dan makan sering /lebih sedikit yang dibagi-bagi selama
hari.
5)
Nilai diet
sebelumnya dan segera setelah pengobatan.
6)
Berikan
cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makan.
7)
Tinjau ulang
pemeriksaan laboratorium sesuai indiaksi.
8)
Berikan obat
sesuai indikasi.
c.
Resiko
tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa G1 dari kemoterapi
atau terapi rdiasi. Malabsorbsi lemah, Masukan cairan buruk, diet rendah bulk,
kurang latihan, penggunaan opiat / narkotik.
Kriteria hasil :
1)
Mempertahankan
konsistensi / pola defekasi umum.
2)
Mengungkapkan
pemahaman tentang faktor dan intervensi yang tepat berkenaan dengan situasi
individu.
Intervensi :
1)
Pastikan
kebiasaan eliminasi umum.
2)
Kaji bising
usus dan pantau / catat gerakan usus.
3)
Pantau
masukan dan haluaran serta berat badan.
4)
Dorong
masukan cairan adekuat (Mis, 2000 ml / 24 jam)
peningkatan serat diet.
5)
Berikan
makan sedikit dan sering dengan makanan rendahnya mempertahankan kebutuhan
karbohidrat dan protein.
6)
Pastikan
diet yang tepat.
d.
Keletihan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan
energi, kebutuhan psikologis / emosional. berlebihan, perusahaan kimia, tubuh,
efek samping obat-obatan kemoterapi.
Tanda,
Gejala :
1)
Kekurangan
energi yang tidak terpenuhi berulang / berlebihan.
2)
Penurunan
kinerja.
Kriteria Hasil :
1)
Melaporkan
perbaikan rasa berenergi.
2)
Melakukan AKS dan berpartisipasi
dalam aktivitas yang
diinginkan pada tingkat kemampuan.
Intervensi :
1)
Rencanakan
perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
2)
Libatkan
pasien / orang terdekat dalam jadwal perencanaan.
3)
Dorong
pasien melakukan apa saja bila mungkin.
4)
Pantau
repons fisiologis terhadap aktivitas misal : (Perubahan TD atau frekuensi
jantung.
5)
Berikan O2
suplemen sesuai indikasi.
(Doenges,
2000 ; 1000-1010)
4.
Implementasi
Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya
untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan
masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi,
memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana
Asuhan Keperawatan)
5.
Evaluasi
Keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah
mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan
bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Pada tahap akhir
proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang
diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi
merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan
hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi
keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu
pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas
efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak
terjadi, intoleransi aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 2004, Proses Keperawatan)
No comments:
Post a Comment