BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang
sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita saat ini .Semakin maju
teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera
masyarakat.Hal ini tentu saja di pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu
sendiri. Semenjak umat manusia
menghuni planet bumi ini sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalak
kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh factor lingkungan hidup
yang ada disekitar mereka.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak
setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini
hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok,
berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan
menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan.
GBHN mengamanatkan agar dapat
dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan
peran serta masyarakat.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah
upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon
genggam,telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan
informasi KB.Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayiserta pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak.
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
Penulisan
1. Meningkatkan
kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya
upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam
lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita,serta di sekolah
TK.
3. Meningkatnya
jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,ibu menyusui,
bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya
kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruhanggotanya untuk
mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutamamelalui
peningkatan peran ibu dalam keluarganya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Pencegahan Penyakit
Secara umum pencegahan atau prevention
dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang
diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat
dihindari. Pencegahan atau prevention
dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to come before or procede) atau
mengantisipasi (to anticipate) yang menyebabkan sesuatu proses tidak mungkin
berkembang lebih lanjut. Jadi namanya pencegahan akan memerlukan tindakan
antipatif (anticipatory action) berdasarkan pada penguasaan kita tentang model
Riwayat Alamiah Penyakitnya, yang berkaitan inisiasi (awal mulai) atau kemajuan
dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan apapun tidak mempunyai
peluang untuk berlanjut.
Mencegah penyakit berarti
menggunakan pengetahuan kita yang mutakhir sebaik sebaik mungkin untuk membina
(promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur
(mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam definisi Public Health
menurut Wnslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai dengan mengorganisir
dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat kepada perorangan
maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan
baik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya proses penyakit, maupun
fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses penyakit mengikuti konsep
proses Riwayat Alamiah Penyakit. Tindakan
pencegahan dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu:
1. Yang
pertama adalah pencegahan primer yang
dilakukan dalam fase pre-patogenesis sebelum proses penyakit terjadi.
2. Yang
kedua adalah pencegahan sekunder dimana proses penyakit sudah mulai memasuki
fase pathogenesis tapi masih dalam tahap ringan dan belum nyata.
3. Yang
ketiga adalah pencegahan tersier dimana dalam fase pathogenesis tersebut proses
penyakit sudah nyata dan berlanjut dan mungkin dalam taraf dan akan berakhir.
1. Tahap-Tahap Pencegahan
1. Tahap Primary Prevention
Tahap
pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan
dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun
proses penyakit belum mulai tapi ke 3 faktor utama untuk terjadinya penyakit,
yaituagent, host, dan environment yang membentuk konsep segitiga epidemiologi
selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainya dan selalu merupakan ancaman
potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk
mulainya terjadinya proses penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis.
Tahap
pencegahan primer terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu Health Promotion (pembinaan
kesehatan) dan Specific Protection (perlindungan khusus).
1. Tahap Health Promotion
Upaya-upaya
pencegahan dalam tahap ini masih bersifat umum dan belum tertuju pada jenis
atau kelompok penyakit tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk pembinaan atau
memajukan ( to promote ) kesehatan secara umum dan kesejahteraan hidup individu
atau kelompok masyarakat dengan upaya-upaya ini diharapkan daya tahan secara
fisik mental dan sosial ditingkatkan dan kita dijauhkan dari segala ancaman
stimulus yang dapat memicu terjadinya atau mulainya suatu proses penyakit
secara umum.
Termasuk
dalam kategori tahap ini adalah segala bentuk upaya untuk meningkatkan
kebugaran jasmani (physical fitness), kecantikan dan keindahan bentuk tubuh
(bina-raga), relaksasi yang memadai dan kondisi lingkungan hidup yang santai
dan menyenangkan, tapi dalam batas-batas yang tidak mengancam atau mengganggu
kesehatan yang optimal tadi. Secara alamiah setiap individu yang dalam kondisi
sehat akan merasa memerlukan kegiatan-kegiatan yang mendukung Health Promotion
ini tanpa memerlukan latihan atau keterampilan khusus.
Sebagian
besar upaya-upaya tersebut mungkin dapat dicapai melalui pendidikan atau
penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi), sebagian melalui kegiatan-kegiatan
bersama dilapangan, melalui organisasi atau perkumpulan yang teratur dan
terencana (Organized dan Structured) dan sebagai melalui kegiatan yang
berkategori santai dan bebas.
Leavell
dan Clark menyebutkan beberapa bentuk kegiatan yang termasuk Health Promotion
dan yang sudah banyak dikembangkan dan sudah tercakup atau terintegrasi dalam
berbagai bentuk program pelayanan kesehatan yang umunya termasuk kategori Anak
Pimary Health Care maupun Basic Health Services seperti:
1. Pendidikan/penyuluhan kesehatan
2. Kondisi kerja yang baik
3. Makanan bergizi
4. Keturunan dan KB
5. Perkembangan kepribadian
6. Nasehat perkawinan
7. Perumahan sehat
8. Pemeriksaan berkala
9. Rekreasi dan olahraga
10. Tahap Spesifik Protection
Tahap
inilah yang biasanya dimaksud sebagai arti pencegahan sebagaimana umumnya orang
mengartikannya. Upaya pencegahan disini sudah tertuju kepada jenis penyakit
penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Biasanya sasarannya adalah individu
atau kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (High Risk Group) terhadap suatu
penyakit tertentu tadi. Tindakan pencegahan disini dapat diartikan sebagai
member perlindungan khusus terhadap kelompok beresiko tinggi tadi.
Banyak
kemajuan yang telah dicapai dalam iptek yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan
pada tahap ini. Terutama ketika orang memasuki era bakteriologi banyak dicapai
kemajuan dibidang imunologi yang tertuju untuk melindungi kelompok resiko
tinggi terhadap ancaman penyakit menular.
Menyusul
kemajuan dalam iptek bio-medik dengan diketemukan dan dikembangkanya berbagai
penyakit menular, kemudian diketemukan dan dikembangkannya berbagai jenis
vaksin terhadap berbagai penyakit menular, kemudian diketemukan dan
dikembangkan juga upaya-upaya perlindungan khusus dibidang gizi, pengobatan kimiawi
(chemo-therapy), pestisida, anti-biotika dan lain-lainnya. Berbagai bentuk
kegiatan yang termasuk Spesifik Protection antara lain adalah sebagai berikut:
1. Imunisasi khusus
2. Perlindungan terhadap kecelakaan
3. Higine/kebersihan perorangan
4. Pemberian makanan khusus
5. Perlindungan tumbuh kembang anak
6. Perlindungan terhadap karsinogen
7. Sanitasi/kesehatan lingkungan
8. Perlindungan terhadap allergen
9. Perlindungan terhadap terhadap penyakit
akibat kerja
10. Tahap Secondary Prevention
Upaya
pencegahan pada tahap ini terbentuk Diagnosa Dini dan Pengobatan Langsung(Early
Dignosis dan Prompt Treatment). Tahap ini sudah dalam fase pathogenesis tapi
masih pada wal dari proses penyakit yang bersangkutan (dalam masa inkubasi dan
mulai terjadi perubahan anatomis dan fungsi faaliah, tapi belum menimbulkan
keluhan-keluhan, gejala-gejala atau tanda yang secara klinis dapat diamati oleh
dokter atau penderita sendiri, fase sub-klinis yang masih berada dibawah
clinical horizon).
Meskipun
demikian dengan berbagai kemajuan dalam iptek kedokteran dan kesehatan, dewasa
ini sudah dapat dikembangkan berbagai cara untuk bisa mendeteksi dan
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bersangkutan pada fase sub klinis tersebut,
misalnya berbagai cara laboratories baik bio-medis, bio-kimiawi, faaliah dll.
Berbagai
metoda atau cara-cara pemeriksaan yang tergolong screening atau case funding
(active atau passive) dikembangkan untuk bisa menemukan kasus-kasus sub-klinis
berbagai penyakit endemis dimasyarakat. Berbagai pemeriksaan serelogisdipakai
untuk mendeteksi berbagai penyakit menular seperti Wasserman/VDRL terhadapa
sifilis, Mantoux test terhadap TBC, Shick’s test terhadap difteria, HIV
terhadap AIDS, pemeriksaan bio-kimiawi darah (misalnya kadar gula darah
terhadap Diabetes Melitus), pemeriksaan darah mikrokopis terhadap parasit,
pemeriksaan sitologis (patologi-anatomi) terhadap keganasan (misalnya PAP smear
terhadap kanker leher rahim).
Tujuan
utama pencegahan pada tahap ini antara lain adalah:
1. Mencegah tersebarnya penyakit ke orang
lain dalam masyarakat, terutama pada penyakit menular
2. Untuk bisa mengobati dan menghentikan
berkembangannya penyakit menjadi lebih berat, atau membatasi disability dan
agar tidak timbul komplikasi, cacad atu berubah jadi menahun
3. Membatasi atau menghentikan
perjalanan/proses penyakit dalam fase dini
Dalam
epidemologi dari program-program pemberantas penyakit menular dimasyarakat
dikenal upaya-upaya yang antara lain sebagai berikut:
1. Upaya penemuan kasus (case finding),
baik secara aktif maupun pasif
2. Screning baik masal maupun selektif dan
kadang terhadap
3. Pmeriksaan khusus dan berkala (periodic
selective examination)
1. Tahap Tertiary Prevention
Tahap
ini sudah masuk dalam fase patogenesis yang secara klinis penyakitnya sudah
nyata dan mungkin sudah lanjut (advanced diseases), atau sebaliknya proses
penyakit dari Host justru berbalik ke fase penyembuhan (reconvalescence) dan
memasuki tahap pemulihan (rehabilitation).
Yang
termasuk tahap pencegahan tersier adalah disability limitation (membatasi
ketidakmampuan) dan rehabilitation (pemulihan).
1. Tahap Disability Limitation
Biasanya
orang tidak akan mengkategorikan Diasbility Limitation sebagai tindakan
pencegahan lagi karena penyakitnya sudah nyata dan bahkan mungkin sudah lanjut.
Istilah pencegahan disini mungkin dapat diartikan sebagai tindakan agar
penyakit tidak berlanjut dan berkembang menjadi lebih parah, dan apabila
penyakit tersebut sudah dalam stadium lanjut dan parah, maka tindakan
pencegahan dapat diartikan agar tidak menjadi menahun atau berakibat cacat yang
menetap dan akhirnya dapat juga diartikan sebagai tindakan sebagai tindakan
untuk mencegah kematian . tindakan pencegahan pada tahap ini sebenarnya sudah
termasuk kategori medis kuratif yang merupakan lahan garapan utama.
1. Tahap Rehabilitation
Tindakan
pencegahan tahap akhir ini merupakan tindak lanjut setelah penderita berhasil
melalui masa disability atau ketidakmapuannya dan masuk dalam proses
penyembuhan.
Pengertian
sembuh disini juga harus diartikan secara fisik, mental dan sosial dan
spiritual.
Tahap
pencegahan yang tercakup dalam upaya-upaya rehabilitasi ini merupakan tindakan
yang menyangkut bidang yang multidisiplin. Rehabilitasi fisik mungkin masih
memerlukan tindakan teknis dibidang medis klinis (misalnya bedah rekontruksi
untuk mantan penderita kusta), platihan-pelatihan penggunaan alat-alat bantu
atau protese, fisioterapi dan perawatan neurologis untuk penderita polio,
penderita CVA (Pasca Cerebro Vascular Accident atau Stroke).
Rehabilitasi
mental dan sosial disamping memerlukan tindakan medis klinis juga mungkin
memerlukan tenaga psikolog maupun ahli-ahli atau pekerja sosial. Rehabilitasi
sosial biasanya ditunjukkan agar penderita dengan kondisi pasca penyakitnya
(mingkin dengan cacat yang menetap) dapat diterima kembali dalam kehidupan yang
normal oleh masyarakat sekelilingnya (rehabilitasi psiko-sosial).
Penggunaan
sheltered colony seperti Ieproseri untuk rehabilitasi pelatihan dan penempatan
kerja penderita pasca penyakitnya. Terutama bila pada penyembuhan ada cacat
yang menetap yang akan menghalangi penderita untuk kembali kekapasitas kerja
sebelumnya, mungkin akan diperlukan pelatihan atau pendidik keterampilan yang
sesuai dengan kesanggupan penderita dengan kondisi fisik, mental dan sosialnya
yang baru (vocational training and selelective placement).
Untuk
lingkungan atau kelompok masyarakat yang religious seperti di Indonesia,
dukungan rehabilitasi spiritual mungkin dapat lebih membantu keberhasilan
upaya-upaya rehabilitasi tersebut.
1. Sasaran Kesehatan Masyarakat
Sasaran
pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat agar tercapai derajat kesehatan yang optimal, melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Lingkup tatanan kesehatan
masyarakat, meliputi tatanan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sesuai
kompetensi klinis kebidanan, bahwa sasaran pelayanan kebidanan dimasyarakat
adalah remaja, wanita pra hamil, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, akseptor KB, masa klimakterium, menopause, periode maternal, dan
wanita dengan gangguan sistem reproduksi ringan. Sehungga pelayanan kesehatan
masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah sesuai kompetensi klinis, dan
kewenangan yang diberikan kepada bidan
dalam menjalankan praktiknya dimasyarakat.
1. Tingkat-Tingkat Pencegahan Penyakit
Lima
tingkat pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark
1. Peningkatan kesehatan (Health
Promotion)
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap
penyakit-penyakit tetentu (General and Spesifik Protection)
3. Menegakkan diagnose secara dini dan
pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
4. Pembatasan ke cacatan (Disability
Limitation)
5. Penyembuhan kesehatan (Rehabilitation)
Dijabarkan
dalam upaya-upaya pecegahan sebagai berikut:
1. Upaya Pencegahan Primer
1. Upaya Peningkatan Kesehatan
Yaitu
upaya pencegahan yang umumnya bertujuan meningkatkan taraf kesehatan
individu/keluarga/masyarakat, misalnya:
a) Penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi,
penyusunan pola gizi memadai, pengawasan pertumbuhan anak balita dan usia
remaja.
b) Perbaikan perumahan yang memenuhi syarat
kesehatan.
c) Kesempatan memperoleh hiburan sehat yang
memungkinkan pengembangan kesehatan mental dan sosial.
d) Pendidikan kependudukan, nasehat
perkawinan, pendidikan seks.
e) Pengendalian faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
1. Perlindungan Umum dan Khusus
Perlindungan
khusus terhadap kesehatan. Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu
yang secara lansung atau tidak langsung dapat memepengaruhi tingkat kesehatan.
Upaya-upaya yang termasuk perlindungan umum dan khusus antara lain:
a) Peningkatan hygiene perorangan dan perlindungan terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan.
b) Perlindungan tenaga kerja terhadap setiap
kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja.
c) Perlindungan terhadap bahan-bahan
beracun, korosif, alergen.
d) Perlindungan terhadap sumber-sumber
pencernaan.
1. Upaya Pencegahan Sekunder
Pada
pencegahan sekunder termasuk upaya yang bersifat diagnosis dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and prompt treatment) meliputi:
Mencari
kasus sedini mungkin:
a) Melakukan general chek up rutin pada tiap
individu.
b) Melakukan berbagai survey (survey
sekolah, rumah tangga) dalam rangka pemberantasan penyakit menular.
c) Pengawasan obat-obatan, termasuk obat
terlarang yang diperdagangkan bebas, golongan narkotika, psikofarmaka, dan
obat-obat bius lainnya.
1. Upaya Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier berupa pencegahan terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah.
Bertujuan menurunkan angka kejadian cacat fisik ataupun mental, meliputi upaya:
a) Penyempurnaan cara pengobatan serta
perawatan lanjut.
b) Rehabilitas sempurna setelah penyembuhan
penyakit (rehabilitasi fisik dan mental).
c) Mengusahakan pengurangan beban sosial
penderita, sehingga mencegah kemungkinan terputusnya kelanjutan pengobatan
serta kelanjutan rehabilitasi.
B.
Program
Kesehatan yang Terkait dalam Meningkatkan Status Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pemeliharaan
Kesehatan pada Ibu
a. Pemeliharaan
kesehatan pada remaja calon ibu
Masa remaja merupakan salah satu
fase dari perkembangan individu yang mempunyai cirri berbeda dengan masa
sebelumnya atau sesudahnya. Kata remaja diterjemahkan dari kata adolonsence
(dalam bahasa inggris) atau adoloescere (dalam bahasa Latin yang berarti tumbuh
atau masak, menjadi dewasa). Adolescence menggambarkan seluruh perkembangan
remaja baik secara fisik, psikis, dan sosial. Istilah ini untuk menunjuk
pengertian remaja adalah pubertas.
Masa remaja ditinjau dari rentang
kehidupan individu merupakan masa peralihan dari masakanak-kanak ke masa
dewasa. Menurut Adams dan Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia
antara 11-20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13-16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17-18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Klasifikasi remaja dimulai pada fase awal remaja, yaitu 10-16 tahun, 16-19
tahun remaja menengah, >19-25 tahun remaja akhir.
Remaja adalah tahap umur yang
setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat.
Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja, luar dan dalam itu, membawa akibat
yang tidak sedikit terhadap sikap,
perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Masa remaja pada usia 18 tahun
merupakan masa yang matang sebagai peralihan masa kana-kanak ke masa dewasa.
Masa remaja mempunyai cirri sebagai berikut.
1. Sebagai periode penting perubahan sikap
perilaku.
2. Periode peralihan.
3. Periode perubahan.
4. Masa mencari identitas.
5. Usia bermasalah.
6. Usia yang menimbulkan kesulitan.
7. Masa tidak realistic.
8. Ambang masa dewasa.
Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, meliputi:
1. Peningkatan emosional yang terjadi
secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm dan stress.
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik, terutama hormon
yang terjadi remaja.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang
juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa
tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang
terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi
dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang
menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal yang
menarik yang baru dan lebih matang.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka
anggap penting karena sudah mendekati dewasa.
1. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen
dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebesan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab.
International
Conference on Population and Development (ICPD) pada tahun 1994, melakukan
upaya untuk pengembangan program yang cocok untuk kebutuhan kesehatan
reproduksi remaja. Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda:
1. Melakukan pengembangan layanan-layanan
yang ramah bagi generasi muda.
2. Melibatkan generasi muda dalam
perancangan, pelaksanaan dan evaluasi program.
3. Membentuk pelatihan bagi penyedia
layanan untuk dapat melayani kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran khusus
bagi para remaja.
4. Mendorong munculnya upaya-upaya
advokasi masyarakat untuk mendukung perkembangan remaja dan mendorong perilaku
kesehatan yang positif.
5. Memadukan latihan-latihan membangun
keterampilan ke dalam program-program yang ditujukan untuk remaja.
Program-program
yamg dikembangkan bagi remaja dapat mendorong untuk pemberian kesempatan bagi
remaja untuk produktif secara sosial ekonomi. Jika hal ini dipadukan dengan
adanya informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi akan memacu mereka untuk
menunda aktivitas seksual remaja sehingga member dampak keputusan jangka
panjang dalam merencanakan masa depan remaja. Remaja memerlukan pendidikan
mengenai kesehatan reproduksi tentang seksualitas, kontrasepsi, aktivitas
seksual, aborsi, penyakit menular seksual dan gender.
Beberapa
masalah pokok dalam pengembangan kesehatan reproduksi remaja adalah:
1. Melakukan advokasi untuk memperoleh
dukungan masyarakat dalam kesehatan reproduksi.
2. Melibatkan remaja pada aktivitas yang
positif.
3. Pelayanan klinik yang ramah bagi
remaja.
4. Memberikan informasi yang ramah bagi
para remaja.
5. Kontrasepsi untuk remaja.
6. HIV dan PMS bagi remaja.
7. Memenuhi kebutuhan remaja sesuai
tingkatan usia.
8. Kehamilan dini dan kehamilan tidak
diinginkan.
9. Pendidikan seksualitas berbasis
sekolah.
10. Mengembangkan keterampilan untuk
mengahadapi kehidupan.
Pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi bagi semua orang akan memeberikan kontribusi besar
terhadap pencapaian status kesehatan reproduksi masyarakat yang lebih baik. Di
lain pihak, pelayanan kesehatan reproduksi belum menyentuh sebagian besar
remaja sehingga status kesehatan reproduksi mereka relatif rendah. Pemerintah
sebagai pengambil kebijakan dan petugas kesehatan diharapkan memahami
permasalahan-permasalahan kesehatan reproduksi remaja sehingga mempunyai
kepedulian terhadap kesehatan reproduksi remaja (KRR).
Untuk
mengatasi masalah kesehatan remaja diperlukan pendekatan yang adolescent
friendly, baik dalam menyampaikan informasi pelayanan kesehatan peduli remaja
(PKPR), yang diharapkan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
dan memenuhi kebutuhan remaja.
Penyebaran
informasi mengenai kesehatan remaja dapat diperlukan karena masalah kesehatan
remaja belum cukup dipahami oleh berbagai pihak, maupun oleh remaja sendiri.
Informasi ini sesungguhnya berguna untuk:
1. Meningkatkan pemahaman berbagai pihak
mengenai kesehatan remaja dan bagaimana berinteraksi dengan remaja.
2. Menyiapkan remaja untuk menghadapi
masalah kesehatan remaja dan mendorongan remaja agar bersedia membantu teman
sebayanya.
3. Membuka akses informasi dan pelayanan
kesehatan remaja melalui sekolah maupun luar sekolah.
1. Perkawinan yang Sehat
Perkawinan
adalah merupakan ikatan yang suci, yang dibangun dengan bertujuan untuk:
1. Meneruskan keturunan atau melangsungkan
reproduksi.
2. Membentuk generasi yang berkualitas.
3. Mencapai kebahagian.
4. Merupakan bagian dari ajaran agama.
5. Menjadi dasar untuk membentuk keluarga
yang sehat.
Perkawinan
yang sehat memenuhi kriteria umur calon pasangan suami isteri ketika
melangsungkan perkawinan adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat,
yaitu umur 20-35 tahun, terutama untuk calon isteri atau calon ibu, karena hal ini berkaitan dengan
kesehatan reproduksi wanita. Secara biologis organ reproduksi sudah cukup
matang apabila terjadi proses reproduksi obstetrik, yaitu kehamilan,
persalinan, nifas, menyusui. Secara psikososial pada kisaran umur tersebut
wanita mempunyai kematangan mental yang cukup memadai untuk menjadi ibu dan
membina perkawinan yang sehat, mampu menjalin interaksi dengan keluarga dan
masyarakat. Secara sosial demografi pada kelompok umur tersebut, wanita sudah
menyelesaikan proses pendidikan menegah ke atas dan mulai meniti karir, sehingga
dapat menjadi salah satu modalitas membina perkawinan dalam aspek sosial,
ekonomi. Perkawinan yang sehat memenuhi kaidah kesiapan pasangan suami isteri
dalam aspek biopsikososial, ekonomi dan spiritual. Perkawinan yang sehat juga
didasari landasan agama sebagai dasar spiritual rumah tangga. Secara
komprehensif perkawinan yang sehat akan membentuk kebahagiaan lahir dan batin.
1. Keluarga Sehat
Keluarga
terdiri dari pasangan suami isteri yang sah dan anak. Hal ini merupakan
pengertian dari keluarga inti (nucklear family). Adapun cakupan pengertian
keluarga secara luas adalah keluarga terdiri dari pasangan suami isteri yang
sah, anak serta anggota keluarga yang lain yang tinggal didalam keluarga
tersebut. Hal ini disebut juga keluarga dalam arti lebih luas atau extended
family. Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu-individu yang
sehat dalam keluarga tersebut. Dilihat aspek kesehatan reproduksi ada fase
dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat dari skema pola perencanaan keluarga
dibawah ini.
1. Fase menunda atau mencegah kehamilan
bagi pasangan suami isteri dengan kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya. Alas an menunda atau mencegah kehamilan adalah umur kurang dari
20 tahu adalah usia yang sebaikanya tidak mempunyai anak dahulu, karena organ
reproduksi belum matang, sehingga resiko penyulit atau komplikasi terkait
dengan kehamilan, persalinan dan nifas sangat tinggi.
2. Fase menjarangkan kehamilan pada
periode usia isteri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk hamil, melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2-4 tahun.
3. Fase menghentikan atau mengakhiri
kehamilan atau kesuburan
Adalah
periode usia isteri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai 2 orang anak, karena jika terjadi kehamilan, persalinan pada periode
ini ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetric, misalnya
perdarahan, pre-eklamsi, eklamsi, persalinan lama, atonia uteri. Pada usia yang
lebih tua juga mempunyai resiko untuk terjadinya penyakit yang lain, misalnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, keganasan dan kelainan metabolic
biasanya meningkat.
Keluarag
yang sehat membentuk masyarakat dan bangsa yang sehat dan generasi penerus
bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
1. Sikap dan Perilaku pada Masa Kehamilan
dan Persalinan
Secara
umum sikap adalah sebagai kecendurungan untuk berespon secara positif dan
negtif terhadap objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung penilaian
emosional (komponen afektif), pengetahuan tentang suatu objek (komponen
kognitif) dan kecenderungan untuk bertindak (komponen konatif). Sikap dapat
berubaha dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu. Sikap
adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam
hubungannya dengan objek-objek psikologis.
Afeksi
yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negative adalah afeksi yang
tidak menyenangkan. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan
tertentu dan memeberiakan dasar kepada orang untuk berespon atau berprilaku
dalam cara yang dipilih.
Sikap
adalah perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada penderian,
pendapat atau keyakinan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan respon terhadap suatu objek. Sikap merupakan suatu pola perilaku,
tendesi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sikap juga merupakan evaluasi umum yang dibuat manuasia terhadap
diri sendiri, orang lain, objek atu isu-isu. Sikap sebagai keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Komponen
kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu
mengenai sesuatu.
Sikap
adalah kesediaan diri seseorang individu diri seseorang individu melaksanakan
suatu tindakan tertentu. Sikap itu dapat bersifat positif dan negatif. Sikap
positif tidak membahayakan dalam kehidupan masyarakat, sifat negatif
menghambat, menciptakan garis pemisah antara individu. Sikap negatif
menghambat, menciptakan garis pemisah antara individu. Sikap negatif merupakan
penghalang dalam mengadakan interaksi. Sikap adalah proses mental yang berlaku
individual, yang memerlukan respon, baik nyata maupun potensial, sehingga sikap
merupakan keadaan jiwa seseorang terhadap suatu nilai. Sikap dapat berupa sikap
pandangan atau sikap perasaa. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan
bahwa sikap adalah bentuk pernyataan suka atau tidak suka dari individu.
Sikap
masih merupakan reaksi tetutup reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka atau
tingkat laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
stimulus. Sikap merupakan rancangan awal perilaku. Hal ini bisa digambarkan
pada skema proses pembentukan sikap.
Sikap
ibu hamil merupakan faktor predisposisi terbentuknya perilaku didalam kehamilan
dan persalinan. Sikapa yang positif akan mendorong perilaku pemeliharaan
kesehatan ibu hamil dan persalinan yang positif. Sikap ibu hamil juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor aksternal, misalnya pengaruh budaya, lingkungan, orang
terdekat dan juga faktor internal pengetahuan dan sikap ibu hamil. Status
emosional dan psikologis ibu turut menentukan sikap ibu hamil dan mempengaruhi
keadaan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan,
sehingga dapat terjadi pergeseran, yakni kehamilan sebagai proses fisiologis
menjadi kehamilan patologis.
Sikap
ibu hamil dan bersalin yang dipengaruhi oleh sosial budaya, kultur dan
lingkungan dikenal dengan mitos-mitos dalam kehamilan dan persalinan.
Adakalanya mitos yang muncul bertentangan dengan konsep asuhan pada ibu hamil
dan bersalin, ini merupakan mitos negative yang merugikan atau membahayakan
asuhan pada ibu hamil dan bersalin. Namun sebaliknya apabila mitos terkait
dengan kehamilan dan persalinan tersebut menguntungkan dalam asuhan kebidanan
ibu hamil dan bersalin, maka mitos tersebut dapat dilakukan oleh ibu. Mitos
yang negative atau membahayakan harus dihindari. Bidan harus melakukan upaya konseling
pada ibu untuk memperbaiki sikap dan perilaku ibu. Beberapa mitos pada ibu
hamil, contohnya kenduri, mitoni, makan amis-amis, sawanen, tidak boleh makan
udang.
Peristiwa
kehamilan adalah peristiwa fisiologis, namun prose salami tersebut dapat mengalami
penyimpangan sampai berubah menjadi patologis.
Ada
dua macam stressor, yaitu:
1. Stressor internal, meliputi: kecemasan,
ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan
penampilan, peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut
terhadap kehamilan persalinan, kehilangan pekerjaan.
2. Stressor eksternal dapat berupa: status
perkawinan, maladaptasi, relationship, kasih saying, dukungan mental dan broken
home.
Pada
peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, yakni tidak hanya terjadi
perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan
penyesuaian emosi, pola berfikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir.
Untuk alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang
mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga pada keluarganya.
Pada
asuhan kehamilan tidak hanya mengasuh aspek fisik saja tetapi juga aspek
psikologis atau jiwa. Latar belakang munculnya gangguan psikologik atau
kejiwaan adalah berbagai ketidak matangan dalam perkembangan emosional dan
psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
situasi tertentu termasuk kehamilan. Kadang-kadang muncul penyakit jiwa
(psikosis) dalam kehamilan. Kelainan jiwa dapat menjadi berat dalam kehamilan.
Kelainan jiwa dapat menjadi besar dalam kehamilan. Ada beberapa keadaan
spesifik dalam kehamilan yang mungkin juga menimbulkan kelainan jiwa atau
gangguan psikologis misalnya hyperemesis gravidarum, abortus,
pre-eklamsia/eklamsia. Pada kasus psikologis atau kelainan jiwa yang berat
perlu support atau dorongan dan dukungan dari significant others (orang
terdekat) dalam keluarga. Keadaan gangguan jiwa tertentu memerlukan rawat inap
atau isolasi dari sumber-sumber kecemasan bagi ibu. Pengaruh faktor psikologis
atau kelainan jiwa terhadap kehamilan adalan terhadap ketidak mapuan pengasuhan
kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang membahayakan terhadap
kehamilan.
1. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kesehatan
bagi Ibu Hamil
Di
Negara-negara berkembang, kesakitan dan kematian ibu menjadi masalah sejak
lama. Kematian ibu terutama terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Bahkan
WHO memperhatikan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan diseluruh dunia. Dari
jumlah tersebut 20 juta perempuan mengalami kesakitan akibat kehamilan, di
antaranya 8 juta kasus mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan lebih
500.000 meninggal, dan hampir 50% kematian tersebut terjadi di Negara Asia
Selatan dan Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 1994 pada saat
Internasional Coference on Population and Development di Kairo, Mesir
menyatakan bahwa kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dalam
pembangunan sosial dan pengembangan sumber daya manusia didunia.
Menurut
SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup, pada
SDKI tahun 2002/2003 angka kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup,
selanjutnya SDKI tahun 2007 angka kematian ibu adalah 248/100.000 kelahiran
hidup. Nemun penurunan AKI ini sangat lambat. Pada tahun 1990 WHO sudah
meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS), salah satu program MPS
adalah menempatkan safe motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana
pembanguna nasional maupun internasional. Sehingga salah satu upaya yang
diselenggarakan untuk menurunkan AKI adalah melalui 4 pilar upaya Safe
Motherhood, dengan intevensi yang dilakukan adalah:
1. Mengurangi kemungkinan seorang
perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana.
2. Mengurangi kemungkinan seorang
perempuan hamil komplikasi obstetri dalam kehamilan dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secra memadai melalui
pelayanan antenatal.
3. Persalinan yang bersih dan aman adalah
memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai penegtahuan, keterampilan
dan alat untuk memberikan pertolongan persalinan yang aman dan bersih, serta
memberikan pelayanan nifas bagi ibu dan bayi.
4. Mengurangi kemungkinan komplikasi
persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan
obstetri esnsial dasar (PONED) dan pelayanan obstetric esensial komprehensif
(PONEK).
Kehamilan
merupakan peristiwa alamiah, peran bidan mendampingi, member asuhan,mendeteksi
agar kehamilan yang fsiologis tidak menjadi patologis. Kehamilan melibatkan
perubahan fisik, emosional maupun sosial. Kehamilan yang normal akan
menghasilkan bayi yang sehat, lahir cukup bulan, kesejahteraan ibu dan janin
baik, sehingga mampu melalui persalinan dan nifas dengan baik, tanpa komplikasi
dan ibu sesehat-sehatnya post partum.
Keluarga
yang mempunyai ibu hamil, akan mempunyai peran dan tugas yang baru dalam
keluarga, yaitu member dukungan bagi ibu hamil dan keluarga sendiri untuk
menerima tugas baru memantau pertumbuhan fisik yang normal yang dialami ibu
serta memantau tumbug kembang janin, juga ikut mengenali adanya tanda ketidak
normalan pada kehamilan.
Tujuan
asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisk, mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidak
normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selam hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan peran ibu dank e;uarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh secara normal.
Kebijakan
program kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selam
kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO yaitu:
1. Satu kali pada trimester pertama.
2. Satu kali pada trimester kedua.
3. Dua kali pada trimester ketiga.
Pelayanan
atau asuhan standar yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan adalah 7T yaitu:
1. Timbang berat badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Ukur tinggi fundus uteri.
4. Pemberian imunisasi TT lengkap.
5. Pemberian tablet besi selama kehamilan.
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.
Setiap
kehamilan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi masala
komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada ibu
hamil secara keseluruhan meliputi aspek-aspek berikut ini, yaitu:
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi,
melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika diperlukan.
3. Mempersiapkan persalinan yang bersih
dan aman
4. Persiapan secara dini untuk melakukan
rujukan bila terjadi komplikasi.
Pemberian
tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500 µg adalah kebijakan program
pelayanan antenatal dala upaya untuk mencegah anemi dan untuk pertumbuhan otak
bayi, sehingga mencegah kerusakan otak (neural tube). Sedangkan kebijakam
imunisasi TT adalah dalam upaya pencegahan terjadinya tetanus neonatorum.
Mengenai jadwal imunisasi adalah sebagai berikut:
Jadwal
Imunisasi
ANTIGEN INTERVAL(Selang Waktu Minimal) LAMA PERLINDUNGAN
TT
1 Kunjungan pertama trimester pertama 0 tahun
TT
2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT
3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT
4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT
5 1 tahun setelah TT4 25 tahun atau seumur hidup
2.3 Program Kesehatan
1. Memeriksa kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Pemeriksaan
kehamilab sangatlah penting pada ibu hamil karena pada saat sering terjadi
anemia, kekurangan gizi dan lain-lain.
Akibat
yang terjadi dari adanya komplikasi-komplikasi dapat dikurangi dengan
diberikanya perawatan perinatal yang baik. Tetapi kondisi sosial ibu dan
kehamilannya ini memang sedemikan rupa sehingga kunjungan pada perawatan
perinatal seringkali dilupakan terlambat dengan tidak teratur.
Perlunya
pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet zat besi/vitamin. Komplikasi
selama kehamilan. Peranannya adalah mengkaji memberitahu faktor-faktor resiko,
mendeteksi dan menagani komplikasi.
1. Mengamati Perkembangan dan Pertumbuhan
Anak Balita
Masalah
gizi masih cukup rawan dibeberapa Indonesia.
Ruang
Lingkup Kegiatan
1. Memantau pertunbuhan anak melalui
penimbangan anak secara rutin setiap bulan dipuskesmas atau posyandu. Indikator
keberhasilan pemantauan status gizi balita ditulis di KMS.
2. Memberikan penyuluhan gizi kepada
masyarakat. Pembentukan Makanan Tambahan (PMT).
3. Pemberian vitamin A, tablet zat besi
untuk hamil, susu. Pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi
4. Memberikan Pelayanan KB pada Pasangan
Usia Subur
Tujuan
menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan
berkembang HKKBS.
Ruang
Lingkup Kegiatan
1. Mengadakan penyuluhan Kb baik
dipuskesmas dan posyandu/Pkk kegiatan penyuluhan ini adalah memberikan
konseling untuk PUS.
2. Menyediakan alat-alat kontrasepsi.
3. Menjelaskan fungsi dan efek samping
alat kontrasepsi
4. Pengobatan Ibu dan Anak
Tujuannya
adalah member pengobatan dan perawatan dipuskesmas
Ruang
Lingkup Kegiatan
1. Menegakkan diagnose, memberikan
pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau pelayanan rawat tinggal di
puskesmas.
2. Mengirim (merujuk) penderita sesuai
dengan jelas pelayanan yang di perlukan.
3. Menyelenggarakan puskesmas keliling.
4. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi
dan Anak
1. Pelayanan untuk ibu hamil dan bayi
Belum
menjangkau 22% (sekitar 1,1 juta) ibu hamil dan bayi yang baru terlayani.
Karena faktor geografis, sebaran penduduk, kondisi sosial ekonomi, status
sosial perempuan dan tingkat pendidikan masyarakat (Dep.kes 1997).
1. Persalinan
1. Ditolong oleh dukun 47,5% dari sekitar
2,3 juta persalinan, keluarga 8,2% dari sekitar 400.000 persalinan, tanpa
penolong 1,5% dari sekitar 75.000 persalinan.
2. Sebagian besar persalinan dirumah 71,9%
(SKRT 1995).
3. Posyandu/deteksi dan intervensi dini
1. Dari 244.032 posyandu 45% sangat
sederhana (110.563), posyandu aktif 80% (37,6%-85,6%).
2. Pada tahun 1996 setiap posyandu
memiliki derah rata-rata 4,5% , tahun 1997 turun menjadi 4,4 kader per
posyandu.
3. Balita dibawa ke posyandu rata-rata 1,2
kali/KK/tahun dengan kisaran 0,1-4,62
4. BKB, PADU, PPA, TPA, TK Jangkauannya
masih kecil
1. Hambatan geografis dan sebaran penduduk
yang tidak merat.
2. Pembinaan yang dilaksanakan kurang
intensif, tidak berkesinambungan perlu dilakukan monitoring tidak hanya project
oriented.
2.4 Upaya-Upaya untuk Menurunkan
Morbiditas-Mortalitas Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang dan Perlindungan
Anak
1. Langsung pada Bayi/Anak
1. Pertolongan persalinan dan bayi baru
lahir oleh tenaga kesehatan di sarana kesehatan.
2. Pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular misalnya imunisasi dan perilaku bersih.
3. Program perbaikan gizi: pengguna ASI,
makanan tambahan setelah 6 bulan, tambahan protein, karbohidrat, lemak, vitamin
A, zat besi, yodium, pemberantasan kecacingan, perawatan gigi, priritas
keluarga miskin.
4. Stimulasi Dini: kognitif (kecerdasan),
afektif (emosi, kasih sayang), psikomotor (keterampilan, gerak, bicara,bahasa,
sosial) melalui program BKB, PADU/ECD.
5. Pemantauan tumbuh kembang (deteksi
dini) secara teratur di Posyandu, BKB, PADU pelaitahn Baby Siter, TPA dan
lain-lain.
6. Melalui Ibu
1. Memperbaiki status gizi ibu: kurang
gizi kronik, anemia, kekurangan yodium.
2. Meningkatkan pendidikan ibu: kemampuan
membaca, menyerap dan menerapkan informasi.
3. Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu:
1) Perencanaan keluarga (punya anak pada
umur >21 tahun, jarak antar kehamilan 2-3 tahun, jumlah anak maksimal 2,
melahirkan sebelum umur 35 tahun).
2) Kesehatan ibu: pencegahan anemi, gizi
kurang, infeksi.
3) Perawatan kehamilan: pemeriksaan kehamilan
sejak dini dan teratur, pencegahan anemi, gizi kurang, imunisasi, penyulit
selama hamil (perdarahan, infeksi, toksemia).
4) Persalinan yang aman: disarana kesehatan
terdekat, terutama untuk ibu yang beresiko tinggi (kurang gizi kronik, anemi,
perawakan pendek <145 cm, terlalu muda atau telalu tua, jarak kehamilannya
terlalu dekat, terlalu sering hamil, terlambat periksa hamil).
5) Perawatan Bayi/Balita: perawatan bayi
baru lahir, tali pusat, ASI, imunisasi, makanan bayi dan anak, pencegahan infeksi,
kecelakaan, pertolongan pertama balita sakit (ISPA, Diare)
6) Stimulasi bayi-balita sejak dini:
kognitif, afektif, psikomotor, etika-moral, agama, sambil bermain melalui
program BKB, BKB plus, PADU/ECD, BKR dan lain-lain.
7) Perilaku bersih: cuci tangan sebelum
memegang bayi, sumber air bersih, pembuangan tinja yang sanitary, menyimpan,
mengelola memasak makanan, ventilasi dan pencahayaan dalam rumah.
1. Meningkatkan pengetahuan atau sikap ibu
tentang: hak-hak anak, pencegahan perlakuan salah pada anak(fisk, seksual,
psikis) pengabaian/penelantaran anak, eksploitasi anak, dampak putus sekolah,
terpaksa bekerja, anak jalanan, anak di pengungsian, penggunaan NAPZA.
2. Meningkatkan keterampilan ibu dalam
ekonomi.
3. Melalui remaja perempuan (calon ibu)
1. Meningkatkan kesehatan remaja:
perbaiakan status gizi (terutama anemia), imunisasi, infeksi, pencegahan NAPZA,
kehamilan remaja, kecelakaan.
2. Peningkatan pengetahuan dan sikap
remaja
1) Prencanaan keluarga (menikah usia >
21tahun, jarak antara kehamilan 2-3 tahun, jumlah anak maksimal2, melahirkan
sebelum 35 tahun).
2) Perawatan kehamilan: pemeriksaan
kehamilan sejak dini dan teratur, pencegahan anemi, gizi kurang, imunisasi,
penyulit selama hamil (perdarahan, infeksi, toksemia).
3) Perencanaan persalinan yang aman: disarana
kesehatan terdekat, terutama untuk ibu yang beresiko tinggi (kurang gizi
kronik, anemi, perawakan pendek <145 cm, terlalu muda atau terlalu tua,
jarak kehamilan terlalu dekat, terlalu sering hamil, terlambat periksa hamil).
4) Perawatan bayi/balita: perawatan bayi
baru lahir, tali pusat, ASI, imunisasi, makanan bayi dan anak, pencegahan
infeksi, kecelakaan, pertolongan pertama balita sakit (ISPA, Diare).
5) Stimulasi bayi-balita sejak dini:
kognitif, afektif, psikomotor, etika-moral, agama, sambil bermain melalui
program BKB, BKB plus, PADU/ECD, BKR dan lain-lain.
6) Perilaku bersih: cuci tangan sebelum
memegang bayi, sumber air bersih, pembuangan tinja yang sanitary, menyimpan,
mengelola memasak makanan, ventilasi dan pencahayaan dalam rumah.
1. Melibatkan remaja perempuan dalam
kegiatan Posyandu, KB, BKB<PADU<PPA<TPA. Untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kesiapan remaja menjadi calon ibu tentang hal
tersebut.
2. Hak-hak anak, pencegahan perilaku salah
pada anak (fisik, seksual, psikis) pengabaian anak, ksploitasi anak, anak
cacat, yatim piatu, dampak putus sekolah, terpaksa bekerja, anak jalanan, anak
dipengungsian, penggunaan NAPZA, perilaku kejahatan.
1. Upaya melalui Keluarga
1. Meningkatkan pendidikan ayah: kemampuan
membaca, menyerap dan menerapkan informasi.
2. Meningkatkan keterampilan ekonomi
keluarga, peningkatan penghasilan, pemanfaatan potensi dirumah tangga.
3. Meningkatkan pengetahuan sikap dan
sikap ayah tentang:
a) Perencanaan keluarga: (punya bayi <21
tahun, jarak antara kehamilan 2-3 tahun, jumlah anak 2, melahirkan sebelum 35
tahun.
b) Kesehatan ibu: pencegahan anemi, gizi
kurang, infeksi.
c) Perawatan kehamilan: pemeriksaan
kehamilan sejak dini dan teratur, pencegahan anemi, gizi kurang, imunisasi,
penyulit selama hamil (perdarahan, infeksi, toksemia).
d) Persalinan yang aman: disarana kesehatan
terdekat, terutama untuk ibu yang beresiko tinggi (kurang gizi kronik, anemi,
perawakan pendek <145 cm, terlalu muda atau telalu tua, jarak kehamilannya
terlalu dekat, terlalu sering hamil, terlambat periksa hamil).
e) Perawatan Bayi/Balita: perawatan bayi
baru lahir, tali pusat, ASI, imunisasi, makanan bayi dan anak, pencegahan
infeksi, kecelakaan, pertolongan pertama balita sakit (ISPA, Diare)
f) Stimulasi bayi-balita sejak dini:
kognitif, afektif, psikomotor, etika-moral, agama, sambil bermain melalui
program BKB, BKB plus, PADU/ECD, BKR dan lain-lain.
g) Perilaku bersih: cuci tangan sebelum memegang
bayi, sumber air bersih, pembuangan tinja yang sanitary, menyimpan, mengelola
memasak makanan, ventilasi dan pencahayaan dalam rumah.
1. Meningkatkan pengetahuan dan sikap ayah
Hak-hak
anak, pencegahan perilaku salah pada anak (fisik, seksual, psikis), pengabaian,
penelantaran anak, eksploitasi anak, anak cacat, yatim piatu, dampak putus
sekolah, terpaksa bekerja, anak jalanan, anak pengungsian, penggunaan NAPZA,
pelaku kejahatan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara
umum “pencegahan” atau “prevention” dapat diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan (atau diduga) akan terjadi,sehingga
peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari. (to come before or
precede,or anticipate, to makeimposibble by advance provision). Pencegahan atau
prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to come before or
procede) atau mengantisipasi ( to anticipate) yang menyebabkan sesuatu proses
tidak mungkin berkembang lebih lanjut. Jadi yang namanya “pencegahan” akan memerlukan
tindakan antipatif (anticipatory action) berdasar pada penguasaan kita tentang
model ‘riwayan alamiah penyakit nyan yang berkaitan inisiasi (awal mulai) atau
kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan ataupun tidak
mempunyai peluang untuk berlanjut.
Upaya
kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan
upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan.
3.2 Saran
Diharapkan
pembaca dapat memahami isi makalah kami dan memperluas wawasan dari berbagai
sumber lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Kami
harapkan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Mubarak
Wahit Igbal, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika
Syafrudin,
2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Soepardan,suryani.2008.
“Konsep Kebidanan”. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,sarwono.2011.
“Ilmu Kebidanan”. Jakarta : BPSP
Notoatmojo,soekidjo.2008
“Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat”. Jakarta : Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment