Wednesday, 20 December 2017

PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMD DENGAN PELAKSANAAN IMD DI KECAMATAN TANETE RIATTANG TAHUN 2014

GAMBARAN  PENGETAHUAN  IBU  TENTANG  IMD DENGAN PELAKSANAAN IMD  DI KECAMATAN TANETE RIATTANG  TAHUN 2014



Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan Penelitian Ilmiah Dalam Rangka Pembuatan Karya Tulis Ilmiah Di Akademi kebidanan Batari Toja Watampone
Tahun 2014



S T A R I N A
BT 11 074

batari toja akbid
 









AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA
W  A T A M P O N E
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadiratan Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran  Pengetahuan  Ibu  Tentang  Imd Dengan Pelaksanaan Imd Di Kecamatan Tanete Riattang  Tahun 2014 “.
Adapun maksud dari pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat akademi dalam rangka menyelesaikan kuliah di Akademi Kebidanan. Batari Toja Watampone.
Selanjutnya, penulis mengucapakan terima kasih kepada Disen Pembimbing Mata Kuliah Metode Penelitian dan juga teman-teman seangkatan yang banyak membantu dalam pembuatan Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran sebagai masukkan guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini selanjutnya
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi semua pihak. Amin.
                                                                         Watampone, 17 Januari 2014
                                      
                                                                        Penulis

DAFTAR ISI

                     Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii
BAB I :  PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang Penelitian ………………………………………...1
1.2.    Rumusan Masalah Penelitian……………………………………...4
1.3.    Tujuan Penelitian…………….……………………………………4
1.4.    Manfaat Penelitian………………………………………………...5

BAB II :  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan.........................................
2.2.       Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini ..................................
2.3.       Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Perhubungan Dengan .....
Inisiasi Menyusu Dini....................................................................
2.4.       Kerangka Konsep.........................................................................
2.5.       Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III :  SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1.   Subjek Penelitian .............................................................................
3.2.   Metode Penelitian ………………………………………………..
3.3.   Aspek Etis Penelitian ...................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB di New York pada bulan September 2000 dihadiri oleh 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG’s (Millenium Development Goals). MDG’s mencakup delapan tujuan salah satunya yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu .1
Pernyataan tersebut sesuai dengan evidence based WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama bayi yang menyatakan bahwa bayi baru lahir harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu. 2
Di Indonesia hal tersebut tercantum dalam SK Menkes No 450/MenKes/SK/IV/2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama yang menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan, menunda prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan. Akan tetapi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia menurut SDKI tahun 2009 hanya 40,21% bayi yang disusui dalam 1
jam pertama setelah kelahiran.3
Di Indonesia diperkirakan bahwa 20% bayi meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, dimana bayi sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.2
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 2008 mencapai 307/100.000 kelahiran hidup (KH) menurun pada tahun 2009 mencapai 228/100.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi (AKB) tahun 2008 mencapai 34/1000 KH menurun pada tahun 2009 menjadi 31/1000 KH. Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 AKB mencapai angka 10,25/1.000 KH dan AKI sebesar 117,02/100.000 KH (SDKI, 2009). Di Kabupaten Semarang tahun 2009 AKB mencapai angka 203/1.000 KH dan AKI sebesar 19/100.000 KH
Manfaat inisiasi menyusu dini menurut penelitian dr. Karen Edmond, dkk dari Inggris terhadap 10.974 bayi di Ghana menyatakan bahwa 22% kematian bayi di bawah usia 28 hari dapat dicegah dengan memberikan ASI segera setelah lahir dan 16% bila bayi disusui sejak hari pertama kehidupannya. 4
Secara alamiah proses inisiasi menyusu dini akan mengurangi rasa sakit pada ibu, membantu pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan. Kerugian bila bayi tidak disusui secara dini bayi cenderung tidak berminat untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila tidak segera disusui ibu akan kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus diberikan eksklusif selama 6 bulan.2
Inisiasi menyusui dini masih sulit diterapkan  karena  kebanyakan  ibu
tidak tahu bahwa inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat, proses yang hanya memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup serta adanya beberapa pendapat yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu menganggap bayinya akan kedinginan bila tidak segera dibedong, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya, ibu takut jika bayinya jatuh, ibu merasa badan dan bayinya masih kotor sehingga harus dimandikan, bayi kurang siaga dalam 1-2 jam pertama, kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain, kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat karena inisiasi menyusu dini merupakan ilmu pengetahuan yang baru.4
Hasil Riskesdas (2010), menunjukan bahwa terjadi penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif sampai dengan 6 bulan. Pada tahun 2010 yang mendapatkan ASI ekslusif hanya 15%. Inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam setelah bayi lahir adalah 29,3%. Provinsi Sulawesi Selatan menunjukan inisiasi dini menyusui kurang dari 1 jam adalah 30,1% dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9%.Sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%, terjadi penurunan dari tahun 2006 yaitu 57,48% dan tahun 2007 yaitu 57,05%., sedangkan di Kab. Bone , Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone , cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bone pada tahun 2008 masih rendah yaitu sebesar 29,77%. (http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 4 Januari 2014).
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI sejak kehamilan sampai dengan pasca melahirkan berdampak pada sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI.
Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sikap seseorang itu merespon suatu penyakit. Sikap dapat digunakan untuk memprediksikan tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan demikian sikap dapat diposisikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk menyatakan terbuka luas. 5
Berdasarkan pada uraian tersebut maka peneliti ingin menelusuri bagaimana Gambaran pengetahuan Ibu tentang IMD dengan pelaksanaan IMD  Di Kecamatan Tanete Riattang  Tahun 2014”

1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang IMD dengan pelaksanaan IMD  Di Kecamatan Tanete Riattang Timur  Tahun 2014?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Untuk Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang  inisiasi  menyusui dini dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur   Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksud untuk memperoleh informasi mengenai ”Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang IMD di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014”.
1.         Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui Tentang Pengertian IMD di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014
2.         Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui Tentang Manfaat  IMD di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014
3.         Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang cara pelaksanaan IMD  di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014
4.         Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang waktu pelaksanaan IMD  di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014
5.         Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang tempat pelaksanaan IMD  di Kecamatan Tanete Riattang Tahun 2014

1.4.  Manfaat Penelitian
1.4.1.      Manfaat Teoritis
1.    Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Menambah masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan melaksanakan program inisiasi menyusu dini dan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang inisiasi menyusu dini.

2.    Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi baru lahir.
3.    Pelaksanaan
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan sehubungan dengan penelitian hubungan pengethuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dan cara  pelaksanaannya di Kecamatan Tanete Riattang Timur.
4.    Institusi
Menambah referensi yang menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mahasiswa tentang inisiasi menyusu dini.
1.4.2.      Manfaat Teoritis
1.    Pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat tentang inisiasi menyusu dini.
2.    Metodologi penelitian
Informasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.




BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

2.1.    Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
2.1.1.  Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Poejawijatna (1998) menyebutkan bahwa pengetahuan akan membuat seseorang mampu mengambil keputusan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga seseorang mampu mengambil keputusan.
2.1.2.  Tingkatan Pengetahuan
Menurut Bloon dalam Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan ada enam tingkat yaitu :
1.    Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh : pasien dapat menyebutkan efek dari radiasi sinar – x.
2.    Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan bahaya dari efek radiasi sinar – x.
3.    Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4.     Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.    Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.    Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
     Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
2.1.3.   Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1.        Umur
Orang yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Disamping itu kemampuan untuk menyerap pengetahuan baru lebih mudah dilakukan pada umur yang lebih muda karena otak berfungsi maksimal pada umur muda (Nursalam dan Pariani, 2001).
Menurut Manuaba (1998) usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur 20-35 tahun dan reproduksi tidak sehat umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Ibu yang mampu menerima dan mengerti informasi yang diberikan dengan baik cenderung akan memberikan persepsi dan bersikap positif sesuai dengan pemahamannya.
2.        Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) berupa UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu pendidikan dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi
SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi.
3.        Paritas
Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah. Menurut Nursalam dan Pariani (2001), pengalaman merupakan pendekatan yang penting dalam memecahkan masalah. Paritas dibedakan menjadi tiga yaitu:
a.    Primipara : wanita yang telah melahirkan anak satu kali dengan usia kehamilan > 28 minggu.
b.    Multipara : seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang anak.
c.    Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan lima orang anak atau lebih (Pusdiknakes, 2003).
2.1.4. Peran Pengetahuan terhadap praktek pemberian ASI
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh responden, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, dan semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula tingkat pengetahuannya.

2.2.    Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini
2.2.1. Pengertian
Inisiasi menyusu dini (early inisiasion) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan di biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini di namakan the breast cram atau merangkak mencari payudara.5
Inisiasi menyusu dini (earli inisiasion) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara ini bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara.6
Inisiasi Menyusun Dini (IMD) merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui, salah satu factor penting dari pembangunan sumber daya manusia ke depan. Penelitian menunjukkan bahwa mortalitas dapat ditekan dengan efektif saat kita memberikan kesempatan pada bayi untuk bersama ibunya, dengan kontak kulit dan membiarkan mereka bersama-sama minimal 1 jam. Di saat itu ibu dapat merespon bayinya, memberi perhatian, memberi kehangatan dan memperkenalkan arti kehidupan dunia yang baru, sehingga bayi pun lebih tenang dan jarang menangis, bayi menjadi lebih hangat sehingga dapat menurun resiko kedinginan, bayi pun
dapat menghadapi proses adaptasi dengan lebih baik.2
2.2.2.  Tujuan Inisiasi Menyusu Dini
1.        Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi menyusui
2.        Merangsang produksi susu
          Dengan keluarnya ASI, prolaktin terangsang untuk segera memproduksi ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak ASI yang dikeluarkan (diisap) dan akan makin banyak ASI yang keluar. Semakin tinggi kadar oksitosin pada peredaran darah, merangsang proaklin untuk terus memproduksi ASI.7
3.      Mempercepat refleks mencari putting susu, refleks mengisap dan refleks menelan
a.         Refleks mencari puting susu.
Pada bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya di sentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang disentuhkan tersebut.
b.        Refleks mengisap
Rangsangan mencari puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks mengisap isapan ini akan menyebabkan Areola dan puting susu ibu tertekan gusi. Lidah dan langit-langit bayi, sehingga ASI terpancar keluar.

c.         Refleks menelan
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan taring untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung bayi.8
2.2.3. Keuntungan inisiasi menyusu dini
1.     Bagi ibu
a.    Oksitosin
1)        Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan
2)        Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI
3)        Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi
4)        Ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi kelahiran-kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pasca persalinan lainnya.8
b.   Prolaktin
1)        Meningkatkan produksi ASI
2)        Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang nyaman
3)        Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu
4)        Menunda ovulasi. 8

2.      Bagi bayi
a.    Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang di sesuaikan dengan kebutuhan bayi.
b.   Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
c.    Meningkatkan kecerdasan.
d.   Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas.
e.    Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
f.    Mencegah hilangnya panas.
g.   Merangsang kolostrum segera keluar.6
2.2.4. Manfaat inisiasi menyusu dini
 Membantu stabilitasi pernapasan, mengendalikan dengan inkubator. Menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluarannya mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di dapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu inisiasi menyusu dini dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. 9


2.2.5. Tata Cara Pelaksanaan IMD 
1.    Ibu didampingi suami dan/atau anggota keluarga yang turut mendukung IMD.        
2.    Anjurkan tindakan tanpa obat dalam membantu kegiatan persalinan (termasuk untuk episiotomi yang tidak diperlukan).
3.      Izinkan posisi melahirkan yang sesuai yang dipilih oleh ibu.
4.      Segera setelah bayi menangis, keringkan dengan tepat mempertahankan vernix (terutama pada bagian tangan) tidak perlu dilakukan suction pada mulut dan hidung bayi apabila bayi sudah bisa menangis sendiri.
5.    Letakkan bayi telanjang, posisi tengkurap dan mengahadap ibu, pada dada telanjang ibu sehingga terjadi kontak kulit-selimuti keduanya bila perlu.         
6.    Biarkan bayi mencari sendiri payudara ibu, jangan dipaksakan pada puting ibu.
7.    Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, duantaranya ; istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan, memasukkan tangan ke mulut, gerakan menghisap, atau mengeluarkan suara, bergerak kearah payudara, daerah areola biasanya yang menjadi sasaran, menyentuh puting susu dengan tangannya, dan menemukan puting susu, refleks mencari puting melekat pada mulut terbuka lebar.
8.    Bayi berada dalam keadaan sadar rata-rata selama 2 jam setelah kelahiran apabila setelah 1 jam bayi tidak berhasil menemukan puting ibu, dapat dibantu dengan diarahkan.
9.    Pertahankan kontak kulit antara ibu dan bayi sampai dengan dan selama bayi menyusu.
10.     Bantu ibu yang melahirkan secara sectio untuk sedapat mungkin berhasil melakukan kontak kulit dan IMD.
11.     Tunda prosedural rumah sakit terhadap bayi, seperti bayi ditimbang, diukur, diberi salep mata, disinar, dicap, suntikan vitamin, dan lain-lain sampai dengan bayi selesai menyusu.
12.     Bayi jangan diberikan cairan  prelaktal, kecuali ada indikasi medis.
13.     Dengan rawat gabung ibu (bayi selalu bersama ibu selama 24 jam) akan mudah merespon bayi dan menghindari potensi pemberian susu formula dan makanan atau minuman prelaktal.10

2.3. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Perhubungan Dengan Inisiasi Menyusu Dini
2.3.1. Pengetahuan Ibu
Dua buah kelebihan manusia yang sekadar menjawb pertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan adalah dua buah kelebihan manusia di bandingkan dengan makhluk lain ciptaan Allah, dengan pengetahuan maka manusia dapat mengetahui apa air, api, alam dan sebagainya.11
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1.    Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.
2.    Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai” yang di perkenalkan.
3.    Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.
4.    Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
5.    Sosio-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosio ekonomu tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap dan tindakan.
6.    Sosial Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.
7.    Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman.11
2.3.2. Pendidikan Ibu
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni:
1.    Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidikan),
2.    Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
3.    Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). 12
Ada tiga macam pendidikan :
1.    Pendidikan formal
Adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikn secara terorganisasi dan berjenjang baik yang bersifat umum maupun khusus dan menggunakan dasar sesuai kurikulum.
2.    Pendidikan non formal
Adalah pendidikan yang tak memerlukan kurikulum tertentu, misalnya khusus.
3.    Pendidikan in formal
Adalah pendidikan atau pelatihan di dalm keluarga atau masyarakat dalam bentuk yang tidak terorganisasi.
Terkait dengan pemberian ASI melalui inisiasi menyusu dini, perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir berubah sejalan dengan perubahan pendidikan formal. IMD meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif. Pemberian susu formula meningkat dari 5% (pada ibu yang berpendidikan sekolah dasar ke atas) sampai 56% (pada ibu yang tingkat pendidikannya hingga perguruan tinggi). Sebaliknya pemberian ASI menurun dari 89% (pada ibu yang tingkat pendidikannya hingga perguruan tinggi). Keengaganan untuk memberikan ASI utamanya dalam pelaksanaan inisiasi menyus dini, terutama pada lingkungan yang berpendidikan tinggi, berpangkal pada isu pencemaran ASI pada zat toksin, dioksin, dan timah hitam. Faktor yang melatar belakangi boleh jadi brakar pada masalah urbanisasi, salah ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan lebih di bandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dan teori. Dari ibu-ibu yang berusia dibawah 35 tahun lebih banyak mendapatkan informasi tentang IMD, rasa ingin tau dan kepedulian mereka yang membuat mereka mengerti dan mau peduli tentang pentingnya ASI segera setelah bayi lahir atau sering disebut Inisisasi Menyusu Dini.13
2.3.3. Umur Ibu
           Umur adalah suatu keadaan lamanya waktu manusia hidup. Orang yang berumur lebih tua mempunyai lebih banyak mendapat informasi. Namun dari seluruh ibu yang sadar akan pentingnya ASI yang segera setelah bayi lahir, kebanyakan ibu-ibu yang berusia mudah lebih banyak mendapatkan informasi tentang IMD, rasa ingin tau dan kepedulian mereka yang membuat mereka mengerti dan mau peduli tentang pentingnya ASI segera bayi lahir ini, terbukti dari setiap ibu yang melahirkan kebanyakan yang meminta untuk segera menyusui bayinya. 14
Namun dari seluruh ibu yang sadar akan pentingnya ASI yang segera setelah bayi lahir ini, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu yang berusia dibawah 35 tahun. Ini disebabkan karena kebanyakan.

2.3.      Kerangka Konsep
Text Box: PENGETAHUANKerangka pemikiran adalah menggambarkan para dilama hubungan antara pariabel bebas dan terikat.
                                                                                      
 






Bagan Kerangka pemikiran pada penelitian. 16
         Keterangan :
                                                         :  Variabel dependent


 
                                                         :  Variabel independent
                                                         :  Variabel yang diteliti
                                                         :  Variabel yang tidak diteliti




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.    Subjek Penelitian
Yang Menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu hamil atau ibu yang pernah hamil baik primipara maupun multipara Di Kecamatan Tanete Riattang  Tahun 2014.
3.1.1. Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini seluruh ibu hamil Trimester ketiga di Kecamatan Tanete Riattang  Tahun 2014.
3.1.2. Sampel Penelitian
Metode pengambilan sampel dari penelitian ini sebagian dari ibu hamil Trimester ketiga di Kecamatan Tanete Riattang  Tahun 2014
3.1.3. Teknik Penarikan sampel
Jumlah sampel dihitung dengan rumus :
11,96 × 0,3 ×  0,7   =
0,12
            Proporsi IMD Sul – Sel = 30,01%
0,30
n = (1,96  + 1,28 ) 2
                                               

=   + 1,28
                                    2
= 1,96  + 1,28  
0,2025
n = 0,898 + 0,554
                                0,2025
                        =  1.452

n = (1,96  + 1,28 ) 2
                                               
=   + 1,28 2
                                   
= (1,96  + 1,28  2
             0,012
n = ((1,96 2
             0,012
                        =  
                                =     
 =  131
3.2.    Metode Penelitian
3.2.1.      Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey dengan deskriftif yakni melihat gambaran pengetahuan IMD dan pelaksaan IMD pada ibu hamil trimester ketiga di Kecamatan Tanete Riattang  2014.
         3.2.2   Variabel Penelitian
1.         Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Inisiasi Menyusu Dini inisiasi menyusu dini. Kriteria pengetahuan ibu bersalin. Praktek inisiasi menyusu dini adalah perilaku ibu bersalin yang menyusui anaknya segera setelah melahirkan dengan cara meletakkan bayi didada ibunya yang sudah dialasi kain kering dan bayi dibiarkan merangkak untuk mencari payudara ibunya.
2.        Variabel dependen (variabel terikat )
Variabel dependen dalam penilitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang Inisiasi menyusu Dini berdasarkan Karakteristik responden:
3.2.2.      Defenisi Operasional
4.          Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil ukur
Skala
1.
Umur
Lamanya hidup yang dihitung dari tanggal lahir ibu
Kuesioner
Wawancara
Tahun
rasio
2.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal yang pernah diikuti ibu yang dibuktikan dengan ijazah terakhir yang dimiliki
Kuesioner
Wawancara
1. SD
2.SMP
3. SMA
4. D III
5.S I
6. S II
Ordinal
3.
Tingkat pengetahuan ibu tentang IMD
 Sejauh mana pengetahuan ibu tentang metode inisiasi menyusu dini yang di nilai melalui kuesioner sebanyak 20 nomor pertanyaan
Kusioner
Wawancara
Tinggi >median
Rendah≤ median
Nominal
4.
Pelaksanaan IMD
Pelaksanaan metode IMD pada saat persalinan yang di ukur melalui hasil wawancara
Kusioner
Wawancara
IMD
Tidak IMD
Nominal

3.2.4. Teknik Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data ini dikumpulkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti, data tersebut diperoleh kuesioner yang di kumpulkan melalui kunjungan rumah ke rumah di wilayah kecamatan Tanete Riattang kabupaten Bone tahun 2013.
3.2.5. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1.        Pengolahan Data
Menurut  Notoatmojdo  (2010),  langkah-langkah  pengolahan  data secara manual, adalah :
a.         Editing (penyuntingan Data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
b.        Coding (membuat lembaran kode)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertayaan.
c.         Data Entry (memasukan Data)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d.        Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
2.        Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, kemudian diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian dihitung nilai mean, median, dan modus. Dengan rumus sebagai berikut :  
a.     Mean
Keterangan :
  :  Mean (rata-rata)
 :  Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas i
xi  :  Tanda kelas ke-i
n   :  Jumlah sampel
b.     Median
Keterangan :
b : Batas bawah kelas median
p : Panjang kelas median
n : Banyak pengamatan
F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F : frekuensi kelas median
c.     Modus
Keterangan :
b   : Batas bawah kelas modus
p   : Panjang kelas median
b1 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval 
       terdekat sebelumnya
b2 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
       terdekat berikutnya.
3.2.6        Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang terdiri dari 8 kelurahan yakni Biru, Bukaka, Manurunge, Masumpu, Pappolo, Ta, Walanae, Watampone
3.2.7        Jadwal Penelitian
No
Kegiatan Penelitian
APRIL
MEI
JUNI
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
Mengajukan Judul                                         
Konsul KTI BAB I, II, III
Konsul Perbaikan
Menyerahkan Surat ke Pihak Puskesmas Watampone
Pengambilan data
Konsul KTI IV, V
Penyelesaian


Ö
ü   

Ö


Ö



Ö




Ö





Ö






Ö






Ö
Ö


3.2.  Aspek Etis Penelitian
Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
1.         Penjelasan tentang tujuan penelitian tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti.
2.         Menjelaskan  prosedur yang akan dilakukan peneliti terhadap subjek yang ada.
3.         Peneliti akan menjelaskan mengenai ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh subjek berupa waktu yang tersita sedemikian untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.
4.         Dalam penelitian ini tidak ada efek yang akan ditimbulkan bagi subjek penelitian.
5.         Kesempatan untuk bertanya.
6.         Kemungkinan untuk diminta kembali pertanyaan lanjutan atau peneliti akan mengajukan kembali pertanyaan terhadap subjek apabila masih terdapat informasi yang kurang.
7.         Dalam hal ini tidak ada unsur paksaan terhadap subjek maupun tekanan atau konsekuensi dalam bentuk apapun.
8.         Subjek berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila  ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung.




DAFTAR PUSTAKA

1.        Saifuddin A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2006.

2.        Danur Sejiwa. Gambaran Pengetahuan-ibu-Nifas-tentang. (diunduh05-06-  2010). http://www.darsanursejiwa.blogspot.com .2010

3.        Derajat Kesehatan Sulawesi Selatan.2009. (diunduh pada 04 Mei 2009). Clatinkessulsel.wordpress.com.

4.        Utami. Inisiasi Menyusu Dini Dapat Cegah 22 Persen Kematian Neonatal. 2007. (diunduh 19 Maret 2010). http;//depkominfo.go.id/2007/12/06 inisiasi menyusu dini-dapat-cegah-22-persen-kematian-neonatal.

5.        Roesli, Utami. Inisiasi Menyusus Dini Plus ASI Eksklusif . Pustaka Bunda. Jakarta. 2008.

6.        Wulandari. Diah Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Condilcia, Jogyakarta. 2009.

7.    Purwanti, Sri Hubertin. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC Jakarta. 2004.

8.    Depkes. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini. JNPK – KR. Jakarta.2008. 

9.    Prawirohardjo. Sarwono.  Ilmu Kebidanan .   BP-SP. Jakarta. 2008.

10.    Onggo. Tri Ira. Panduan Sumber lengkap Kehamilan Sehat. Nowdiglossia. Yogyakarta. 2010.

11.    Sutiya. Gambaran Pengetahuan Ibu Inpartu Tentang (IMD) . 2010. (diunduh 22 mei 2010). http://www.arsip-irdos,cnpt.co.cc/2010/05

12.    Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,  Jakarta. 2003.

13.    Rachmawati, E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD). 2010. (diunduh 22 mei 2010 (http://www.kompas.co.id).

14.    Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustka, Jakarta. 2005.

15.    Kevyn. Kevyn’s Personal Journal.2009 . (di unduh tanggal 11 Juni 2010) http://kevynnurse.blogspot.com/2009


16.                            Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. 2010

No comments:

Post a Comment