Wednesday, 20 December 2017

KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Konsep Medis
1.         Pengertian
Hepatomegali (Pembesaran Hati) adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba, penimbunan lemak (fatty liver), penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis). Keluhan dari hepatomegali ini gangguan dari sistem pencernaan seperti mual dan muntah, nyeri perut kanan atas, kuning bahkan buang air besar hitam. Pengobatan pada kasus hepatomegali ini berdasarkan penyebab yang mendasarinya.
2.         Anatomi Fisiologi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlVCGScPvmESBSX2_WvVubBFbPGRqddUEzlkNhT839R5hQ6ss_NXbOl1RkXfJ1OgQCl_IJPznbIgqNa6oiT09-3RLFbgk9kGkBEWA-AnjczU5oGXd9ApcAseOx4Ilrz21qtE9cA6T2MqYu/s320/hepatomegali.jpg
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006).
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006).
Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
a.         Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah. Ada dua macam aliran darah pada hati, yaitu darah portal dari usus dan darah arterial, yang keduanya akan bertemu dalam sinusoid. Darah yang masuk sinusoid akan difilter oleh sel Kupffer.
b.        Fungsi metabolik. Hati memegang peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin (Guyton, 2003).
c.         Fungsi ekskretorik. Banyak bahan diekskresi hati di dalam empedu,
seperti bilirubin, kolesterol, asam empedu, dan lain-lain.
d.        Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber albumin plasma; banyak globulin plasma, dan banyak protein yang berperan dalam hemostasis (Chandrasoma, 2006).
3.         Etiologi
Penyebab yang sering ditemukan:
a.         Alkoholisme
b.        Hepatitis A
c.         Hepatitis B
d.        Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure)
e.         Leukemia
f.         Neuroblastoma
g.        Karsinoma hepatoseluler
h.        Intoleransi fruktosa bawaan
i.          Penyakit penimbunan glikogen
j.          Tumor metastatic
k.        Sirosis bilier primer
l.          Sarkoidosis
m.      Sindroma hemolitik-uremik.
4.         Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti rokok jamur, kelebihan zat dan infeksi virus hepatitis B serta alcohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak serta menimbulkan reaksi hiperplastik yang menyebapkan neoplastik hepatima yang mematikan sel-sel hepar dan mengakibatkan pembesaran hati. Hepatomegali dapat mengakibatkan infasi pembuluh darah yang mengakibatkan obstruksi vena hepatica sehingga menutup vena porta yang mengakibatkan menurunnya produksi albumin dalam darah (hipoalbumin) dan mengakibatkan tekanan osmosis meningkatkan tekanan osmosis meningkat yang mengakibatkan cairan intra sel keluar ke ekstrasel dan mengakibatkan udema. Menutupnya vena porta juga dapat mengakibatkan ansietas. Hepatomegali juga dapat mengakibatkan vaskularisasi memburuk, sehingga mengakibatkan nekrosis jaringan. Hepatomegali dapat mengakibatkan proses desak ruang, yang mendesak paru, sehingga mengakibatkan sesak, proses desak ruang yang melepas mediator radang yang merangsang nyeri.
5.         Tanda Dan Gejala
Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba. Tanda dan gejala yang lain berupa:
a.         Umumnya tanpa keluhan
b.        Pembesaran perut
c.         Nyeri perut pada epigastrium/perut kanan atas
d.        Nyeri perut hebat, mungkin karena ruptur hepar
e.         Ikterus
f.         Sering disertai kista ginjal
6.         Pemeriksaan Diagnostik
Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik. Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu. Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan yang nyata biasanya diduga suatu kanker.
Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah:
a.         Rontgen perut
b.        CT scan perut
c.         Tes fungsi hati.
Uji
Normal
Makna klinis
Bilirubin serum terkonjugasi
0,1-0,3 mg/dl
Meningkat bila terjadi gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi.
Bilirubin serum tak terkonjugasi
0,2-0,7 mg/dl
Meningkat pada hemolitik.
Bilirubin serum total
0,3-1,0 mg/dl
Meningkat pada penyakit hepatoseluler.
Bilirubin urine
0
Mengesankan adanya obstruksi pada sel hati
Urobilinogen urine
1,0-3,5 mg/24jam
Berkurang pada gangguan ekskresi empedu, gangguan hati.
Enzim SGOT
5-35 unit/ml
Meningkat pada kerusakan hati.
Enzim SGPT
5-35 unit/ml
Meningkat pada kerusakan hati
Enzim LDH
200-450 unit/ml
Meningkat pada kerusakan hati
Fosfatase alkali
30-120 IU/L
Meningkat pada obtruksi biliaris.

7.         Penatalaksanaan
a.         Terapi umum
1)        Istirahat
2)        Diet
3)        Medikamentosa
4)        Obat pertama
5)        Obat alternative
b.        Terapi komplikasi
1)        Ruptur : pembedahan
2)        Kista terinfeksi : pasang drainase
c.         Pembedahan
1)        Pembedahan
2)        Operasi pintas porto-cava
3)        Aspirasi cairan (bila kista besar)
4)        Skleroterapi (bila ada perdarahan varises)
5)        Transplantasi hati
8.         Komplikasi
Orang yang hatinya rusak karena pembentukan jaringan parut (sirosis), bisa menunjukkan sedikit gejala atau gambaran dari hepatomegali. Beberapa diantaranya mungkin juga mengalami komplikasi, yaitu:
a.         Hipertensi portal dengan pembesaran limpa
b.        Asites (pengumpulan cairan dalam rongga perut)
c.         Gagal ginjal sebagai akibat dari gagal hati (sindroma hepatorenalis)
d.        Kebingungan (gejala utama dari ensefalopati hepatikum) atau kanker hati (hepatoma).

B.       Konsep Dasar Keperawatan
1.         Pengkajian
a.         Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot perut. Tidak banyak aktivitas karena nyeri di perutnya.
b.        Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, takikardi, perubahan tekanan darah
c.         Integritas Ego : Stress, ansietas
d.        Eliminasi : Perubahan pola berkemih sulit BAB, BAK sedikit.
e.         Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penambahan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
f.         Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
g.        Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri pada perut kanan atas (sedang / berat)
h.        Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
i.          Keamanan : Kulit kering, gatal.
2.         Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Marylinn E. 2000, hal : 1000 1010 diagnosa keperwatan meliputi :
a.         Nyeri (Akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi / destruksi jaringan syaraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jenis saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf.
b.        Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan permetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensi kemoteapi radiasi. Pembedahan misalnya anoreksia, iritasi lambung, mual.
c.         Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa G1 dari kemoterapi atau terapi rdiasi. Malabsorbsi lemah, Masukan cairan buruk, diet rendah bulk, kurang latihan, penggunaan opiat / narkotik.
d.        Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi, kebutuhan psikologis / emosional. berlebihan, perusahaan kimia, tubuh, efek samping obat-obatan kemoterapi.
3.         Rencana Asuhan Keperawatan
a.         Nyeri (Akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi / destruksi jaringan syaraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jenis saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf.
Tanda :
1)        Keluhan Nyeri.
2)        Distraksi atau perilaku berhati-hati.
3)        Respons autonomik, gelisah.
Kriteria Hasil :
1)        Melaporkan penghilangan nyeri maksimal.
2)        Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan.
Intervensi :
1)        Tentukan riwayat nyeri.
2)        Evaluasi atau sadari terapi tertentu misal : pembedahan radiasi, kemoterapy.
3)        Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
4)        Dorong penggunaan manajemen nyeri (misal teknik relaksasi, virudisasi).
5)        Evaluasi penghilangan nyeri / kontrol.
6)        Berikan analgetik sesuai indikasi.
b.        Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan permetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensi kemoteapi radiasi. Pembedahan misalnya anoreksia, iritasi lambung, mual.
Tanda :
1)        Keluhan masukan tidak adequat, kehilangan minat pada makanan.
2)        Berat badan 20 % lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi
dan bentuk tubuh.
3)        Diare / konstipasi.
Kriteria Hasil :
1)        Mendemonstrasikan berat badan stabil penambahan berat badan.
2)        Pengungkapan pemahaman pengaruh individu antara lain pada masukan adekuat.
Intervensi :
1)        Pantau masukan makanan setiap hari
2)        Ukur tinggi, berat badank dan ketebalan lipatan kulit trisep, timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
3)        Dorong pasien untuk makan diet tinggi kaya nutrien dengan masukan cairan adequat.
4)        Dorong penggunaan suplemen dan makan sering /lebih sedikit yang dibagi-bagi selama hari.
5)        Nilai diet sebelumnya dan segera setelah pengobatan.
6)        Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makan.
7)        Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indiaksi.
8)        Berikan obat sesuai indikasi.
c.         Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa G1 dari kemoterapi atau terapi rdiasi. Malabsorbsi lemah, Masukan cairan buruk, diet rendah bulk, kurang latihan, penggunaan opiat / narkotik.
Kriteria hasil :
1)        Mempertahankan konsistensi / pola defekasi umum.
2)        Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi yang tepat berkenaan dengan situasi individu.
Intervensi :
1)        Pastikan kebiasaan eliminasi umum.
2)        Kaji bising usus dan pantau / catat gerakan usus.
3)        Pantau masukan dan haluaran serta berat badan.
4)        Dorong masukan cairan adekuat (Mis, 2000 ml / 24 jam) peningkatan serat diet.
5)        Berikan makan sedikit dan sering dengan makanan rendahnya mempertahankan kebutuhan karbohidrat dan protein.
6)        Pastikan diet yang tepat.
d.        Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi, kebutuhan psikologis / emosional. berlebihan, perusahaan kimia, tubuh, efek samping obat-obatan kemoterapi.
Tanda, Gejala :
1)        Kekurangan energi yang tidak terpenuhi berulang / berlebihan.
2)        Penurunan kinerja.
Kriteria Hasil :
1)        Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
2)        Melakukan    AKS  dan    berpartisipasi    dalam  aktivitas   yang
diinginkan pada tingkat kemampuan.
Intervensi :
1)        Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
2)        Libatkan pasien / orang  terdekat dalam jadwal  perencanaan.
3)        Dorong pasien melakukan apa saja bila mungkin.
4)        Pantau repons fisiologis terhadap aktivitas misal : (Perubahan TD atau frekuensi jantung.
5)        Berikan O2 suplemen sesuai indikasi.
(Doenges, 2000 ; 1000-1010)
4.         Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
5.         Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intoleransi aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 2004, Proses Keperawatan)





No comments:

Post a Comment