GAMBARAN PENGETAHUAN
IBU
TENTANG
IMD
DENGAN PELAKSANAAN IMD DI KECAMATAN TANETE RIATTANG TAHUN 2014
Proposal
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan
sebagai salah satu syarat untuk melakukan Penelitian Ilmiah Dalam Rangka
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah Di Akademi kebidanan Batari Toja Watampone
Tahun
2014
S T A
R I N A
BT 11
074
AKADEMI
KEBIDANAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis haturkan kehadiratan Allah SWT yang telah memberikanrahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang Imd Dengan Pelaksanaan
Imd Di Kecamatan Tanete Riattang Tahun
2014 “.
Adapun
maksud dari pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
syarat akademi dalam rangka menyelesaikan kuliah di Akademi Kebidanan. Batari
Toja Watampone.
Selanjutnya,
penulis mengucapakan terima kasih kepada Disen Pembimbing Mata Kuliah Metode
Penelitian dan juga teman-teman seangkatan yang banyak membantu dalam pembuatan
Proposal ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan
saran sebagai masukkan guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
selanjutnya
Akhir
kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai
tambahan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi semua
pihak. Amin.
Watampone, 17 Januari 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………....ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penelitian ………………………………………...1
1.2.
Rumusan Masalah
Penelitian……………………………………...4
1.3.
Tujuan
Penelitian…………….……………………………………4
1.4.
Manfaat
Penelitian………………………………………………...5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan.........................................
2.2.
Tinjauan Tentang
Inisiasi Menyusu Dini ..................................
2.3.
Tinjauan Tentang
Faktor-Faktor Yang Perhubungan Dengan .....
Inisiasi
Menyusu Dini....................................................................
2.4.
Kerangka Konsep.........................................................................
2.5.
Definisi Operasional
Variabel Penelitian
BAB III : SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1.
Subjek Penelitian .............................................................................
3.2.
Metode
Penelitian ………………………………………………..
3.3.
Aspek Etis Penelitian ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB di New
York pada bulan September 2000 dihadiri oleh 189 negara anggota PBB termasuk
Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG’s (Millenium
Development Goals). MDG’s mencakup delapan tujuan salah satunya yaitu
menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu .1
Pernyataan tersebut sesuai dengan evidence based WHO
dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama bayi yang menyatakan
bahwa bayi baru lahir harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu. 2
Di Indonesia hal tersebut tercantum dalam SK Menkes
No 450/MenKes/SK/IV/2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama
yang menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya
segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan
melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan, menunda prosedur lainnya yang
harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan.
Akan tetapi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia menurut SDKI
tahun 2009 hanya 40,21% bayi yang disusui dalam 1
jam pertama setelah kelahiran.3
Di Indonesia diperkirakan bahwa 20% bayi meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi
pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, dimana bayi sangat
rentan terhadap kesakitan dan kematian.2
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 2008
mencapai 307/100.000 kelahiran hidup (KH) menurun pada tahun 2009 mencapai
228/100.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi (AKB) tahun 2008
mencapai 34/1000 KH menurun pada tahun 2009 menjadi 31/1000 KH. Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009 AKB mencapai angka 10,25/1.000 KH dan AKI sebesar 117,02/100.000
KH (SDKI, 2009). Di Kabupaten Semarang tahun 2009 AKB mencapai angka 203/1.000
KH dan AKI sebesar 19/100.000 KH
Manfaat inisiasi menyusu dini menurut penelitian dr.
Karen Edmond, dkk dari Inggris terhadap 10.974 bayi di Ghana menyatakan bahwa
22% kematian bayi di bawah usia 28 hari dapat dicegah dengan memberikan ASI
segera setelah lahir dan 16% bila bayi disusui sejak hari pertama kehidupannya.
4
Secara alamiah proses inisiasi menyusu dini akan
mengurangi rasa sakit pada ibu, membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
perdarahan. Kerugian bila bayi tidak disusui secara dini bayi cenderung tidak
berminat untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila tidak segera disusui
ibu akan kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus diberikan eksklusif selama 6
bulan.2
Inisiasi menyusui dini masih sulit diterapkan karena kebanyakan ibu
tidak tahu bahwa inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat, proses yang
hanya memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup
serta adanya beberapa pendapat yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu
menganggap bayinya akan kedinginan bila tidak segera dibedong, ibu terlalu
lelah untuk segera menyusui bayinya, ibu takut jika bayinya jatuh, ibu merasa
badan dan bayinya masih kotor sehingga harus dimandikan, bayi kurang siaga
dalam 1-2 jam pertama, kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak
memadai sehingga diperlukan cairan lain, kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya
untuk bayi. Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui
masyarakat karena inisiasi menyusu dini merupakan ilmu pengetahuan yang baru.4
Hasil Riskesdas (2010), menunjukan bahwa terjadi
penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif sampai dengan 6 bulan.
Pada tahun 2010 yang mendapatkan ASI ekslusif hanya 15%. Inisiasi menyusu dini
kurang dari 1 jam setelah bayi lahir adalah 29,3%. Provinsi Sulawesi Selatan menunjukan inisiasi dini menyusui kurang dari 1
jam adalah 30,1% dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9%.Sedangkan jumlah bayi
yang diberi ASI ekslusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%, terjadi
penurunan dari tahun 2006 yaitu 57,48% dan tahun 2007 yaitu 57,05%., sedangkan
di Kab. Bone , Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Bone ,
cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bone pada tahun
2008 masih rendah yaitu sebesar 29,77%. (http://www.depkes.go.id,
diakses tanggal 4 Januari 2014).
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya
pengetahuan ibu tentang ASI sejak kehamilan sampai dengan pasca melahirkan
berdampak pada sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu
dalam pemberian ASI.
Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah sikap seseorang itu merespon suatu penyakit. Sikap dapat
digunakan untuk memprediksikan tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan
demikian sikap dapat diposisikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang
akan tampak aktual apabila kesempatan untuk menyatakan terbuka luas. 5
Berdasarkan pada uraian tersebut maka peneliti ingin menelusuri bagaimana Gambaran pengetahuan Ibu tentang IMD
dengan pelaksanaan IMD Di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang IMD dengan pelaksanaan IMD Di Kecamatan
Tanete Riattang Timur Tahun 2014?
1.3.
Maksud dan Tujuan
Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Untuk Mengetahui gambaran pengetahuan
ibu menyusui tentang inisiasi menyusui dini dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun
2014.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksud untuk memperoleh informasi
mengenai ”Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang IMD di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014”.
1.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui Tentang Pengertian IMD di
Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014
2.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui Tentang Manfaat IMD di Kecamatan
Tanete Riattang Tahun 2014
3.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang cara pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang
Tahun 2014
4.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang waktu pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Tahun
2014
5.
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang tempat pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Tahun
2014
1.4. Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Manfaat Teoritis
1.
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Menambah masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungan
terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan melaksanakan program inisiasi
menyusu dini dan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang
inisiasi menyusu dini.
2.
Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu dan
bayi baru lahir.
3.
Pelaksanaan
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan
sehubungan dengan penelitian hubungan pengethuan ibu tentang inisiasi menyusu
dini dan cara pelaksanaannya di
Kecamatan Tanete Riattang Timur.
4.
Institusi
Menambah referensi yang menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan
mahasiswa tentang inisiasi menyusu dini.
1.4.2.
Manfaat Teoritis
1.
Pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat tentang inisiasi menyusu dini.
2.
Metodologi penelitian
Informasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya dalam bidang yang sama.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Tinjauan
Umum Tentang Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Sedangkan menurut Poejawijatna (1998) menyebutkan bahwa pengetahuan akan
membuat seseorang mampu mengambil keputusan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu
dari manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
sehingga seseorang mampu mengambil keputusan.
2.1.2. Tingkatan
Pengetahuan
Menurut
Bloon dalam Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan ada enam tingkat yaitu :
1.
Tahu (know)
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Contoh : pasien dapat menyebutkan efek dari radiasi sinar – x.
2.
Memahami (comprehension)
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Misalnya
dapat menjelaskan bahaya dari efek radiasi sinar – x.
3.
Aplikasi (Application)
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4.
Analisis (analysis) adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (synthesis)
menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.
Evaluasi (evaluation)
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Departemen
Kesehatan RI (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
antara lain :
1.
Umur
Orang
yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreativitas lebih
tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui dibandingkan
dengan orang yang lebih tua. Disamping itu kemampuan untuk menyerap pengetahuan
baru lebih mudah dilakukan pada umur yang lebih muda karena otak berfungsi
maksimal pada umur muda (Nursalam dan Pariani, 2001).
Menurut
Manuaba (1998) usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur 20-35 tahun dan
reproduksi tidak sehat umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Ibu
yang mampu menerima dan mengerti informasi yang diberikan dengan baik cenderung
akan memberikan persepsi dan bersikap positif sesuai dengan pemahamannya.
2.
Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut
untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat
pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2003) berupa UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu
pendidikan dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi
SMU/SMK,
dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi.
3.
Paritas
Paritas
merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar
rahim. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang terhadap
pengetahuan dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan
semakin mudah. Menurut Nursalam dan Pariani (2001), pengalaman merupakan
pendekatan yang penting dalam memecahkan masalah. Paritas dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a.
Primipara : wanita yang telah melahirkan anak satu kali dengan usia
kehamilan > 28 minggu.
b.
Multipara : seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang
anak.
c.
Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan lima orang anak atau lebih
(Pusdiknakes, 2003).
2.1.4. Peran
Pengetahuan terhadap praktek pemberian ASI
Tingkat pendidikan
sangat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh responden, karena semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya,
dan semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula
tingkat pengetahuannya.
2.2.
Tinjauan
Tentang Inisiasi Menyusu Dini
2.2.1. Pengertian
Inisiasi menyusu dini (early inisiasion)
atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai
kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan di biarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini ini di namakan the breast cram atau merangkak
mencari payudara.5
Inisiasi menyusu dini (earli inisiasion)
atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir. Cara ini bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the best crawl
atau merangkak mencari payudara.6
Inisiasi Menyusun Dini (IMD) merupakan
langkah awal menuju kesuksesan menyusui, salah satu factor penting dari
pembangunan sumber daya manusia ke depan. Penelitian menunjukkan bahwa
mortalitas dapat ditekan dengan efektif saat kita memberikan kesempatan pada
bayi untuk bersama ibunya, dengan kontak kulit dan membiarkan mereka
bersama-sama minimal 1 jam. Di saat itu ibu dapat merespon bayinya, memberi
perhatian, memberi kehangatan dan memperkenalkan arti kehidupan dunia yang
baru, sehingga bayi pun lebih tenang dan jarang menangis, bayi menjadi lebih
hangat sehingga dapat menurun resiko kedinginan, bayi pun
dapat
menghadapi proses adaptasi dengan lebih baik.2
2.2.2. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini
1.
Meningkatkan
keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi menyusui
2.
Merangsang produksi
susu
Dengan keluarnya ASI, prolaktin terangsang untuk segera
memproduksi ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak ASI yang
dikeluarkan (diisap) dan akan makin banyak ASI yang keluar. Semakin tinggi
kadar oksitosin pada peredaran darah, merangsang proaklin untuk terus
memproduksi ASI.7
3. Mempercepat refleks mencari putting susu, refleks
mengisap dan refleks menelan
a.
Refleks
mencari puting susu.
Pada bayi baru
lahir akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya bayi akan
membuka mulutnya apabila bibirnya di sentuh dan berusaha untuk mengisap benda
yang disentuhkan tersebut.
b.
Refleks
mengisap
Rangsangan
mencari puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks mengisap isapan
ini akan menyebabkan Areola dan puting susu ibu tertekan gusi. Lidah dan
langit-langit bayi, sehingga ASI terpancar keluar.
c.
Refleks
menelan
Kumpulan ASI
di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan taring untuk
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung bayi.8
2.2.3.
Keuntungan inisiasi menyusu dini
1. Bagi ibu
a.
Oksitosin
1)
Stimulasi
kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan
2)
Merangsang pengeluaran
kolostrum dan meningkatkan produksi ASI
3)
Keuntungan dan hubungan
mutualistik ibu dan bayi
4)
Ibu menjadi lebih
tenang, fasilitasi kelahiran-kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari
berbagai prosedur pasca persalinan lainnya.8
b. Prolaktin
1)
Meningkatkan produksi
ASI
2)
Membantu
ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang nyaman
3)
Memberi
efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu
4)
Menunda
ovulasi. 8
2. Bagi
bayi
a. Makanan
dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang di
sesuaikan dengan kebutuhan bayi.
b. Memberikan
kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah
imunisasi pertama bagi bayi.
c. Meningkatkan
kecerdasan.
d. Membantu
bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas.
e. Meningkatkan
jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
f. Mencegah
hilangnya panas.
g. Merangsang
kolostrum segera keluar.6
2.2.4. Manfaat inisiasi menyusu dini
Membantu stabilitasi pernapasan, mengendalikan
dengan inkubator. Menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah
infeksi nosokomial kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena
pengeluarannya mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus
bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga di dapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian berat badan bayi
cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu inisiasi
menyusu dini dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. 9
2.2.5. Tata Cara
Pelaksanaan IMD
1.
Ibu
didampingi suami dan/atau anggota keluarga yang turut mendukung IMD.
2.
Anjurkan
tindakan tanpa obat dalam membantu kegiatan persalinan (termasuk untuk episiotomi
yang tidak diperlukan).
3.
Izinkan posisi melahirkan yang sesuai yang
dipilih oleh ibu.
4.
Segera setelah bayi menangis, keringkan
dengan tepat mempertahankan vernix (terutama pada bagian tangan) tidak perlu
dilakukan suction pada mulut dan hidung bayi apabila bayi sudah bisa menangis
sendiri.
5. Letakkan
bayi telanjang, posisi tengkurap dan mengahadap ibu, pada dada telanjang ibu
sehingga terjadi kontak kulit-selimuti keduanya bila perlu.
6. Biarkan
bayi mencari sendiri payudara ibu, jangan dipaksakan pada puting ibu.
7. Dukung
dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu
yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, duantaranya ;
istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan,
memasukkan tangan ke mulut, gerakan menghisap, atau mengeluarkan suara,
bergerak kearah payudara, daerah areola biasanya yang menjadi sasaran,
menyentuh puting susu dengan tangannya, dan menemukan puting susu, refleks
mencari puting melekat pada mulut terbuka lebar.
8. Bayi
berada dalam keadaan sadar rata-rata selama 2 jam setelah kelahiran apabila
setelah 1 jam bayi tidak berhasil menemukan puting ibu, dapat dibantu dengan
diarahkan.
9. Pertahankan
kontak kulit antara ibu dan bayi sampai dengan dan selama bayi menyusu.
10. Bantu
ibu yang melahirkan secara sectio untuk sedapat mungkin berhasil melakukan
kontak kulit dan IMD.
11. Tunda
prosedural rumah sakit terhadap bayi, seperti bayi ditimbang, diukur, diberi
salep mata, disinar, dicap, suntikan vitamin, dan lain-lain sampai dengan bayi
selesai menyusu.
12. Bayi
jangan diberikan cairan prelaktal,
kecuali ada indikasi medis.
13. Dengan
rawat gabung ibu (bayi selalu bersama ibu selama 24 jam) akan mudah merespon
bayi dan menghindari potensi pemberian susu formula dan makanan atau minuman
prelaktal.10
2.3.
Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Perhubungan Dengan Inisiasi Menyusu Dini
2.3.1. Pengetahuan Ibu
Dua buah kelebihan manusia yang sekadar
menjawb pertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan adalah dua buah kelebihan
manusia di bandingkan dengan makhluk lain ciptaan Allah, dengan pengetahuan
maka manusia dapat mengetahui apa air, api, alam dan sebagainya.11
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat
kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima
informasi tentang kehamilannya.
2. Tingkat
pendidikan
Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai” yang di perkenalkan.
3. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan
berfikir yang logis dan kritis.
4. Intelegensi
Pada prinsipnya
mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan
keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak
berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding
dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
5. Sosio-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang
ibu atau masyarakat yang berasal dari sosio ekonomu tinggi di mungkinkan lebih
memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu
atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk
mengambil sikap dan tindakan.
6. Sosial
Budaya
Dapat mempengaruhi proses
pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk
memperkuat super egonya.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja
pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena
dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman.11
2.3.2. Pendidikan Ibu
Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni:
1. Input
adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik
(pelaku pendidikan),
2. Proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
3. Output
(melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). 12
Ada tiga macam
pendidikan :
1. Pendidikan
formal
Adalah segenap bentuk pendidikan
atau pelatihan yang diberikn secara terorganisasi dan berjenjang baik yang
bersifat umum maupun khusus dan menggunakan dasar sesuai kurikulum.
2. Pendidikan
non formal
Adalah
pendidikan yang tak memerlukan kurikulum tertentu, misalnya khusus.
3. Pendidikan
in formal
Adalah
pendidikan atau pelatihan di dalm keluarga atau masyarakat dalam bentuk yang
tidak terorganisasi.
Terkait dengan pemberian ASI melalui
inisiasi menyusu dini, perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir
berubah sejalan dengan perubahan pendidikan formal. IMD meningkatkan
keberhasilan menyusu eksklusif. Pemberian susu formula meningkat dari 5% (pada
ibu yang berpendidikan sekolah dasar ke atas) sampai 56% (pada ibu yang tingkat
pendidikannya hingga perguruan tinggi). Sebaliknya pemberian ASI menurun dari
89% (pada ibu yang tingkat pendidikannya hingga perguruan tinggi). Keengaganan
untuk memberikan ASI utamanya dalam pelaksanaan inisiasi menyus dini, terutama
pada lingkungan yang berpendidikan tinggi, berpangkal pada isu pencemaran ASI
pada zat toksin, dioksin, dan timah hitam. Faktor yang melatar belakangi boleh
jadi brakar pada masalah urbanisasi, salah ibu yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan lebih di bandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah.
Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dan teori. Dari
ibu-ibu yang berusia dibawah 35 tahun lebih banyak mendapatkan informasi
tentang IMD, rasa ingin tau dan kepedulian mereka yang membuat mereka mengerti
dan mau peduli tentang pentingnya ASI segera setelah bayi lahir atau sering
disebut Inisisasi Menyusu Dini.13
2.3.3. Umur Ibu
Umur adalah suatu keadaan lamanya waktu manusia hidup. Orang yang berumur lebih tua mempunyai lebih banyak
mendapat informasi. Namun dari seluruh ibu yang sadar akan pentingnya ASI yang
segera setelah bayi lahir, kebanyakan ibu-ibu yang berusia mudah lebih banyak
mendapatkan informasi tentang IMD, rasa ingin tau dan kepedulian mereka yang
membuat mereka mengerti dan mau peduli tentang pentingnya ASI segera bayi lahir
ini, terbukti dari setiap ibu yang melahirkan kebanyakan yang meminta untuk
segera menyusui bayinya. 14
Namun
dari seluruh ibu yang sadar akan pentingnya ASI yang segera setelah bayi lahir
ini, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu yang berusia dibawah 35 tahun. Ini
disebabkan karena kebanyakan.
2.3. Kerangka Konsep
Kerangka
pemikiran adalah menggambarkan para dilama hubungan antara pariabel bebas dan
terikat.
Bagan
Kerangka pemikiran pada penelitian. 16
Keterangan
:
: Variabel dependent
|
: Variabel independent
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Subjek
Penelitian
Yang Menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah Seluruh ibu hamil atau ibu yang pernah hamil baik
primipara maupun multipara Di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014.
3.1.1. Populasi
Penelitian
Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini seluruh ibu hamil Trimester ketiga di Kecamatan
Tanete Riattang Tahun 2014.
3.1.2. Sampel Penelitian
Metode pengambilan
sampel dari penelitian ini sebagian dari ibu hamil Trimester ketiga di Kecamatan Tanete
Riattang Tahun 2014
3.1.3. Teknik Penarikan sampel
Jumlah sampel
dihitung dengan rumus :
11,96 × 0,3
× 0,7
=
0,12
Proporsi IMD Sul – Sel = 30,01%
0,30
n = (1,96 + 1,28 )
2
2
=
+ 1,28
2
=
1,96 + 1,28
0,2025
n = 0,898 + 0,554
0,2025
= 1.452
n = (1,96 + 1,28 )
2
2
=
+ 1,28 2
=
(1,96 + 1,28 2
0,012
n = ((1,96 2
0,012
=
=
= 131
3.2. Metode
Penelitian
3.2.1.
Desain
Penelitian
Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey dengan deskriftif
yakni melihat gambaran pengetahuan IMD dan pelaksaan IMD pada ibu hamil trimester ketiga di Kecamatan Tanete
Riattang 2014.
3.2.2
Variabel Penelitian
1.
Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Inisiasi Menyusu Dini inisiasi menyusu
dini. Kriteria pengetahuan ibu bersalin. Praktek inisiasi menyusu dini adalah
perilaku ibu bersalin yang menyusui anaknya segera setelah melahirkan dengan
cara meletakkan bayi didada ibunya yang sudah dialasi kain kering dan bayi
dibiarkan merangkak untuk mencari payudara ibunya.
2.
Variabel dependen
(variabel terikat )
Variabel dependen dalam penilitian ini adalah tingkat
pengetahuan ibu tentang Inisiasi menyusu Dini berdasarkan Karakteristik
responden:
3.2.2.
Defenisi
Operasional
4.
Tabel
3.1 Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Cara Ukur
|
Hasil ukur
|
Skala
|
1.
|
Umur
|
Lamanya
hidup yang dihitung dari tanggal lahir ibu
|
Kuesioner
|
Wawancara
|
Tahun
|
rasio
|
2.
|
Tingkat Pendidikan
|
Pendidikan formal yang pernah diikuti ibu yang dibuktikan
dengan ijazah terakhir yang dimiliki
|
Kuesioner
|
Wawancara
|
1. SD
2.SMP
3. SMA
4. D III
5.S I
6. S II
|
Ordinal
|
3.
|
Tingkat pengetahuan ibu tentang IMD
|
Sejauh mana pengetahuan ibu tentang metode
inisiasi menyusu dini yang di nilai melalui kuesioner sebanyak 20 nomor
pertanyaan
|
Kusioner
|
Wawancara
|
Tinggi >median
Rendah≤ median
|
Nominal
|
4.
|
Pelaksanaan IMD
|
Pelaksanaan metode IMD pada saat persalinan yang di ukur
melalui hasil wawancara
|
Kusioner
|
Wawancara
|
IMD
Tidak IMD
|
Nominal
|
3.2.4. Teknik Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data ini dikumpulkan sesuai dengan variabel
yang akan diteliti, data tersebut diperoleh kuesioner
yang di kumpulkan melalui kunjungan rumah ke rumah di wilayah kecamatan Tanete
Riattang kabupaten Bone tahun 2013.
3.2.5. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1.
Pengolahan Data
Menurut Notoatmojdo
(2010), langkah-langkah pengolahan
data secara manual, adalah :
Hasil wawancara atau angket yang
diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih
dahulu.
b.
Coding (membuat lembaran kode)
Lembaran atau kartu kode adalah
instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau
kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertayaan.
c.
Data Entry (memasukan Data)
Yakni mengisi kolom-kolom atau
kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing
pertanyaan.
d.
Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai
dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
2.
Teknik Analisa Data
Setelah data
dikumpulkan, kemudian diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian
dihitung nilai mean, median, dan modus. Dengan rumus sebagai berikut :
a.
Mean
Keterangan
:
: Mean
(rata-rata)
:
Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas i
xi :
Tanda kelas ke-i
n :
Jumlah sampel
b. Median
Keterangan
:
b
: Batas bawah kelas median
p
: Panjang kelas median
n
: Banyak pengamatan
F
: Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F
: frekuensi kelas median
c.
Modus
Keterangan :
b
: Batas bawah kelas modus
p
: Panjang kelas median
b1 : Frekuensi kelas modus dikurangi
frekuensi kelas interval
terdekat sebelumnya
b2 : Frekuensi kelas modus dikurangi
frekuensi kelas interval
terdekat berikutnya.
3.2.6
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang
terdiri dari 8 kelurahan yakni Biru, Bukaka, Manurunge, Masumpu, Pappolo, Ta,
Walanae, Watampone
3.2.7
Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan Penelitian
|
APRIL
|
MEI
|
JUNI
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Mengajukan
Judul
Konsul
KTI BAB I, II, III
Konsul
Perbaikan
Menyerahkan
Surat ke Pihak Puskesmas Watampone
Pengambilan
data
Konsul
KTI IV, V
Penyelesaian
|
Ö
|
ü
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
Ö
|
3.2.
Aspek
Etis Penelitian
Masalah etika penelitian kebidanan
merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian
kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut
:
1.
Penjelasan
tentang tujuan penelitian tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti.
2.
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan peneliti
terhadap subjek yang ada.
3.
Peneliti
akan menjelaskan mengenai ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh subjek
berupa waktu yang tersita sedemikian untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.
4.
Dalam
penelitian ini tidak ada efek yang akan ditimbulkan bagi subjek penelitian.
5.
Kesempatan
untuk bertanya.
6.
Kemungkinan
untuk diminta kembali pertanyaan lanjutan atau peneliti akan mengajukan kembali
pertanyaan terhadap subjek apabila masih terdapat informasi yang kurang.
7.
Dalam
hal ini tidak ada unsur paksaan terhadap subjek maupun tekanan atau konsekuensi
dalam bentuk apapun.
8.
Subjek
berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila
ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Saifuddin A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2006.
2.
Danur Sejiwa. Gambaran Pengetahuan-ibu-Nifas-tentang. (diunduh05-06- 2010). http://www.darsanursejiwa.blogspot.com
.2010
3.
Derajat Kesehatan Sulawesi Selatan.2009.
(diunduh pada 04 Mei 2009). Clatinkessulsel.wordpress.com.
4.
Utami. Inisiasi Menyusu Dini Dapat Cegah 22 Persen Kematian Neonatal. 2007.
(diunduh 19 Maret 2010). http;//depkominfo.go.id/2007/12/06 inisiasi menyusu
dini-dapat-cegah-22-persen-kematian-neonatal.
5.
Roesli, Utami. Inisiasi Menyusus Dini Plus ASI Eksklusif . Pustaka Bunda. Jakarta.
2008.
6.
Wulandari. Diah Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Condilcia, Jogyakarta. 2009.
7.
Purwanti, Sri Hubertin. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC
Jakarta. 2004.
8.
Depkes. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Bahan Tambahan Inisiasi
Menyusu Dini. JNPK – KR. Jakarta.2008.
9.
Prawirohardjo. Sarwono.
Ilmu Kebidanan . BP-SP.
Jakarta. 2008.
10.
Onggo. Tri Ira. Panduan Sumber lengkap Kehamilan Sehat. Nowdiglossia. Yogyakarta.
2010.
11.
Sutiya. Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang (IMD) . 2010. (diunduh 22
mei 2010). http://www.arsip-irdos,cnpt.co.cc/2010/05
12.
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. 2003.
13.
Rachmawati, E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD). 2010. (diunduh 22 mei 2010 (http://www.kompas.co.id).
14.
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustka, Jakarta. 2005.
15.
Kevyn. Kevyn’s Personal Journal.2009 . (di unduh tanggal 11 Juni 2010) http://kevynnurse.blogspot.com/2009
16.
Notoatmodjo. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta. 2010
No comments:
Post a Comment