|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Appendisitis di Ruang Perawatan Bedah BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 12-14 Juni 2014” selama 3 hari terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kasus, untuk
memahami kesenjangan tersebut maka penulis akan membahas sebagai berikut :
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan
keperawatan yang nyata dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari 5 langkah yaitu : Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
A.
Pengkajian
Dalam tinjauan teoritis menurut Marilynn
E. Doengoes, 2000, pengkajian meliputi: malaise, takhikardi, konstipasi, distensi
abdomen, nyeri tekan atau lepas, anoreksia, mual dan muntah, nyeri abdomen
sekitar umbilicus, demam ringan dan Takipnea.
|
Sedangkan yang ditemukan pada kasus yaitu
nyeri pada luka post operasi, klien nampak gelisah, ekspresi wajah klien
meringis, klien nampak kotor, klien nampak lemah. nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah bekas
operasi, nyeri hilang timbul., tidak bisa beraktivitas secara mandiri, susah
tidur dan sering terbangun, badannya lemah, badannya panas, sering pusing,
Jadi bila dibandingkan dengan teori dan kasus maka terdapat beberapa
kesenjangan disebabkan karena klien saat pengkajian terdapat tanda- tanda yang
tidak terdapat dalam teori yaitu takhikardi, konstipasi, distensi abdomen, anoreksia, mual dan muntah, dan Takipnea.
Adapun sebagian tanda yang ditemukan dalam kasus
namun tidak ditemukan dalam teori yaitu klien nampak kotor, klien nampak lemah. tidak bisa beraktivitas secara mandiri, susah tidur
dan sering terbangun, badannya lemah dan sering pusing.
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori
yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan Distensi jaringan
usus/inflamasi dan adanya insisi bedah.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik terhadap pembedahan.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang
informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan
perforasi, ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses, insisi bedah.
5. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi.
Sedangkan pada kasus ditemukan diagnosa.
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontunitas jaringan.
2.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat /
tidur berhubungan dengan nyeri
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan
Jadi berdasarkan teori ditemukan 5
diagnosa keperawatan dan pada tinjauan kasus ditemukan 4 diagnosa. Adapun
kesenjangan teori dan tinjauan kasus adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan yang ditemukan
dalam teori namun tidak ditemukan dalam kasus adalah :
1. Ansietas berhubungan dengan kurang
informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik terhadap pembedahan.
3. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi.
Dan
diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus namun tidak ditemukan dalam
teori adalah:
1.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri
2.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
C.
Perencanaan
Dalam perencanaan
tindakan keperawatan, penulis menyusun rencana tindakan
sesuai dengan teori dan juga dalam menentukan
tujuan, rasionalisasi dengan memperhatikan keadaan klien serta urutan prioritas
kebutuhan klien, seperti :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontunitas jaringan, rencana tindakan yang dilakukan adalah Mengkaji tingkat
nyeri, lokas dan karateristik nyeri. Skala nyeri 6 (Sedang), nyeri hilang
timbul dan dirasakan ketika bergerak, Mengobservasi TTV, Memberikan posisi yang nyaman., Penatalaksanaan pemberian antrain
2.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi , Mengkaji TTV, memberi kompres air hangat, menganjurkan
minum sedikit tapi sering, mengkoolaborasi dengan tim medis lain tentang
pemberian obat antipiretik
3.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri, Mengkaji kebiasaan tidur, Menciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman, Menghindarkan lingkungan yang dapat
membangunkan klien saat tidur, Membatasi pengunjung, Memberi penjelasan pada
klien dan keluarga tentang pentingnya istirahat tidur.
4.
Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
Mengkaji tanda-tanda infeksi, Menggunakan teknik aseptik dalam perawatan
luka, Mengobservasi tanda-tanda vital, Mengganti verband pada luka post operasi
klien dengan tehnik septik dan anti septik,
Menganjurkan pada klien untuk mempertahankan luka tetap bersih dan tidak
basah dengan cara saat mandi dan buang air mengusahakan agar luka tidak terkena
air, Mengkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
D.
Implementasi
Dalam pelaksanaan intervensi keperawatan yang terdapat pada kasus tidak
menimbulkan kesenjangan dengan teori. Implementasi dalam kasus dapat
disesuaikan dengan teori karena klien yang sangat kooperatif dan membantu
penulis dalam melaksanakan peraktek dengan tetap mempertahankan keadaan klien,
dibantu penggunaan alat yang ada di BLUD RS Tenriawaru ditambah dengan
alat-alat yang disediakan oleh penulis sendiri. Dalam setiap implementasi itu
sendiri penulis tetap memperhatikan teknik-teknik aseptik maupun anti septik
dan disesuaikan dengan kondisi klien, Pada tahap perencanaan ini penulis tidak menemui hambatan
yang berarti hal ini tercermin pada penemuan perencanaan tindakan sesuai dengan
masalah yang dialami klien sehingga pelaksanaan tepat waktu.
E.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang mencakup pencapaian
tujuan keperawatan yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontunitas jaringan.
Masalah ini belum teratasi sampai pada
akhir asuhan keperawatan .
2.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
Masalah ini mampu teratasi pada hari II pada
tanggal 13 Juni 2014
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat /
tidur berhubungan dengan nyeri
Masalah ini mampu teratasi pada hari pertama Klien melaksanakan asuhan
keperawatan pada tanggal 12 Juni 2014.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Masalah Teratasi pada hari II yakni pada tanggal 13 Juni 2014
|
BAB V
PENUTUP
Setelah menguraikan tinjauan
teori dan tinjauan kasus, serta perbandingan dari keduanya, dalam penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Post Op Appendektomi “Appendisitis” di Ruang
Perawatan Bedah BLUD RS
Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 12-14 Juni 2014” maka penulis menarik kesimpulan dan
saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1.
Dalam menerapkan proses asuhan
keperawatan yaitu pengkajian pada Ny ”R” post operasi apendisitis diperlukan
kecermatan dan ketelitian serta sangat diperlukan pendekatan interpersonal
terhadap klien agar diperoleh hasil pengkajian yang akurat, berdasarkan kondisi
klien.
2. Dalam menegakkan diagnosa diperlukan
pengkajian yang akurat. Masalah yang muncul dalam teori adalah nyeri, defisit
perawatan diri, ansietas, resiko terjadinya infeksi, resiko kekurangan volume
cairan. Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus yaitu : Nyeri,
intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, kecemasan, resiko terjadinya
infeksi.
3.
|
Dalam intervensi
keperawatan pada Ny “R” post operasi apendesitis berorientasi pada keluhan
bio-psiko-sosial dan spritual berdasarkan data pengkajian, sehingga tindakan
menjadi lebih efisien dan efektif yang tidak selamanya harus mengikuti
intervensi berdasarkan teori, tapi disuaikan dengan kebutuhan klien.
4. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan
pada Ny “R” post operasi apendesitis perlu diperhatikan pelaksanaan secara
aseptik dan antiseptik serta memperhatikan kondisi klien pada saat itu.
5. Sebagai langkah terakhir dalam proses
keperawatan, evaluasi harus dilaksnakan secara cermat dan teliti agar dapat
dinilai keberhasilan dan kekurangan dari proses keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dari evaluasi pada klien Ny ”R” dimana dari kempat diagnosa yang
ditemukan , dua diagnosa telah teratasi yaitu Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi Masalah ini mampu teratasi pada hari II pada tanggal 13 Juni
2014, Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat/ idur berhubungan dengan nyeri Masalah
ini mampu teratasi pada tanggal 12 Juni 2014. Masalah Teratasi pada hari II
yakni pada tanggal 13 Juni 2014
6. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
perlu dilakukan pendokumentasian sebagai salah satu bukti dan pertanggung
gugatan perawat terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
B. Saran-saran
1.
Kepada
perawat :
a. Agar mendapatkan hasil optimal dalam
pengkajian, maka terlebih dahulu harus dilakukan pendekatan interpersonal terhadap klien dan
keluarganya sehingga terbina hubungan yang baik antara klien-perawat dengan
tetap menerapkan etika keperawatan.
b. Dalam memberikan perencanaan, tindakan
disesuaikan dengan kebutuhan klien sehingga implementasi dapat terlaksana
dengan baik.
c. Mengingat pentingnya asuhan keperawatan maka
perlu ditangani secara professional untuk itu perawat perlu memiliki
keterampilan, pengetahuan dalam melakukan
tindakan keperawatan khususnya dalam merawat klien Apendesitis.
2.
Bagi
Klien :
a.
Bagi klien diharapkan untuk
menerapkan apa yang menjadi anjuran perawat dan dokter selama perawatan dan
pengobatan sebagai langkah perawatan lanjutan untuk mempercepat penyembuhan
penyakit.
b. Diharapkan kepada keluarga dan klien untuk ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mempercepat penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman & Hackley, 2000. Keperawatan
Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Grace & Borley, 2006. At a
Glance : Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Haryanto, 2007. Konsep
Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep (Concept Mapping).
Jakarta:Salemba Medika
Ibrahim, 2013. Gambaran Pengetahuan Pasien
Tentang Mobilisasi Post Operasi Appendisitis di Ruang Bedah RSUD
Prof.Dr.H.Aloei.Saboe Kota Gorontalo. http://kim.ung.ac.id/index. (Online) Diakses 19 Juni 2014
Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Medika. Aesculpalus, FKUI, Jakarta
Medical Record BLUD RS Tenriawaru
Watampone.
Marlitasari, 2010. Gambaran
Penatalaksanaan Mobilisasi Dini Oleh Perawat Pada Pasien Post Appendiktomy Di
RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010. http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id (Online) Diakses 01 Juli 2014.
Muttaqin, 2011. Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
Nasution, 2012. Hubungan
Antara Jumlah Leukosit Dengan Apendisitis Akut Dan Apendisitis Perforasi Di RSU
Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011. http://jurnal.untan.ac.id. (Online)
Diakses 18 Juni 2014.
Satyanegara, 2005. Panduan Lengkap Perawatan Untuk
Bayi Dan Balita. Jakarta : Arcan.
Schwartz, 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Silbernagl, 2007. Teks & Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth . : Jakarta : EGC
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
https://konsepbiologi.wordpress.com.
(Online) Diakses 20 Juni 2014
No comments:
Post a Comment