TEHNIK
PENGENBILAN SAMPLE DALAM PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam penelitian kita mengenal populasi dan sample.
Sebagaimana yang kita ketahui kedua hal itu berperan penting dalam suatu
penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.
Hampir dalam seluruh penelitian, kebanyakan peneliti
hanya menggunakan sampel dari populasi untuk dipelajari dan diambil kesimpulan
sebagai hasil akhir penelitian, yang sekaligus juga mewakili populasi yang ada.
Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus benar – benar
representatif (mewakili). Semakin banyak perbedaan antara antara populasi
dengan sampel maka akan semakin besar pula resiko kesalahannya.
Hal ini bisa digambarkan ibarat 3 orang buta yang disuruh
menyimpulkan karakteristik seekor gajah, ketika orang buta yang satu memegang
telinga gajah maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas, sedangkan orang
buta kedua yang memegang badan gajah, ia menyimpulkan gajah seperti tembok
besar. Lalu, orang buta ketiga ia menyimpulkan gajah itu kecil, karena ia
memegang ekornya. begitulah gambaran hasil jika kita salah memilih sampel dalam
penelitian.
Untuk menghindari resiko - resiko di atas, kita harus bisa memilih
sampel yang benar – benar representatif, dan untuk mendapatkan itu kita harus
berhati-hati dan menguasai teknik-teknik yang tepat dalam menentukan sampel
yang benar.
Maka dari itu, untuk membantu kita dalam melakukan
penelitian khususnya ketika pengambilan sampel, dalam makalah ini kami membahas
tentang teknik pengambilan sampel dan segala ruang lingkupnya, sehingga kita
mengerti dan mampu memilih teknik-teknik yang benar dalam pengambilan sampel.
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian populasi dan sampel penelitian?
2. Apakah yang dimaksud dari bingkai sampel penelitian?
3. Bagaimana menentukan besarnya sampel penelitian?
4. Apa sajakah kekeliruan yang terjadi dalam sampling dan
tak sampling?
1.3Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sampel penelitian.
2. Untuk mengetahui dan memahami bingkai sampel penelitian.
3. Untuk mengetahui besarnya sampel penelitian.
4. Untuk mengetahui kekeliruan – kekeliruan dalam
pengambilan sampel penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Populasi dan Sampel Penelitian
Sebelum kita memahami tentang sampel penelitian, kita
harus mengetahui dulu pengertian dari populasi, karena dua hal ini merupakan
satu kesatuan yang saling berkaitan erat dalam pelaksanaan penelitian.
a. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam hal ini populasi bukan hanya orang, tetapi juga
objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
b. Sampel
Sampel berati contoh. Kesimpulan tentang contoh akan sama
dengan keseluruhan individu darimana sampel diambil, karena contoh mempunyai
ciri yang sama dengan keseluruhan yang menjadi sumbernya. Sampel penelitian
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang
ada dalam penelitian. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga,dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar mmenuhi syarat representative,
artinya sampel yang diambil benar-benar mewakili populasi yang ada. Sejalan
dengan hal tersebut, Asher dan Vockell (1995) mengemukakan, “the sample must be representative of the
population about which we wish to make generalizations.”[1][1]
Contohnya dalam bidang kedokteran, satu orang sering
bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi,
kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel
tersebut selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang
tersebut.[2][2]
c.
Sampling
Sampling merupakan prosedur atau
langkah-langkah penentuan sampel. Sampling adalah salah satu bagian dari proses
penelitian yanng mengumpulkan data dari target penelitian yang terbatas. Bila
data penelitian dikumpulkan dari seluruh populasi target maka penelitiannya disebut sensus, sedang
bila data penelitian dikumpulkan dari sebagian saja dari populasi target maka
penelitian disebut survei. Dapat
diambil kesimpulan bahwa sampling dilakukan pada jenis penelitian survei yang
mengandalkan penelitian atas data yang diambil dari sampel.[3][3]
2.2 Bingkai Sampel
Penelitian
Bingkai sampel penelitian sering dimaksud pula sebagai “Metode
Sampel”. Metode Sampel merupakan cara - cara atau teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian.
Secara garis besar teknik sampling dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu : Probability Sampling dan Non Probability Sampling.
1. Probability
Sampling (Random Sampling)
Probability Sampling (Random Sampling) adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Apabila jumlah
populasinya terbatas, peluang randomnya dapat diberikan kepada anggota populasi
secara individu. Sebaliknya, apabila populasinya dalam jumlah yang cukup besar,
maka peluangnya diberikan secara kelompok.[4][4]
Untuk random sampling, pengambilan sampel dilakukan
secara sembarang atau acak. Namun, bukan berarti teknik ini adalah suatu cara
yang sembarangan, sebab teknik pengambilan sampel secara random bertitik tolak
pada prinsip-prinsip matematik yang kokoh dan telah diuji dalam praktik. Sampai
sekarang, teknik ini dianggap paling representatif dalam penelitian pendidikan.
Sebagaimana
pengertian di atas, dalam teknik random sampling, semua individu dalam populasi
diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian.
Jadi, tidak ada alasan untuk menganggap
teknik ini sebagai sampel penelitian yang nyeleweng atau menyimpang.
ØCara Atau Prosedur Yang Digunakan Untuk Random Sampling
a. Cara Undian
Cara ini dilakukan sebagaimana halnya melakukan undian.
Semua anggota populasi diberi nomor, nama, alamat, ditulis dalam kertas
gulungan kecil dan dimasukkan dalam kotak. Kemudian dikocok-kocok dan diambil
satu persatu sesuai dengan kebutuhan sampel yang telah ditetapkan besarannya.
Setelah jumlah sampel sudah terpenuhi, pengambilan dhentikan. Siapa – siapa
yang namanya dalam gulungan kertas
diambil dari kotak, maka itulah yang menjadi sampel penelitian.
b. Cara Ordinal
Cara ini diselenggarakan dengan mengambil subyek dari
atas ke bawah setelah subyek populasi tersebut disusun secara alfabetis. Ini
dilakukan dengan mengambil mereka-mereka yang telah disusun tersebut yang
memiliki nomor urut ganjil, atau genap, atau yang memiliki nomor kelipatan
bilangan ganjil, ataupun genap dari suatu daftar subyek yang telah disusun
tersebut.
c. Cara Randomisasi dari Tabel Bilangan Random
Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh
para peneliti, sebab selain prosedurnya sangat sederhana, kemungkinan
penyelewengan juga dapat diperkecil dan dihindari semaksimal mungkin. Tabel
bilangan random umumnya terdapat pada buku-buku statistik.[5][5]
ØMacam-Macam Teknik Random Sampling
a. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak atau random dari populasi, yang memungkinkan setiap individu
berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, dengan cara randomisasi atau dengan
cara melalui undian. Namun, cara yang
cukup mudah dan biasa digunakan adalah dengan menggunakan tabel.
Misalnya, populasi penelitian adalah siswa SMA 2 Negeri Danau Kerinci
dengan jumlah keseluruhan adalah 210 orang. Karena jumlah siswa begitu banyak,
sehingga tidak memungkinkan dijadikan semuanya sampel. Dengan menggunakan tabel
Krejcie-Morgan dengan tingkat kesalahan 5%. Dengan demikian, jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 136 orang (Usman, 2003). Dari sampel yang
ditetapkan, untuk dapat mewakili populasi penelitian, maka populasi mempunyai
peluang yang sama untuk mewakili sampel.[6][6]
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportional
sampel, dalam hal ini sampel yang terdiri dari
sub sampel yang perimbangannya mengikuti perimbangan sub populasi yang sedang
diteliti. Proportional sampling mungkin menggunakan randomisasi, mungkin tidak.
Jika proportional sampling menggunakan randomisasi, maka sampling ini disebut proportional random sampling.[7][7]
Stratifiedsampel biasanya digunakan jika populasi terdiri dari kelompok
yang memiliki susunan bertingkat. Sampling yang memperhatikan stratum dalam
populasi disebut strafied sampling. Stratified random sampling atau teknik
sampling acak berstara digunakan apabila populasinya berstrara. Oleh karena
karakter populasinya berstara maka sampel harus pula berstrara.[8][8] Jika stratified sampling itu memperhatikanperimbangan
atau proporsi dari pada individu dalam tiap-tiap stratum (tingkatan) maka
disebut propotional stratified sampling. Selanjutnya
propotional stratified sampling yang
menggunakan randomisasi dinamakan propotional stratified random sampling. Teknik
ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. Misalnya, suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai
itu berstrata. Jumlah pegawai yang lulus S1=45, S2=30, ST=800,ST=900, SMEA=400,
SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate stratified random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bil
a populasi berstrata tetapi tidak proporsional. misalnya pegawai dari unit
kerja tertentu mempunyai: 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2,
90 orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang
lulusan S3, dan 4 orang S2 itu diambil semuanya sebagai
sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok
S1, SMU, SMP.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari
suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi
yaang telah ditetapkan.
Misalnya, di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan
sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di
Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang
penduduknya padat, ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak ada yang
tidak, ada yang kaya bahan tambang, ada yang tidak. Karakteristik semacam ini
perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu
dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui 2
tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.[9][9]
2. Non Probability
Sampling (Non Random Sampling)
Non Probability Sampling (Non Random Sampling) merupakan
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian,
atau pengambilan sampel yang dipilih dengan non random, biasanya disebut dengan
sampel tetap (fixed).[10][10]
Pada teknik ini, yang diteliti hanya individu-individu
atau kelompok- kelompok yang kebetulan dijumpai saja. Misalnya dalam bidang
sosial, pendapat umum diteliti dari orang-orang yang kebetulan dijumpai dipinggir jalan, toko, atau ditempat-tempat
yang dapat dicapai dengan mudah. Sudah tentu generalisasi dari non random
sampling tidak dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi kecuali apabila
peneliti beranggapan atau dapat membuktikan bahwa populasi penelitian yang
diteliti relatif sangat homogen. Oleh karena itu peneliti perlu berhati-hati
dalam menarik garis generalisasi dari sampel non random ini.[11][11]
Teknik ini terdiri dari beberapa macam, antara lain:
a. Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel yang
dilakukan secara sistematis berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Misalnya, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu
nomor 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang
diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang di
inginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat
terhadap pelayanan masyarakat dalam unsur Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang, kalau pengumpulan data belum didasarkan pada
500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
c. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Misalnya memawancarai oerang yang kebetulan dijumpai di terminal.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini
lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain dari
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi bisa dijadikan
sampel.
f.
Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel,
pertama-tama dipilih 1 atau 2 orang, tetapi karena dengan 2 orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh 2 orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada
penelitian kualitatif banyak menggunakan teknik Purposive dan Snowball.[12][12]
2.3 BESARNYA SAMPEL
PENELITIAN
Semakin banyak jumlah sampel penelitian yang diambil akan
semakin representatif, artinya akan
semakin mendekati populasi target data yang diperoleh peneliti. Namun, apabila
populasi penelitiannya homogen sempurna
maka besar kecilnya sampel tidak ada dampaknya.
Semakin ciri-ciri populasi penelitian dimasukan ke dalam
sampel penelitian, maka akan semakin representatif sampel penelitian yang akan
dikerjakan. Misalnya, untuk menentukan sampel dari suatu kelas, dicirikan para
siswa dari variabel IQ nya, tingkat sosial ekonomi orang tua siswa, tingkat
prestasinya, jenis kelamin siswa,dst. Adapun rumus matematika yang sering
deterapkan, sebagaimana yang diungkapkan oleh John. B Williamson (1982) yaitu:
|
Jika diketahui terdapat 3 proporsi populasi penelitian,
dan tidak dijumpai proporsi tersebut maka sering pula jumlah sampel ditentukan
oleh presentase (%) seluruh jumlah populasi target penelitian.
Ada pula diantara peneliti yang menerapkan cara- cara
praktis untuk menentukan jumlah sampel penelitian, yang sangat berbeda dengan rumus
matematika di atas.
2.4 KEKELIRUAN
SAMPLING DAN TAK SAMPLING
Dalam penelitian ada dua macam
kekeliruan yang pokok yang bisa terjadi ialah kekeliruan sampling dan kekeliruan
tak sampling.[13][13]
Kekeliruan tak sampling, hal ini bisa terjadi dalam setiap
penelitian, apakah itu berdasarkan sampling ataukah berdasarkan sensus.
Beberapa penyebab terjadinya kekeliruan tak sampling adalah :
a.
Populasi penelitian tidak
didefinisikan sebagaimana mestinya;
b. Populasi penelitian yang
menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari atau diteliti;
c.
Kuesioner tidak dirumuskan
sebagaimana mestinya;
d. Istilah-istilah telah
didefinisikan secara tidak tepat atau telah digunakan tidak secara konsisten;
e.
Para responden tidak memeberikan
jawaban yang akurat, menolak untuk menjawab attau tidak ada ditempat peneliti
datang untuk melakukan wawancara (Sudjana, 1975: 173).
Selain dari pada itu,
kekeliruan tak sampling bisa terjadi pada waktu peneliti mencatat data,
melakukan tabulasi dan melakukan perhitungan-perhitungan. Kekeliruan ini dapat
menimbulkan kesulitan pada proses penelitian yang sedang dilakukan. Karenanya,
cukup jelas bahwa hal demikian perlu untuk dihindari oleh setiap peneliti.
Sedang untuk kekeliruan sampling
tersebut timbul disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang kurang
lengkap tentang populasi penelitian, dan penelitian yang dilakukan hanya
dilaksanakan berdasakan sampel yang telah ditetapkan. Untuk itu menjadi jelas
bahwa penelitian yang dilaksanakan terhadap sampel yang diambil dari populasi
dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan
prosedur yang sama, maka hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel
dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama digunakan dalam sampling
juga digunakan dalam sensus dinamakan kekeliruan sampling (Sudjana, 1975
:174).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel penelitian merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang ada dalam penelitian.
2. Bingkai sampel penelitian sering dimaksud pula sebagai “Metode
Sampel”. Metode Sampel merupakan cara - cara atau teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian. Secara garis besar teknik sampling dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.
3.
Semakin banyak jumlah sampel penelitian yang diambil akan
semakin representatif, artinya akan
semakin mendekati populasi target data yang diperoleh peneliti. Namun, apabila
populasi penelitiannya homogen sempurna
maka besar kecilnya sampel tidak ada dampaknya.
4.
Beberapa penyebab terjadinya kekeliruan tak sampling adalah Populasi
penelitian tidak didefinisikan sebagaimana mestinya ; Populasi penelitian yang
menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari atau diteliti;Kuesioner
tidak dirumuskan sebagaimana mestinya;Istilah-istilah telah didefinisikan
secara tidak tepat atau telah digunakan
tidak secara konsisten;Para responden tidak memeberikan jawaban yang
akurat, menolak untuk menjawab attau tidak ada ditempat peneliti datang untuk
melakukan wawancara. Sedang untuk kekeliruan
sampling tersebut timbul disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang
kurang lengkap tentang populasi penelitian, dan penelitian yang dilakukan hanya
dilaksanakan berdasakan sampel yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ghony, Djunaidi &
Almanshur, Fauzan. 2009. METODOLOGI
PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif. UIN-Malang Press
Setyosari, Punaji. 2010. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN dan
Pengembangan. Jakarta : Kencana
Purwanto. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif untuk
psikologi dan pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2009. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial
(Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta : Gaung Persada Press
[1][1]Prof. Dr. H. Punaji Setyosari, M.Ed, METODE
PENELITIAN PENDIDIKAN dan Pengembangan, Jakarta : Kencana, 2010, hlm 169.
[2][2]Prof. Dr. Sugiyono, METODE PENELITIAN
PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: CV.
ALVABETA),2000, hlm. 117-118.
[3][3]Purwanto, M.Pd, METODE PENELITIAN KUANTITATIFuntuk Psikologi dan Pendidikan ,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 243.
[4][4]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur,
S. T, M. Si, METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Malang:
UIN-Malang Press, 2009. hlm. 146-147.
[5][5]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur,
S. T, M. Si, Ibid, Malang: UIN-Malang Press, 2009, hlm.149-150.
[6][6]Dr. Iskandar, M.Pd, Metodologi Penelitian
Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan Kualitatif), Jakarta: GP Press,
hlm. 70.
[7][7]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, Ibid, Malang:
UIN-Malang Press, 2009, hlm.151
[8][8]Purwanto, M.Pd, METODE PENELITIAN
KUANTITATIFuntuk Psikologi dan Pendidikan , Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2010, hlm 253
[9][9]Prof. Dr. Sugiyono, Ibid (Bandung: CV.
ALVABETA),2000, hlm.120-122.
[10][10]Dr. Iskandar, M.Pd, Ibid, Jakarta: GP
Press, hlm. 73-74.
[11][11]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur,
S. T, M. Si, Ibid, Malang: UIN-Malang Press, 2009, hlm.151.
[12][12]Prof. Dr. Sugiyono, Ibid (Bandung: CV.
ALVABETA),2000, hlm.122-125.
[13][13]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, Ibid, Malang:
UIN-Malang Press, 2009.hlm 157
No comments:
Post a Comment