Tuesday, 19 December 2017

KTI APPENDISITIS BAB IV-V


 
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan  Appendisitis  di Ruang Perawatan Bedah BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 12-14 Juni 2014” selama 3 hari terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kasus, untuk memahami kesenjangan tersebut maka penulis akan membahas sebagai berikut :
Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan keperawatan yang nyata dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari 5 langkah yaitu : Pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A.      Pengkajian
Dalam tinjauan teoritis menurut Marilynn E. Doengoes, 2000, pengkajian meliputi: malaise, takhikardi, konstipasi, distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, anoreksia, mual dan muntah, nyeri abdomen sekitar umbilicus, demam ringan dan Takipnea.
76
 
Sedangkan yang ditemukan pada kasus yaitu nyeri pada luka post operasi, klien nampak gelisah, ekspresi wajah klien meringis, klien nampak kotor, klien nampak lemah. nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah bekas operasi, nyeri hilang timbul., tidak bisa beraktivitas secara mandiri, susah tidur dan sering terbangun, badannya lemah, badannya panas, sering pusing,
Jadi bila dibandingkan dengan teori dan kasus maka terdapat beberapa kesenjangan disebabkan karena klien saat pengkajian terdapat tanda- tanda yang tidak terdapat dalam teori yaitu takhikardi, konstipasi, distensi abdomen,  anoreksia, mual dan muntah, dan Takipnea.
 Adapun sebagian tanda yang ditemukan dalam kasus namun tidak ditemukan dalam teori  yaitu klien nampak kotor, klien nampak lemah. tidak bisa beraktivitas secara mandiri, susah tidur dan sering terbangun, badannya lemah dan sering pusing.

B.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori yaitu :
1.      Nyeri berhubungan dengan Distensi jaringan usus/inflamasi dan adanya insisi bedah.
2.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik terhadap pembedahan.
3.      Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
4.      Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi, ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses, insisi bedah.
5.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi.
Sedangkan pada kasus ditemukan diagnosa.
1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunitas jaringan.
2.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri
4.      Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
Jadi berdasarkan teori ditemukan 5 diagnosa keperawatan dan pada tinjauan kasus ditemukan 4 diagnosa. Adapun kesenjangan teori dan tinjauan kasus adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori namun tidak ditemukan dalam kasus adalah :
1.      Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
2.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik terhadap pembedahan.
3.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi.
Dan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus namun tidak ditemukan dalam teori adalah:
1.      Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri
2.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

C.      Perencanaan
Dalam  perencanaan  tindakan  keperawatan,  penulis menyusun rencana tindakan 
sesuai dengan teori dan juga dalam menentukan tujuan, rasionalisasi dengan memperhatikan keadaan klien serta urutan prioritas kebutuhan klien, seperti :
1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunitas jaringan, rencana tindakan yang dilakukan adalah Mengkaji tingkat nyeri, lokas dan karateristik nyeri. Skala nyeri 6 (Sedang), nyeri hilang timbul dan dirasakan ketika bergerak, Mengobservasi TTV, Memberikan posisi yang nyaman., Penatalaksanaan pemberian antrain
2.        Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi , Mengkaji TTV, memberi kompres air hangat, menganjurkan minum sedikit tapi sering, mengkoolaborasi dengan tim medis lain tentang pemberian obat antipiretik
3.        Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri,  Mengkaji kebiasaan tidur, Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, Menghindarkan lingkungan yang dapat membangunkan klien saat tidur, Membatasi pengunjung, Memberi penjelasan pada klien dan keluarga tentang pentingnya istirahat tidur.
4.        Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
Mengkaji  tanda-tanda infeksi,  Menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka,  Mengobservasi tanda-tanda vital,  Mengganti verband pada luka post operasi klien dengan tehnik septik dan anti septik,  Menganjurkan pada klien untuk mempertahankan luka tetap bersih dan tidak basah dengan cara saat mandi dan buang air mengusahakan agar luka tidak terkena air,  Mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.

D.      Implementasi
Dalam pelaksanaan intervensi keperawatan yang terdapat pada kasus tidak menimbulkan kesenjangan dengan teori. Implementasi dalam kasus dapat disesuaikan dengan teori karena klien yang sangat kooperatif dan membantu penulis dalam melaksanakan peraktek dengan tetap mempertahankan keadaan klien, dibantu penggunaan alat yang ada di BLUD RS Tenriawaru ditambah dengan alat-alat yang disediakan oleh penulis sendiri. Dalam setiap implementasi itu sendiri penulis tetap memperhatikan teknik-teknik aseptik maupun anti septik dan disesuaikan dengan kondisi klien, Pada tahap perencanaan ini penulis tidak menemui hambatan yang berarti hal ini tercermin pada penemuan perencanaan tindakan sesuai dengan masalah yang dialami klien sehingga pelaksanaan tepat waktu.

E.      Evaluasi
 Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang mencakup pencapaian tujuan keperawatan yaitu :
1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunitas jaringan.
Masalah ini belum teratasi sampai pada akhir asuhan keperawatan .
2.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Masalah ini mampu teratasi pada hari II pada tanggal 13 Juni 2014
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri
Masalah ini mampu teratasi pada hari pertama Klien melaksanakan asuhan keperawatan pada tanggal 12 Juni 2014.
4.      Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Masalah Teratasi pada hari II yakni pada tanggal 13 Juni 2014
















 
BAB V
PENUTUP

Setelah menguraikan tinjauan teori dan tinjauan kasus, serta perbandingan dari keduanya, dalam penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan  Post Op Appendektomi “Appendisitis”  di Ruang Perawatan Bedah BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 12-14 Juni 2014” maka penulis menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A.    Kesimpulan
1.      Dalam menerapkan proses asuhan keperawatan yaitu pengkajian pada Ny ”R” post operasi apendisitis diperlukan kecermatan dan ketelitian serta sangat diperlukan pendekatan interpersonal terhadap klien agar diperoleh hasil pengkajian yang akurat, berdasarkan kondisi klien.
2.      Dalam menegakkan diagnosa diperlukan pengkajian yang akurat. Masalah yang muncul dalam teori adalah nyeri, defisit perawatan diri, ansietas, resiko terjadinya infeksi, resiko kekurangan volume cairan. Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus yaitu : Nyeri, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, kecemasan, resiko terjadinya infeksi.
3.     
82
 
Dalam intervensi keperawatan pada Ny “R” post operasi apendesitis berorientasi pada keluhan bio-psiko-sosial dan spritual berdasarkan data pengkajian, sehingga tindakan menjadi lebih efisien dan efektif yang tidak selamanya harus mengikuti intervensi berdasarkan teori, tapi disuaikan dengan kebutuhan klien.
4.      Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny “R” post operasi apendesitis perlu diperhatikan pelaksanaan secara aseptik dan antiseptik serta memperhatikan kondisi klien pada saat itu.
5.      Sebagai langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi harus dilaksnakan secara cermat dan teliti agar dapat dinilai keberhasilan dan kekurangan dari proses keperawatan yang telah dilaksanakan. Dari evaluasi pada klien Ny ”R” dimana dari kempat diagnosa yang ditemukan , dua diagnosa telah teratasi yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Masalah ini mampu teratasi pada hari II pada tanggal 13 Juni 2014, Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat/ idur berhubungan dengan nyeri Masalah ini mampu teratasi pada tanggal 12 Juni 2014. Masalah Teratasi pada hari II yakni pada tanggal 13 Juni 2014
6.      Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perlu dilakukan pendokumentasian sebagai salah satu bukti dan pertanggung gugatan perawat terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

B. Saran-saran
1.        Kepada perawat :
a.    Agar mendapatkan hasil optimal dalam pengkajian, maka terlebih dahulu harus dilakukan  pendekatan interpersonal terhadap klien dan keluarganya sehingga terbina hubungan yang baik antara klien-perawat dengan tetap menerapkan etika keperawatan.
b.      Dalam memberikan perencanaan, tindakan disesuaikan dengan kebutuhan klien sehingga implementasi dapat terlaksana dengan baik.
c.      Mengingat pentingnya asuhan keperawatan maka perlu ditangani secara professional untuk itu perawat perlu memiliki keterampilan, pengetahuan dalam melakukan  tindakan keperawatan khususnya dalam merawat klien Apendesitis.
2.        Bagi Klien :
a.    Bagi klien diharapkan untuk menerapkan apa yang menjadi anjuran perawat dan dokter selama perawatan dan pengobatan sebagai langkah perawatan lanjutan untuk mempercepat penyembuhan penyakit.
b. Diharapkan kepada keluarga dan klien untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mempercepat penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA


Baughman & Hackley, 2000. Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Grace & Borley, 2006. At a Glance : Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Haryanto, 2007. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Pemetaan Konsep (Concept Mapping). Jakarta:Salemba Medika

Ibrahim, 2013. Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi Post Operasi Appendisitis di Ruang Bedah RSUD Prof.Dr.H.Aloei.Saboe Kota Gorontalo. http://kim.ung.ac.id/index.  (Online) Diakses 19 Juni 2014

Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Medika. Aesculpalus, FKUI, Jakarta

Medical Record BLUD RS Tenriawaru Watampone.

Marlitasari, 2010. Gambaran Penatalaksanaan Mobilisasi Dini Oleh Perawat Pada Pasien Post Appendiktomy Di RS PKU Muhammadiyah Gombong.    Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010. http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id (Online) Diakses 01 Juli 2014.

Muttaqin, 2011. Gangguan  Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika

Nasution, 2012. Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan Apendisitis Akut Dan Apendisitis Perforasi Di RSU Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011. http://jurnal.untan.ac.id. (Online) Diakses 18 Juni 2014.

Satyanegara, 2005. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta : Arcan.

Schwartz, 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Silbernagl, 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth . : Jakarta : EGC

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Yulianto, 2011. Sistem Pencernaan. https://konsepbiologi.wordpress.com. (Online) Diakses 20 Juni 2014

No comments:

Post a Comment