ULKUS
PEPTIKUM
A.
Pengertian
1.
Ulkus Peptikum adalah ekskavasasi
(area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus,
duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Smeltzer, 2002 ; 1064).
2.
Ulkus Peptikum atau ulkus peptikumum
merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai
di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel
disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak atau ulkus.
(Muttaqin, 2011 ; 407).
3.
Ulkus Peptikum akan terjadi jika
sekresi asam-pepsin lebih banyak daripada faktor resistensi mukosa. (Gendo,
2006 ; 174).
4.
Ulkus Peptikum merupakan ulkus
kronik yang secara khas bersifat soliter dan timbul akibat pajanan seksresi
lambung yang asam (Cotran, 2009 ;
476).
5.
Istilah
Ulkus Peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian mana
saja di saluran GI, tetapi biasanya di lambung atau duodenum. Ulkus gaster atau tukak lambung adalah
istilah untuk ulkus di lambung (Corwin, 2009 ; 603).
6.
Tukak Peptik
adalah sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang terbatas tegas
dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga dapat terjadi
perforasi. (Priyanto, 2008 ; 77).
B.
Etiologi/Penyebab
Etiologi ulkus peptikum kurang dipahami,
meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor
penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang
terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. (Smeltzer, 2002 ; 1064).
Beberapa penyebab utama ulkus (tukak) :
1.
Produksi mukus yang terlalu sedikit
(penurunan produksi mukus)
2.
Produksi asam yang berlebihan di
lambung atau yang disalurkan ke usus
(Corwin, 2009 ;603)
Sedangkan menurut Arif Mutaqqin (2011 ; 407-409)
penyebab ulkus peptikum terdiri dari penyebab umum dan penyebab khusus.
1.
Penyebab umum
Penyebab umum dari
Ulserasi Peptikum adalah ketidakseimbangan
antara kecepatan sekresi cairan lambung dan derajat
perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi asam
lambung
oleh cairan deudenum
2.
Penyebab khusus
1)
Infeksi bakteri H. pylori
Dalam lima tahun terakhir,
ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus peptikim menderita infeksi kronis
pada bagian akhir mukosa lambung, dan bagian mukosa duodenum oleh bakteri H.
pylori. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup
kecuali bila kuman diberantas dengan pengobatan antibacterial. Lebih lanjut
lagi, bakteri mampu melakukan penetrasi sawar mukosa, baik dengan kemampuan
fisiknya sendiri untuk menembus sawar maupun dengan melepaskan enzim-enzim
pencernaan yang mencairkan sawar. Akibatnya, cairan asam kuat pencernaan yang
disekresi oleh lambung dapat berpenetrasi ke dalam jaringan epithelium dan
mencernakan epitel, bahkan juga jaringan- jaringan di sekitarnya. Keadaai ini
menuju kepada kondisi ulkus peptikum.
2)
Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang
menderita ulkus peptikum di bagian awal duodenum, jumlah sekresi asam
lambungnya lebih besar dari normal, bahkan sering dua kali lipat dari normal.
Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi
bakteri, percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan
sekresi asam lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum
mengarah kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan. Predisposisi
peningkatan sekresi asam diantaranya adalah factor psikogenik seperti pada saat
mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.
2)
Konsumsi obat-obatan
Obat-obat seperti
OAINS / obat anti-inflamasi
nonsteroid seperti indometasin, ibuprofen, asam salisilat mempunyai efek
penghambatan siklo-oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari
asam arakhidonat secara sistemik termasuk pada epitel lambung dan duodenum.
Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO3-
sehingga memperlemah perlindungan mukosa.
3)
Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar,
sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan
saraf pusat. Bila kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel
akan meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
4)
Refluks usus lambung
Refluks usus lambung
dengan materi garam empedu dan enzim pancreas yang berlimpah dan memenuhi
permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi kerusakan epitel mukosa.
C.
Patofisiologi
Ulkus
peptikum timbul akibat gangguan keseimbangan antara asam lambung pepsin dan
daya tahan mukosa. peptic dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu tukak
duodenum dan ulkus lambung.
1.
Tukak
duodenum : umumnya terdapat hipersekresi asam lambung dan pepsin karena jumlah
sel parietal lebih banyak. Tukak lambung : biasanya sekresi asam lambung normal
atau hipokhlor-hidria, faktor utama turunnya daya tahan mukosa.
2.
Ulkus
peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi
yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin,
atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa (Priyanto, 2008 ;
78).
Semua
daerah yang secara normal terpapar oleh cairan lambung dan derajat perlindungan
yang diberikan oleh sawar Semua daerah yang
secara normal terpapar oleh cairan
lambung dipasok dengan baik oleh kelenjar mukus, antara lain kelenjar ulkus
campuran pada esophagus bawah dan meliputi sel mukus penutup pada mukosa
lambung: sel mukus pada leher kelenjar lambung; kelenjar pilorik profunda
(menyekresi sebagian besar mukus): dan akhirnya kelenjar Brunner pada duodenum
bagian atas yang menyekresi mukus yang sangat alkali.
Sebagian tambahan terhadap perlindungan mukus dari
mukosa, duodenum dilindungi oleh sifat alkali dari sekresi usus halus, terutama
adalah sekresi pancreas yang mengandung sebagian besar natrium bikarbonat, berfungsi
menetralisir asam klorida cairan lambung sehingga menginaktifkan pepsin untuk
mencegah pencernaan mukosa. Sebagai tambahan, ion-ion bikarbonat disediakan
dalam jumlah besar oleh sekresi kelenjar Brunner yang terletak pada beberapa
inci pertama dinding duodenum dan didalam empedu yang berasal dari hati. Akhirnya, dua mekanisme kontrol umpan balik memastikan
bahwa netralisasi cairan
lambung ini sudah sempurna, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Jika
asam yang berlebihan memasuki duodenum, secara refleks mekanisme ini menghambat
sekresi dan peristaltik lambung baik secara persarafan maupun secara hormonal
sehingga menurunkan kecepatan pengosongan lambung.
b.
Adanya
asam pada usus halus memicu pelepasan sekretin pada mukosa usus, kemudian
melalui darah menuju pancreas untuk menimbulkan sekresi yang cepat dari cairan
pancreas yang mengandung natrium bikarbonat berkonsentrasi tinggi sehingga tersedia natrium bikarbonat untuk
menetralisir asam. (Muttaqin, 2011 ;
407-408).
D.
Tanda dan Gejala
1.
Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi
di malam hari. Nyeri biasanya terletak di area tengah epigastrium dan sering
bersifat ritmik.
2.
Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong sering menjadi
tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling sering terjadi.
3.
Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama makan
adalah ulkus gaster. Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
4.
Nyeri sering hilang timbul, nyeri sering terjadi setiap
hari selama beberapa minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan
selanjutnya.
5.
Peurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus
gaster. Penambahan berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum
akibat makan dapat meredakan rasa tidak nyaman. (Corwin, 2009 ; 605)
E.
Komplikasi
1.
Intraktibilitas.
Komplikasi Ulkus Peptikum yang paling sering adalah “intraktibilitas”, yang berarti bahwa terapi medis telah gagal
mengatasi gejala-gejala secaa adekuat. Pasien dapat tergangu tidurnya oleh
nyeri, kehilangan waktu untuk bekerja, memerlukan perawatan di rumahsakit, atau
hanya tidak mampu mengikuti program terapi, intraktibilitas merupakan alasan
tersering untuk anjuran pembedahan. Perubahan menjadi ganas tidak perlu terlalu
dipertimbangkan baik untuk ulkus lambung maupun untuk ulkus duodenum. Ulkus
ganas sejak semula sudah bersifat ganas, paling tidak menurut pengetahuan
mutakhir. Ulkus yang memulai perjalanan dengan jinak akan tanpa mengalami
degenerasi ganas.
2.
Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi
ulkus peptikum yang sangat sering terjadi, sedikitnya ditemukan pada 25% kasus
selama perjalanan penyakit. Walaupun ulkus pada setiap tempat dapat mengalami
perdarahan, namun yang tersering adalah di dinding posterior bulbus duodenum,
karena pada tempat ini dapat terjadi erosi arteria pankretiduodenalis atau arteria
gastroduodenalis. Gejala-gejala yang dihubungkan dengan perdarhan ulkus
tergantung pada kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah yang ringan dan
kronik dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Feses dapat positif dengan
darah samara tau mungkin hitam dan seperti ter (melena). Perdarahan massif
dapat mengakibatkan hematemesis (muntah darah), menimbulkan syok, dan
memerlukan transfuse darah serta pembedahan darurat.
3.
Perporasi
Kira-kira 5% dari semua ulkus
akan mengalaminperporasi, dan komplikasi ini bertanggung jawab atas sekitar 65%
kematian akibat Ulkus Peptikum. Ulkus biasanya terjadi pada dinding anterior
duodenum atau lambung karena daerah ini hanya diliputi oleh peritoneum. Pada
kondisi klinik, pasien dengan komplikasi perporasi datang dengan keluhan
nyerimendadak yang parah pada abdomen bagian atas. Dalam beberapa menit, timbul
peritonitis kimia akibat keluarnya asam lambung, pepsin, dan makanan yang
menyebabkan nyeri hebat. Kondisi nyeri tersebut yang menyebabkan pasien takut
bergerak atau bernafas. Auskultasi abdomen menjadi senyap dan pada saat
palpasi, abdomen mengeras seperti papan. Perporasi akut biasanya dapat
didiagnosis berdasarkan gejala-gejala saja diagnosis dipastika melalui adanya
udar bebas dalam rongga peritoneal, dinyatakan sebagai bulan sabit translusen
anatara bayangan hati dan diafragma. Udara tentu saja masuk rongga peritoneal
melalui ulkus yang mengalami perporasi.
4.
Obstruksi
Obstruksi pintu keluar lambng
akibat peradangan dan edema, pilospasme, atau jaringan parut terjadi pada
sekitar 5% pasien ulkus peptikum. Obstruksi timbul lebih sering pada pasien
ulkus duodenum, tetapi kadang terjadi pada ulkus lambung terletak dekat dengan
sfingter pylorus. Anoreksia mual dan kembung setelah makan merupakan
gejala-gejala yang sering timbul kehilangan berat badan juga sering terjadi.
Bila obstruksi bertambah berat, dapat timbul nyeri dan muntah. (Muttaqin, 2011 ; 411-412)
F.
Penanganan
1.
Penurunan
stress dan Istirahat
Pasien
memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau
melelahkan. Gaya hidup terburu-buru dan jadwal tidak teratur dapat memperberat
gejala dan mempengaruhi keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam
lingkungan yang rileks. Selain itu dalam upaya mengurangi stres, pasien juga
mendapat keuntungan dari periode istirahat teratur selama sehari, sedikitnya
selama fase akut penyakit.
2.
Penghentian
Merokok
Penelitian
menunjukkan bahwa merokok terus menerus
dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus. Oleh karena itu pasien sangat
dianjurkan untuk berhenti merokok.
3.
Modifikasi
Diet
Tujuan
diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang
berlebihan dan hipermotilitas saluran Gl.hal ini dapat diminimalkan dengan
menghindari suhu ekstrim dan stimulasi berlebihan makan ekstrak, alkohol, dan
kopi. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali
sehari makanan biasa.
4.
Obat-obatan
Saat
ini, obat-obatan yang paling sering
digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin, yang
mnurunkan sekresi asam dalam lambung; inhibator pompa proton, yang juga
menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari
asam atau NSAID; antasida; antikolinergis, yang menghambat sekresi asam; atau
kombinasi antibiotik dengan garam bismutyang menekan bakteri H. Pylori.
G.
Pencegahan
1.
PrimerPola hidup sehat dan istirahat yang cukup,
menghindari stres berlebihan
2.
Sekunder
a.
Penurunan stres dan istirahat
b.
Berhenti merokok
c.
Modifikasi diet
d.
Obat-obatan antagonis reseptor histamin untuk menurunkan
sekresi asam dalam lambung; inhibitor pompa proton, agen sitoprotektif, yang
melindungi sel mukosa dari asam atau NSAID; antasida; antikolinergis, yang
menghambat sekresi asam; kombinasi antibiotikdengan garam bismut yang menekan
bakteri H. Pylori.
3.
Tersier
Pasien dianjurkan untuk mematuhi program medikasi untuk menjamin
penyembuhan ulkus dengan sempurna. (Dian Al Mira, 2013)
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :
EGC
Cotran,
2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC
Dian
Al Mira, 2013. Askep Ulkus Peptikum. (online) http://dianalmira.blogspot.com
Diunggah 21 Agustus 2015.
Gendo,
2006. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina.
Kanisius. Yogyakarta.
Muttaqin,
2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba medika
Priyanto,
2008. Endoskopi
Gastrointestinal. Jakarta:Salemba
Medika.
Smeltzer, 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.Vol.
3. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment