STRES
DAN ADAPTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan
dunia yang selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan
waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga
unsure tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala
masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan
(holistic) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan
menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula apabila
terjadi gangguan pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara
psikologis. Usaha yang dilakukan organism untuk mengatasi stress agar terjadi
keseimbangan yang terus-menerus dalam
batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah
stress. Apabila kita mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung
berorientasi pada tugas (task oriented),
yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress mengancam
perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada orientasi
pembelaan ego (ego defence-oriented).
Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi
pada pembelaan ego disebut “mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme
Pertahanan/Pembelaan Ego ( Ego defence
mechanism)”.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dengan melihat latar
belakang yang telah diuraikan di atas tentang pentingnya penyesuaian diri pada
setiap individu, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
membahas tentang stress dan adaptasi.
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian stress dan
adaptasi
2. Menjelaskan
penggolongan stres dan faktor yang mempengaruhi stres
3. Menjelaskan sumber atau penyebab stress
psikologis
4. Menjelaskan
tahapan-tahapan stres
5. Menjelaskan
reaksi tubuh terhadap stres dan cara yang perlu dilakukan oleh setiap individu
dalam mengendalikan stres
6. Menjelaskan
tujuan dan jenis adaptasi
7. Menjelaskan
bentuk-bentuk mekanisme pertahana ego
D. MANFAAT
1. Sebagai bahan
pembelajaran dalam mata kuliah Psikologi Keperawatan
2. Sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penyusunan makalah dengan
topic yang sama
BAB II
PEMBAHASAN
STRES DAN ADAPTASI
A. STRES
Dewasa ini perubahan tata nilai
kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat karena pengaruh
globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan
dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan etika.
Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola hidup social religius
berubah individualistis, materialistis, dan sekuler; pola hidup produktif ke
pola hidup konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan
etika hukum ke cara KKN.
Perubahan psikososial dapat
merupakan tekanan mental ( stressor psikososial ) sehingga bagi sebagian
individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi
untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian karena tidak
diamalkannya kehidupan religious dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan
banyaknya kenakalan remaja, dll.
1. Pengertian
Stres
a. “Stres adalah reaksi atau respons
tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” (
Dadang Hawari, 2001).
b. “Stres adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam; yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang
“ (Soeharto Heerdjan, 1987).
c. Secara umum, yang dimaksud “Stres
adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,
ketegangan emosi, dan lain-lain”.
d. “Stres adalah segala masalah atau
tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan
kita” ( Maramis, 1999).
e. Menurut Vincent Cornelli,
sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)
bahwa yang dimaksud “Stres adalah ganguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.
2. Penggolongan
Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati
Desminiarti (1990 ), dapat digolongkan sebagai berikut.
a.
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi
atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c.
Stres mikrobiologik,
disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit’
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur
, fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak
normal.
e.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f.
Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, social, budaya, atau keagamaan.
Adapun
menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
a.
Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan
antri.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Stres
a Kondisi-kondisi
yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat
diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress
karena kombinasi stressors.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang
dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat
menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational
structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Role
Demands
Peraturan dan tuntutan dalam
pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan
seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam
suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya
dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat.
Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan
kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara
karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana
keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur
pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang
karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang
pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan
group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin
dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau
menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan
dalam mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu
sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah
yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu
kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu
berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu
yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan
pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan
yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang.
Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat
menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari
keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak
dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala
stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam
kepribadian seseorang.
4. Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat
sumber atau penyebab stress psikologis, yaitu :
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada perawat
Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus
puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya, dan
sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsic
(cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain).
b. Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih
antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya
approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-avoidance
conflict.
c.
Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup
sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita
atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu,
misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu ranking satu atau
istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
d. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak,
yang menimbulkan stress pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan,
dan penyakit yang harus segera dioperasi.
Keadaan stress dapat terjadi
beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.
5. Tahapan Stres
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg
(1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan
stress sebagai berikut :
a.
Stres
tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan , mampu meyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam
b. Stres tahap kedua, yaitu stress yang
disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada
saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung
atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai
c.
Stres
tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah
terjaga dan sulit hidup kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan
sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh
pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan
stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo),
aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan , respon tidak adekuat,
kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.
Stres
tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan
pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa
takut dan cemas, bingung, dan panic.
f.
Stres
tahap keenan (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres
a.
Rambut
Warna rambut yang semula hitam
pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta
kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu
misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena
otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi
fokus lensa mata.
c.
Telinga
Pendengaran seringkali terganggu
dengan suara berdenging (tinitus).
d. Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat
serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit
kepala pusing.
e.
Ekspresi
wajah
Wajah seseorang yang stress nampak
tegang, dahi berkerut, mimic nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar
untuk senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).
f.
Mulut
Mulut dan bibir terasa kering
sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah
ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot
lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa
“tercekik”.
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stress,
reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau
dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah,
kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah
merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran),
gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat
(basah).
h. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang
mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak
disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan
otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak
atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga
ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma
bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga
mengalami spasme.
i.
Sistem
Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah
atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung
berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi
(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau
seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa
“dingin”.
j.
Sistem
Pencernaan
Orang yang mengalami stres
seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung
terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan
pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya
sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita
stress faal perkemihan (air seni) dapat
juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air
kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes
mellitus).
l.
Sistem
Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam
bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Yang
bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk,
pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian
sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan
anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
”pegal-linu”.
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin
(hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi,
dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita
penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain
misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa
sakit (dysmenorrhoe).
7. Cara Mengendalikan Stres
a.
Kenali
penyabab stress
Meskipun terdengar mudah, namun
tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress. Apabila stress baru saja
terjadi, mungkin anda bisa segera mengenali penyebabnya. Namun pada stress
jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah anda lupakan atau bertumpuk-tumpuk
dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab
stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan
dengan segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya
b. Buatlah
perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika
Anda sudah merencanakanlah semua hal dengan baik, stres tidak akan berakibat
buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan. Namun, tanpa
perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka. Buatlah
perencanaan yang baik untuk segala hal: bekerja, bersenang-senang, menikmati
saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar. Hidup Anda
bisa menjadi sangat menyenangkan atau sangat muram. Semuanya terserah Anda
c.
Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah
mengatasi stres. Makan dan berolahraga dengan teratur dan jangan lupakan
istirahat dengan cukup. Perbaiki kondisi kesehatan Anda. Mengatur pola makan
dan berolahraga dengan porsi yang tidak tepat, kadangkala justru membuat tubuh
Anda menjadi lemas. Lakukanlah dengan benar dan tidak berlebihan.
d. Jagalah
perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan
orang lain. Jika perasaan Anda tak dijaga, dampaknya juga akan buruk untuk
orang-orang di sekitar Anda. Tidak ada salahnya menolak hal-hal yang tidak Anda
sukai dan tunjukkanlah perasaan Anda pada orang lain. Untungnya, perempuan
seringkali lebih mudah menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
e.
Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu
tinggi dan merusak kesehatan Anda, berkonsultasilah pada orang-orang terdekat
Anda atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri Anda menderita stres terlalu
lama.
B.
ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN
DIRI)
Ada beberapa pengertian tentang
mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
1. W.A.Gerungan (1996) menybutkan bahwa
“Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat
menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat
desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu
berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya
adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku
ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.
2. Menurut Soeharto Heerdjan (1987),
“Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan
dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang
di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk
mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi tempat
terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian
yang berorientasi pada tugas (task oriented).
1. Tujuan Adaptasi
a.
Menghadapi
tuntutan keadaan secara sadar
b. Menghadapi tuntutan keadaan secara
realistic
c.
Menghadapi
tuntutan keadaan secara objektif
d. Menghadapi tuntutan keadaan secara
rasional
Cara
yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain :
a.
Menghadapi
tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak
mau tahu sama sekali.
c.
Kompromi (kesepakatan).
Contoh :
Seorang
mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras
(terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau
mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi).
2. Jenis Adaptasi
a.
Adaptasi
Fisiologik, bisa terjadi secara local atau umum.
Contoh :
·
Seseorang
yang mampu mengatasi stress, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar,
serta wajahnya tidak pucat.
·
Seseorang
yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan merasa mengalami
gangguan apa-apa pada organ tubuh.
b. Adaptasi psikologis, bisa terjadi
secara :
·
Sadar :
Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah
·
Tidak
sadar : Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
·
Menggunakan
gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila
seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa
tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress. Stres
bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.
Bentuk-bentuk
mekanisme pertahanan ego yaitu sebagai berikut :
a.
Represi (melupakan isi kesadaran)
Yang paling dasar di antara
mekanisme pertahanan lainnya. suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari
kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. represi terjadi secara tidak
disadari.
b. Denial (penyangkalan)
Memainkan peran defensif, sama
seperti represi. orang menyangkal untuk melihat atau menerima masalah atau
aspek hidup yang menyulitkan.
c.
Reaction Formation (melakukan tindakan yang berlawanan)
Salah satu pertahanan terhadap
impuls yang mengancam adalah secara aktif mengekspresikan impuls yang
bertentangan dengan keinginan yang mengganggu, orang tidak usah harus
menghadapi anxietas yang muncul seandainya ia menemukan dimensi yang ini (yang
tidak dikehendaki) dari dirinya. individu mungkin menyembunyikan kebencian
dengan kepura-puraan cinta, atau menutupi kekejaman dengan keramahan yang
berlebihan.
d. Displacement
(pemindahan)
salah satu cara menghadapi anxietas
adalah dengan memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek “yang lebih
aman”. misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan atasannya melampiaskan
hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya
e.
Rasionalisasi
kadang-kadang orang memproduksi
alasan-alasan “baik” untuk menjelaskan egonya yang terhantam. rasionalisasi
membantu untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan membantu untuk
melemahkan pukulan yang berkaitan dengan kekecewaaan. misalnya bila orang tidak
mendapatkan posisi yang diinginkannya dalam pekerjaan, mereka memikirkan
alasan-alasan logis mengapa mereka tidak mendapatkannya, dan kadang-kadang
mereka berusaha membujuk dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya dia
tidak menghendaki posisi tersebut.
f.
Sublimasi
Dari pandangan freud, banyak
kontribusi artistik yang besar merupakan hasil dari penyaluran energi sosial
atau agresif kedalam tingkah laku kreatif yang diterima secara sosial dan
bahkan dikagumi. misalnya impuls agresif dapat disalurkan menjadi prestasi
olahraga.
g. Regresi
(pemunduran)
Beberapa orang kembali kepada bentuk
tingkah laku yang sudah ditinggalkan. menghadapi stress atau tantangan besar,
individu mungkin sudah berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan bertingkah
laku tidak dewasa atau tak pantas.
h. Introyeksi
Mekanisme introyeksi terdiri dari
mengambil alih dan “menelan” nilai-nilai standar orang lain. Contoh : seorang
anak yang mengalami penganiayaan, mengambil alih cara orangtuanya menanggulangi
stress, dan dengan demikian mengabadikan siklus penganiayaan anak. introyeksi
dapat pula positif, bila yang diambil alih adalah nilai-nilai positif dari
orang-orang lain
BAB III
KESIMPULAN
Stres yang terjadi pada setiap
individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan
menyelesaikan masalah tersebut atau biasa disebut dengan koping yang digunakan.
Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut
akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan
baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi
adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan
homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam
dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika
stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan
keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul,
Azis. 2007. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
2. Siswanto.
2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan,
dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi
3. Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Departemen Agama RI
4. Yosep,
Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Resika Aditama
5. http://www.aadan.co.cc/konsep
cemas, dan adaptasi.htm
6. Wartonah,
Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
7. Suliswati
dkk. 2004. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC
8. Asmadi.
2008. Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment