Wednesday, 20 December 2017

MAKALAH TEHNIK PENGENBILAN SAMPLE DALAM PENELITIAN

TEHNIK PENGENBILAN SAMPLE DALAM PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Dalam penelitian kita mengenal populasi dan sample. Sebagaimana yang kita ketahui kedua hal itu berperan penting dalam suatu penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Hampir dalam seluruh penelitian, kebanyakan peneliti hanya menggunakan sampel dari populasi untuk dipelajari dan diambil kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian, yang sekaligus juga mewakili populasi yang ada. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus benar – benar representatif (mewakili). Semakin banyak perbedaan antara antara populasi dengan sampel maka akan semakin besar pula resiko kesalahannya.
Hal ini bisa digambarkan ibarat 3 orang buta yang disuruh menyimpulkan karakteristik seekor gajah, ketika orang buta yang satu memegang telinga gajah maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas, sedangkan orang buta kedua yang memegang badan gajah, ia menyimpulkan gajah seperti tembok besar. Lalu, orang buta ketiga ia menyimpulkan gajah itu kecil, karena ia memegang ekornya. begitulah gambaran hasil jika kita salah memilih sampel dalam penelitian.
Untuk menghindari resiko -  resiko di atas, kita harus bisa memilih sampel yang benar – benar representatif, dan untuk mendapatkan itu kita harus berhati-hati dan menguasai teknik-teknik yang tepat dalam menentukan sampel yang benar.
Maka dari itu, untuk membantu kita dalam melakukan penelitian khususnya ketika pengambilan sampel, dalam makalah ini kami membahas tentang teknik pengambilan sampel dan segala ruang lingkupnya, sehingga kita mengerti dan mampu memilih teknik-teknik yang benar dalam pengambilan sampel.


1.2Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian populasi dan sampel penelitian?
2.      Apakah yang dimaksud dari bingkai sampel penelitian?
3.      Bagaimana menentukan besarnya sampel penelitian?
4.      Apa sajakah kekeliruan yang terjadi dalam sampling dan tak sampling?

1.3Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian sampel penelitian.
2.      Untuk mengetahui dan memahami bingkai sampel penelitian.
3.      Untuk mengetahui besarnya sampel penelitian.
4.      Untuk mengetahui kekeliruan – kekeliruan dalam pengambilan sampel penelitian.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Populasi dan Sampel Penelitian
Sebelum kita memahami tentang sampel penelitian, kita harus mengetahui dulu pengertian dari populasi, karena dua hal ini merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan erat dalam pelaksanaan penelitian.
a.    Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam hal ini populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
b.    Sampel
Sampel berati contoh. Kesimpulan tentang contoh akan sama dengan keseluruhan individu darimana sampel diambil, karena contoh mempunyai ciri yang sama dengan keseluruhan yang menjadi sumbernya. Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang ada dalam penelitian. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga,dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mmenuhi syarat representative, artinya sampel yang diambil benar-benar mewakili populasi yang ada. Sejalan dengan hal tersebut, Asher dan Vockell (1995) mengemukakan, “the sample must be representative of the population about which we wish to make generalizations.”[1][1]
Contohnya dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa  sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.[2][2]
c.       Sampling
            Sampling merupakan prosedur atau langkah-langkah penentuan sampel. Sampling adalah salah satu bagian dari proses penelitian yanng mengumpulkan data dari target penelitian yang terbatas. Bila data penelitian dikumpulkan dari seluruh populasi target maka  penelitiannya disebut sensus, sedang bila data penelitian dikumpulkan dari sebagian saja dari populasi target maka penelitian disebut survei. Dapat diambil kesimpulan bahwa sampling dilakukan pada jenis penelitian survei yang mengandalkan penelitian atas data yang diambil dari sampel.[3][3]
2.2 Bingkai Sampel Penelitian
Bingkai sampel penelitian sering dimaksud pula sebagai “Metode Sampel”. Metode Sampel merupakan cara - cara atau teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.
Secara garis besar teknik sampling dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : Probability Sampling dan Non Probability Sampling.
1.   Probability Sampling (Random Sampling)
Probability Sampling (Random Sampling) adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Apabila jumlah populasinya terbatas, peluang randomnya dapat diberikan kepada anggota populasi secara individu. Sebaliknya, apabila populasinya dalam jumlah yang cukup besar, maka peluangnya diberikan secara kelompok.[4][4]
Untuk random sampling, pengambilan sampel dilakukan secara sembarang atau acak. Namun, bukan berarti teknik ini adalah suatu cara yang sembarangan, sebab teknik pengambilan sampel secara random bertitik tolak pada prinsip-prinsip matematik yang kokoh dan telah diuji dalam praktik. Sampai sekarang, teknik ini dianggap paling representatif dalam penelitian pendidikan.
 Sebagaimana pengertian di atas, dalam teknik random sampling, semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. Jadi, tidak ada alasan untuk  menganggap teknik ini sebagai sampel penelitian yang nyeleweng atau menyimpang.

ØCara Atau Prosedur Yang Digunakan Untuk Random Sampling
a.    Cara Undian
Cara ini dilakukan sebagaimana halnya melakukan undian. Semua anggota populasi diberi nomor, nama, alamat, ditulis dalam kertas gulungan kecil dan dimasukkan dalam kotak. Kemudian dikocok-kocok dan diambil satu persatu sesuai dengan kebutuhan sampel yang telah ditetapkan besarannya. Setelah jumlah sampel sudah terpenuhi, pengambilan dhentikan. Siapa – siapa yang namanya dalam gulungan  kertas diambil dari kotak, maka itulah yang menjadi sampel penelitian.
b.    Cara Ordinal
Cara ini diselenggarakan dengan mengambil subyek dari atas ke bawah setelah subyek populasi tersebut disusun secara alfabetis. Ini dilakukan dengan mengambil mereka-mereka yang telah disusun tersebut yang memiliki nomor urut ganjil, atau genap, atau yang memiliki nomor kelipatan bilangan ganjil, ataupun genap dari suatu daftar subyek yang telah disusun tersebut.
c.     Cara Randomisasi dari Tabel Bilangan Random
Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh para peneliti, sebab selain prosedurnya sangat sederhana, kemungkinan penyelewengan juga dapat diperkecil dan dihindari semaksimal mungkin. Tabel bilangan random umumnya terdapat pada buku-buku statistik.[5][5]
ØMacam-Macam Teknik Random Sampling
a.    Simple Random Sampling
Simple Random Sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau random dari populasi, yang memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, dengan cara randomisasi atau dengan cara melalui undian. Namun, cara  yang cukup mudah dan biasa digunakan adalah dengan menggunakan tabel.
Misalnya, populasi penelitian  adalah siswa SMA 2 Negeri Danau Kerinci dengan jumlah keseluruhan adalah 210 orang. Karena jumlah siswa begitu banyak, sehingga tidak memungkinkan dijadikan semuanya sampel. Dengan menggunakan tabel Krejcie-Morgan dengan tingkat kesalahan 5%. Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 136 orang (Usman, 2003). Dari sampel yang ditetapkan, untuk dapat mewakili populasi penelitian, maka populasi mempunyai peluang yang sama untuk mewakili sampel.[6][6]
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
b.    Proportionate Stratified Random Sampling
Proportional sampel, dalam hal ini sampel yang terdiri dari sub sampel yang perimbangannya mengikuti perimbangan sub populasi yang sedang diteliti. Proportional sampling mungkin menggunakan randomisasi, mungkin tidak. Jika proportional sampling menggunakan randomisasi, maka sampling ini disebut proportional random sampling.[7][7]
 Stratifiedsampel biasanya digunakan jika populasi terdiri dari kelompok yang memiliki susunan bertingkat. Sampling yang memperhatikan stratum dalam populasi disebut strafied sampling. Stratified random sampling atau teknik sampling acak berstara digunakan apabila populasinya berstrara. Oleh karena karakter populasinya berstara maka sampel harus pula berstrara.[8][8] Jika stratified sampling itu memperhatikanperimbangan atau proporsi dari pada individu dalam tiap-tiap stratum (tingkatan) maka disebut propotional stratified sampling. Selanjutnya propotional stratified sampling yang menggunakan randomisasi dinamakan  propotional stratified random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya, suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Jumlah pegawai yang lulus S1=45, S2=30, ST=800,ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c.     Disproportionate stratified random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bil a populasi berstrata tetapi tidak proporsional. misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai: 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3, dan 4 orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, SMP.
d.    Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yaang telah ditetapkan.
Misalnya, di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang, ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.[9][9]
2.   Non Probability Sampling (Non Random Sampling)
Non Probability Sampling (Non Random Sampling) merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian, atau pengambilan sampel yang dipilih dengan non random, biasanya disebut dengan sampel tetap (fixed).[10][10]
Pada teknik ini, yang diteliti hanya individu-individu atau kelompok- kelompok yang kebetulan dijumpai saja. Misalnya dalam bidang sosial, pendapat umum diteliti dari orang-orang yang kebetulan dijumpai  dipinggir jalan, toko, atau ditempat-tempat yang dapat dicapai dengan mudah. Sudah tentu generalisasi dari non random sampling tidak dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi kecuali apabila peneliti beranggapan atau dapat membuktikan bahwa populasi penelitian yang diteliti relatif sangat homogen. Oleh karena itu peneliti perlu berhati-hati dalam menarik garis generalisasi dari sampel non random ini.[11][11]
Teknik ini terdiri dari beberapa macam, antara lain:
a.    Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara sistematis berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota  itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor  ganjil saja, genap saja atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b.    Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang di inginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam unsur Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang, kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.
c.     Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan  sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Misalnya memawancarai oerang yang kebetulan dijumpai di terminal.

d.    Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e.    Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi bisa dijadikan sampel.


f.      Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih 1 atau 2 orang, tetapi karena dengan 2 orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh 2 orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan teknik Purposive dan Snowball.[12][12]

2.3  BESARNYA SAMPEL PENELITIAN
Semakin banyak jumlah sampel penelitian yang diambil akan semakin  representatif, artinya akan semakin mendekati populasi target data yang diperoleh peneliti. Namun, apabila populasi penelitiannya  homogen sempurna maka besar kecilnya sampel tidak ada dampaknya.
Semakin ciri-ciri populasi penelitian dimasukan ke dalam sampel penelitian, maka akan semakin representatif sampel penelitian yang akan dikerjakan. Misalnya, untuk menentukan sampel dari suatu kelas, dicirikan para siswa dari variabel IQ nya, tingkat sosial ekonomi orang tua siswa, tingkat prestasinya, jenis kelamin siswa,dst. Adapun rumus matematika yang sering deterapkan, sebagaimana yang diungkapkan oleh John. B Williamson (1982) yaitu:


Jika diketahui terdapat 3 proporsi populasi penelitian, dan tidak dijumpai proporsi tersebut maka sering pula jumlah sampel ditentukan oleh presentase (%) seluruh jumlah populasi target penelitian.
Ada pula diantara peneliti yang menerapkan cara- cara praktis untuk menentukan jumlah sampel penelitian, yang sangat berbeda dengan rumus matematika di atas.

2.4  KEKELIRUAN SAMPLING DAN TAK SAMPLING
Dalam penelitian ada dua macam kekeliruan yang pokok yang bisa terjadi ialah kekeliruan sampling dan kekeliruan tak sampling.[13][13]
Kekeliruan tak sampling, hal ini bisa terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan sampling ataukah berdasarkan sensus. Beberapa penyebab terjadinya kekeliruan tak sampling adalah  :
a.       Populasi penelitian tidak didefinisikan sebagaimana mestinya;
b.      Populasi penelitian yang menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari atau diteliti;
c.       Kuesioner tidak dirumuskan sebagaimana mestinya;
d.      Istilah-istilah telah didefinisikan secara tidak tepat atau telah digunakan  tidak secara konsisten;
e.       Para responden tidak memeberikan jawaban yang akurat, menolak untuk menjawab attau tidak ada ditempat peneliti datang untuk melakukan wawancara (Sudjana, 1975: 173).
       Selain dari pada itu, kekeliruan tak sampling bisa terjadi pada waktu peneliti mencatat data, melakukan tabulasi dan melakukan perhitungan-perhitungan. Kekeliruan ini dapat menimbulkan kesulitan pada proses penelitian yang sedang dilakukan. Karenanya, cukup jelas bahwa hal demikian perlu untuk dihindari oleh setiap peneliti. Sedang untuk kekeliruan sampling tersebut timbul disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang kurang lengkap tentang populasi penelitian, dan penelitian yang dilakukan hanya dilaksanakan berdasakan sampel yang telah ditetapkan. Untuk itu menjadi jelas bahwa penelitian yang dilaksanakan terhadap sampel yang diambil dari populasi dan penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama, maka hasilnya akan berbeda. Perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama digunakan dalam sampling juga digunakan dalam sensus dinamakan kekeliruan sampling (Sudjana, 1975 :174). 

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.      Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang ada dalam penelitian.
2.      Bingkai sampel penelitian sering dimaksud pula sebagai “Metode Sampel”. Metode Sampel merupakan cara - cara atau teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Secara garis besar teknik sampling dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.
3.      Semakin banyak jumlah sampel penelitian yang diambil akan semakin  representatif, artinya akan semakin mendekati populasi target data yang diperoleh peneliti. Namun, apabila populasi penelitiannya  homogen sempurna maka besar kecilnya sampel tidak ada dampaknya.
4.      Beberapa penyebab terjadinya kekeliruan tak sampling adalah Populasi penelitian tidak didefinisikan sebagaimana mestinya ; Populasi penelitian yang menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari atau diteliti;Kuesioner tidak dirumuskan sebagaimana mestinya;Istilah-istilah telah didefinisikan secara tidak tepat atau telah digunakan  tidak secara konsisten;Para responden tidak memeberikan jawaban yang akurat, menolak untuk menjawab attau tidak ada ditempat peneliti datang untuk melakukan wawancara. Sedang untuk kekeliruan sampling tersebut timbul disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang kurang lengkap tentang populasi penelitian, dan penelitian yang dilakukan hanya dilaksanakan berdasakan sampel yang telah ditetapkan.





DAFTAR PUSTAKA

Ghony, Djunaidi & Almanshur, Fauzan. 2009. METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif. UIN-Malang Press
Setyosari, Punaji. 2010. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN dan Pengembangan. Jakarta : Kencana
Purwanto. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2009. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta : Gaung Persada Press




















[1][1]Prof. Dr. H. Punaji Setyosari, M.Ed, METODE PENELITIAN PENDIDIKAN dan Pengembangan, Jakarta : Kencana, 2010, hlm 169.
[2][2]Prof. Dr. Sugiyono, METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: CV. ALVABETA),2000, hlm. 117-118.
[3][3]Purwanto, M.Pd, METODE PENELITIAN KUANTITATIFuntuk Psikologi dan Pendidikan , Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 243.
[4][4]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Malang: UIN-Malang Press, 2009. hlm. 146-147.
[5][5]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, Ibid, Malang: UIN-Malang Press, 2009, hlm.149-150.
[6][6]Dr. Iskandar, M.Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan Kualitatif), Jakarta: GP Press, hlm. 70.
[7][7]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, Ibid, Malang: UIN-Malang Press, 2009, hlm.151
[8][8]Purwanto, M.Pd, METODE PENELITIAN KUANTITATIFuntuk Psikologi dan Pendidikan , Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010, hlm 253
[9][9]Prof. Dr. Sugiyono, Ibid (Bandung: CV. ALVABETA),2000, hlm.120-122.
[10][10]Dr. Iskandar, M.Pd, Ibid, Jakarta: GP Press, hlm. 73-74.
[11][11]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, Ibid, Malang: UIN-Malang Press, 2009, hlm.151.
[12][12]Prof. Dr. Sugiyono, Ibid (Bandung: CV. ALVABETA),2000, hlm.122-125.

[13][13]Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, S. T, M. Si, Ibid, Malang: UIN-Malang Press, 2009.hlm 157

No comments:

Post a Comment