KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. “R” DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DIABETES
MELLITUS” DI RUANG INTERNA BLUD RS
TENRIAWARU KELAS B KAB. BONE
TANGGAL 09-11 JUNI 2014
ABDUL RAHMAN
BT 11 042
AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
2 0 1 4
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. “R” DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DIABETES
MELLITUS” DI RUANG INTERNA BLUD RS
TENRIAWARU KELAS B KAB. BONE
TANGGAL 09-11 JUNI 2014
ABDUL RAHMAN
BT 11 042
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (A.Md. Kep)
AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
2 0 1 4
HALAMAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah
ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.
”R” dengan Gangguan Sistem Endokrin “Diabetes Mellitus” di Ruang Interna BLUD RS Tenriawaru Kelas B
Kab. Bone Tanggal 09-11 Juni 2014” telah
disetujui untuk diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Akademi
Keperawatan Batari Toja Watampone.
Watampone, 01
Juli 2014
Pembimbing,
Muhammad Basri, S. Kep.Ns
Mengetahui :
Direktur Akper Batari Toja
Watampone
Muhammad Basri, S. Kep.Ns
NIDN. 09 1812 7901
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah
ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.
”R” dengan Gangguan Sistem Endokrin “Diabetes Mellitus” di Ruang Interna
BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 09-11 Juni 2014” telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Akademi Keperawatan
Batari Toja Watampone yang diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 10 Juli 2014.
Tim
Penguji :
1. Asriwati,
S.Pd. M.Kes. ( )
2.
A. Muliati, S.Kep. Ns ( )
3. Muhammad
Basri, S. Kep. Ns ( )
Mengetahui :
Direktur Akper Batari Toja
Watampone
Muhammad Basri, S. Kep.
Ns
NIDN. 09 1812 7901
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama :
ABDUL RAHMAN
Tempat Tanggal Lahir : Soga,
05 Maret 1993
Jenis Kelamin :
Laki - laki
Agama :
Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Alamat :
Soga, Desa Kanco Kec.Cina
Kab.Bone
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
SD
Negeri 202 Kanco Kec.Cina Kab.Bone (1999 – 2005).
2.
SMP
Negeri 2 Watampone Kab. Bone (2005 –
2008).
3.
Madrasah
Aliyah Negeri 2 Watampone Kab. Bone (2008
– 2011).
4.
Akademi
Keperawatan Batari Toja Watampone Kab. Bone (2011 – 2014).
ABSTRAK
ABDUL RAHMAN “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. ”R” dengan
Gangguan Sistem Endokrin “Diabetes Mellitus” di Ruang Interna BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone
Tanggal 09-11 Juni 2014” (Dibimbing oleh Muhammad Basri).
Diabetes
Mellitus adalah penyakit metabolisme
yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut
maupun relatif. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
penerapan asuhan keperawatan pada Klien Tn. “R” dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Mellitus. Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya
tulis ini adalah studi kepustakaan, studi
kasus, serta dokumentasi yang berhubungan dengan hasil test diagnosa klien. Pada tinjauan kasus ditegakkan diagnosa: Ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan produksi urine, nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Dari ketiga diagnosa yang diangkat, semuanya teratasi sampai hari ketiga. Pengkajian keperawatan dilakukan secara sistematis pada klien, sehingga data-data yang didapatkan akurat dan
memudahkan dalam menganalisa
kemungkinan masalah-masalah
yang ada dan mungkin timbul. Dalam melakukan evaluasi hasil tindakan
keperawatan, penulis mengacu pada tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan. Untuk mencapai hasil yang optimal dari asuhan
keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus, harus ada kerjasama antara
klien, perawat, dokter, gizi, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya disamping
tersedianya sarana dan prasarana penunjang diruang perawatan interna.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Diabetes Mellitus
Daftar Pustaka : 15 (2000-2013)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. ”R” dengan
Gangguan Sistem Endokrin ”Diabetes
Mellitus” di Ruang Interna BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal
09-11 Juni 2014”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan didalamnya, ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat :
1.
Ibunda dan ayahanda tercinta dan saudara saudaraku yang
telah memberikan bantuan secara moril, materil serta doa restu kepada
penulis Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Almarhum
Bapak Drs. H. Andi Bachtiar selaku pendiri Yayasan Makassar Indonesia, yang
telah mendirikan kampus Batari Toja Watampone sehingga penulis bisa melanjutkan
pendidikan keperawatan.
3. Bapak
H. Andi Ahmad Anshari, SE selaku ketua umum Yayasan Makassar Indonesia, yang
telah banyak berjasa pada lembaga pendidikan Akademi Keperawatan Batari Toja
sehingga penulis dapat menempuh kuliah di Akper Batari Toja.
4. Bapak
Muhammad Basri, S.Kep. Ns, selaku
Direktur Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone sekaligus pembimbing dan penguji karya tulis ini
yang telah memberi banyak petunjuk, arahan dan bimbingan yang tiada henti dari
awal hingga terselesainya Karya Tulis ini.
5.
Direktur BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone beserta stafnya yang berkenan memberikan izin
untuk pelaksanaan ujian praktek di Ruang Interna.
6. Ibu
Asriwati, S.Pd. M.Kes. selaku penguji I Karya Tulis Ilmiah yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
dan telah banyak
membantu serta memberikan
arahan dengan penuh kesabaran dalam pelaksanaan ujian ini.
7.
A. Muliati,
S.Kep. Ns, selaku penguji dalam ujian II Karya Tulis Ilmiah yang dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan dan bantuan hingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
8.
Klien dan keluarga Tn. “R” yang telah bersedia bekerja sama
selama pelaksanaan asuhan keperawatan ini.
9.
Seluruh staf Akademik Keperawatan Batari Toja Watampone
dan seluruh Staf Ruang perawatan Interna yang telah memberikan bantuan, bimbingan,
pengetahuan dan keterampilan yang
bermanfaat bagi penulis.
10. Rekan
seperjuangan yang mengikuti pendidikan serta semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu
yang telah memberi semangat dan dorongan serta doa selama penulis mengikuti
pendidikan. Semoga amal baik dan bantuan semua pihak mendapat pahala dari Tuhan
Yang Maha Esa, dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini menjadi bacaan yang bermanfaat bagi penulis
dan kalangan yang terkait dalam pelayanan kesehatan khususnya bagi klien dengan
kasus Diabetes Mellitus
terhadap tenaga kesahatan dimanapun mereka berada.
Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi masyarakat
pada umumnya dan tenaga medis pada khususnya untuk lebih mengembangkan mutu
pelayanan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT
semoga apa yang kita lakukan bernilai ibadah disisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Watampone, 12 Juli
2014
Abdul Rahman
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALAMAN
JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN
PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN
PENGESAHAN .................................................................... iv
RIWAYAT
HIDUP ..................................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................... vi
KATA
PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR
ISI .............................................................................................. x
DAFTAR
TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR
GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv
BAB I .... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ..................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan
................................................................... 3
C.
Manfaat Penulisan
................................................................ 4
D.
Metodologi Penulisan............................................................ 5
E.
Sistematika Penulisan
........................................................... 6
BAB II ... TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Medis
............................................................ 8
1.
Pengertian ....................................................................... 8
2.
Anatomi Fisiologi
........................................................... 10
3.
Etiologi ........................................................................... 11
4.
Insiden ............................................................................. 13
5.
Patofisiologi ..................................................................... 14
6.
Manifestasi Klinis ............................................................ 16
7.
Komplikasi ...................................................................... 17
8.
Test Diagnostik
................................................................ 18
9.
Penatalaksanaan Medis..................................................... 19
B.
Konsep Dasar
Keperawatan ................................................ 23
1. Pengkajian ....................................................................... 23
2. Diagnosa Keperawatan .................................................... 25
3. Intervensi
Keperawatan.................................................... 27
4. Implementasi .................................................................. 50
5. Evaluasi .......................................................................... 50
BAB III . TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian ............................................................................ 52
B.
Diagnosa Keperawatan
........................................................ 74
C.
Rencana Keperawatan
......................................................... 76
D.
Implementasi
dan Evaluasi Keperawatan ............................. 79
BAB IV . PEMBAHASAN
A.
Pengkajian ............................................................................ 86
B.
Diagnosa Keperawatan
......................................................... 89
C.
Perencanaan ........................................................................... 91
D.
Implementasi ........................................................................ 92
E.
Evaluasi ................................................................................ 92
BAB V ... PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................... 94
B.
Saran ..................................................................................... 95
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Pertama ............................... 28
2.2 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Kedua................................... 32
2.3 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Ketiga................................... 34
2.4 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Keempat............................... 37
2.5 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Kelima.................................. 39
2.6 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Keenam................................ 40
2.7 :
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Ketujuh................................ 43
3.1 :
Aktivitas Sehari-hari..............................................................................
65
3.2 : Test Diagnostik...................................................................................... 68
3.3 : Data Fokus .......................................................................................... 70
3.4 : Analisa Data ........................................................................................ 71
3.5 : Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 74
3.6 : Rencana Keperawatan .......................................................................... 76
3.7 : Implementasi Hari I .............................................................................. 79
3.8 : Implementasi Hari II............................................................................. 82
3.9 : Implementasi Hari III............................................................................ 84
DAFTAR
GAMBAR
Gambar Halaman
2.1: Pankreas ................................................................................................ 10
3.1 : Genogram.............................................................................................. 54
DAFTAR
SINGKATAN
Istilah Singkatan dari
BBS Blood Basenking Sneilheid
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
DKA Diabetic Ketoacidosis
Dinkes Dinas
Kesehatan
DO Data Objektif
DS Data Subjektif
GCS Glasgow Coma Scale
GDM Gestasional Diabetes Mellitus
GDS Gula Darah Sewaktu
HLA Human Leucocyte Antigen
ICS Innsbruck Coma
Scale
IDDM Insulin Dependent Diabetes Mellitus
KDM Kebutuhan
Dasar Manusia
Kemenkes Kementerian Kesehatan
LED
Laju Endap Darah
NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
Ny. Nyonya
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
RL Ringer Laktat
SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase
SGPT Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
Tn. Tuan
UL Ultralente Insulin
WC Water Closet
WHO
World
Health Organization
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Konsultasi
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah
penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin
baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah
mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat
di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes
mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi
penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan
ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes (http://health.liputan6.com.
Diakses 25 Juni 2014).
|
Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur, namun
mulai umur ≥ 65 tahun
cenderung menurun. (Kemenkes, 2013).
Menurut data
yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012,
prevalensi penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit khususnya Diabetes
Mellitus menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (43,62%) yang
mana penyakit DM sebanyak 27,64%. (Dinkes
Sulsel, 2012).
Sedangkan
data yang penulis peroleh dari catatan Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone,
angka kejadian Diabetes Mellitus yaitu
pada tahun 2011 pasien yang mengalami Diabetes
Mellitus berjumlah 102 orang, pada tahun 2012 sebanyak 87 orang sedangkan
pada tahun 2013 jumlah pasien Diabetes
Mellitus meningkat menjadi 134 kasus. (Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kab.
Bone).
Melihat data
diatas dan kejadian di masyarakat maka penulis tertarik menyusun karya tulis
ini dengan judul: ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn ”R” dengan Gangguan Sistem Endokrin
Diabetes Mellitus di Ruang Interna BLUD
RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 09-11 Juni 2014”.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. “R” dengan
gangguan sistem endokrin: Diabetes
Mellitus di Ruang Perawatan Interna BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 09-11 Juni 2014.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan Pengkajian pada klien Tn.“R” dengan
gangguan sistem endokrin: Diabetes
Mellitus.
b.
Memperoleh
pengalaman nyata dalam menegakkan Diagnosa Keperawatan dengan gangguan sistem endokrin:
Diabetes Mellitus.
c.
Memperoleh
pengalaman nyata dalam menetapkan rencana keperawatan pada klien Tn. “R” dengan
gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
d.
Memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. “R” dengan
gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
e.
Memperoleh
pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien Tn ”R”
dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
f.
Memperoleh
gambaran nyata dalam menganalisa kesenjangan antara teori dengan kasus pada
klien Tn ”R” dengan gangguan sistem endokrin
Diabetes Mellitus.
C.
Manfaat Penulisan
1.
Manfaat
Bagi Akademik
a.
Sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan program Diploma III keperawatan.
b.
Sebagai
bahan bacaan di perpustakaan.
c.
Sebagai
sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.
2.
Manfaat
Bagi Rumah Sakit
a.
Dapat
memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepe-rawatan terutama yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan Diabetes
Mellitus.
b.
Dapat
menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kuwalitas asuhan keperawatan
khususnya bagi klien yang mengalami gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus.
3.
Manfaat
Bagi Klien
a.
Meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga dalam peningkatan kualitas asuhan keperawatan,
khususnya bagi klien yang mengalami gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
b.
Sebagai
bahan masukan bagi kien dalam meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan
pencegahan, perawatan, dan pengobatan Diabetes
Mellitus.
4.
Manfaat
Bagi Perawat
a.
Meningkatkan
pengetahuan penulis mengenai tata cara dan tekhnik penyusunan
karya tulis ilmiah.
b.
Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
D.
Metodologi Penulisan
1.
Tempat
dan waktu pelaksanaan pengambilan kasus yaitu: Ruang Perawatan Interna BLUD RS
Tenriawaru Kelas B Kab. Bone pada tanggal 09-11 Juni 2014.
2.
Teknik
pengambilan data:
a.
Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan melakukan interview atau tanya jawab pada penderita, keluarga
maupun tenaga kesehatan.
b.
Pemeriksaan
Fisik
Teknik yang dipergunakan dalam
pemeriksaan fisik ada empat yaitu inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(mengetuk) dan auskultasi (mendengarkan) pada seluruh sistem tubuh.
c.
Observasi
Mengamati tingkat perubahan atau perkembangan
yang terjadi pada
klien.
d.
Studi
Dokumentasi
Pengumpulan data atau
informasi melalui catatan-catatan dan arsip yang ada hubungannya dengan kesehatan klien.
E.
Sistematika Penulisan
Dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini
dibahas mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas mengenai
konsep dasar medis yang berisikan pengertian, klasifikasi, anatomi fisiologi
pankreas, etiologi, insiden, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, tes
diagnostik, penatalaksanaan medik dan asuhan keperawatan yang mencakup
pengkajian, masalah keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan
evaluasi yang disajikan dalam bentuk narasi dan matriks.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini
dibahas tentang laporan hasil study
kasus yang
berisi pengkajian,
masalah keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini
diuraikan kesenjangan antara landasan teori dan fakta yang ada
sesuai dengan penerapan asuhan keperawatan di perawatan interna BLUD RS
Tenriawaru Kelas B Kab. Bone.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini diuraikan
kesimpulan dan saran.
|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
A
1.
Pengertian
a.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Smeltzer, 2002).
b.
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
c.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan
multifaktorial yang dicirikan dengan dengan hiperglikemia
dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009).
d.
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom
defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas kerja insulin atau
keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2008).
e.
|
Arti Diabetes
Mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata ini
digunakan karena pada pasien Diabetes
Mellitus, meningginya kadar gula darah termanifestasi juga dalam air seni.
Ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi (Tobing, 2008).
f.
Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah secara
terus-menerus (kronis) akibat
kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2005).
g.
Diabetes Mellitus Merupakan penurunan kemampuan tubuh untuk
berespons terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pankreas (Baughman, 2000).
h.
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah di atas nilai normal (Kemenkes, 2013).
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah oleh Smeltzer (2002),
dijelaskan bahwa klasifikasi Diabetes
Mellitus adalah sebagai berikut:
a.
DM tipe I : Diabetes
Mellitus tergantung insulin atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
b.
DM tipe II : Diabetes
Mellitus tidak tergantung insulin atau Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
c.
Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau
sindrom lain atau diabetes sekunder.
d.
Diabetes
Mellitus gestasional atau Gestasional Diabetes
Mellitus (GDM).
2.
Anatomi
Fisiologi Pankreas
a.
Anatomi
Gambar 2.1. Pankreas
Sumber : http://yayanajuz.com
Diakses 26 Juni 2014
Pankreas
adalah kelenjar endokrin dan eksokrin. Sel pankreas yang berfungsi sebagai sel
endokrin adalah pulau Lengerhans. Pulau Langerhanus mempunyai empat macam sel,
yaitu :
1)
Sel
alfa menyekresi hormon glukagon
2)
Sel beta
menyekresi insulin
3)
Sel
delta menyekresi somatostatin. Somatostatin dapat menekan keluarnya (inhibitor) hormon pertumbuhan, insulin,
dan gastrin
4)
Sel-f
menyekresi polipoptida pankreas.
b.
Fisiologi
Stimulus
utama untuk keluarnya insulin adalah glukosa. Melalui insulin, tubuh dapat menggunakan
makanan yang telah dicerna dan juga dapat menyimpan kelebihan
makanan tubuh sebagai cadangan.
Fungsi keseluruhan glukagon adalah
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Organ target glukagon adalah hati.
Glukagon dapat menstimulasi glukogenolisis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa). Apabila suplai glukosa tidak mencukupi melalui glukogenolisis,
glukagon dapat menarik asam amino dan asam lemak otot dan mengubahnya menjadi
glukosa melalui proses glukoneogenesis. Glukagon juga bekerja sama dengan
epinefrin dan glukokortikoid untuk mempertahankan kadar glukosa ketika tubuh
mengalami stres atau sedang puasa (Baradero, 2009).
3.
Etiologi
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut
Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut :
a.
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta.
1)
Faktor Genetik
Penderita
Diabetes
Mellitus tidak mewarisi
Diabetes Tipe I itu
sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2)
Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada
saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda
klinis Diabetes Tipe I.
3)
Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie
B4, gondongan (mumps), rubella,
sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat
pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
b.
Diabetes Tipe II
Mekanisme
yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada Diabetes Tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini
adalah:
1)
Usia (resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2)
Obesitas
3)
Riwayat keluarga
4)
Kelompok etnik
(di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
4.
Insiden
Penyakit degeneratif
telah menjadi epidemi yang meluas di berbagai negara di seluruh dunia.
Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun. Indonesia
sebagai negara berkembang, merupakan salah satu negara dengan prevalensi
penyakit degeneratif meningkat paling cepat, khususnya penyakit diabetes.
Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah
150-200 orang setiap hari. Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita
diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus
meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang usia produktif di
perkotaan (http://digilib.itb.ac.id
di akses 26 Juni 2014)
5.
Patofisiologi
a.
Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat
kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari
luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme
autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas
diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan
pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi
sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka
produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak
akan dapat memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka
akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab
tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007).
b.
Tipe
II
Pada DM tipe II (DM yang tidak
tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga
saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini,
disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin
relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar.
Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target
memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM
tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi
genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan
konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan
penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi
insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi
menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan
pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah
adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali,
pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di
identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II.
Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan
rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi
genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan
sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme
glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat
dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa
disertai gangguan
metabolisme lemak (Silbernalg, 2007).
6.
Manifestasi
Klinis
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan
kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180
mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda
dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a.
Jumlah
urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b.
Sering
atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c.
Lapar
yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d.
Frekwensi
urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e.
Kehilangan
berat badan yang tidak jelas sebabnya
f.
Kesemutan/mati
rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g.
Cepat
lelah dan lemah setiap waktu
h.
Mengalami
rabun penglihatan secara tiba-tiba
i.
Apabila
luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j.
Mudah
terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi
kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang
anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis (Shadine, 2010).
7.
Komplikasi
Komplikasi penyakit
diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan
pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul
setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut
meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA),
koma non-ketosis hiperosmolar (koma
hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi
mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit
sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh
tersebut menjadi kekurangan suplai) dan dan
komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang
lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2008).
8.
Test Diagnostik
a.
Glukosa darah : Meningkat 200 –
100 mg/dl, atau lebih.
b.
Aseton plasma (keton) : positif
secara mencolok.
c.
Asam
lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d.
Osmolalitas
serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
e.
Elektrolit
1)
Natrium
: Mungkin normal, meningkat atau menurun.
2)
Kalium
: Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan
menurun.
3)
Fosfor : Lebih sering menurun.
f.
Hemoglobin glikosilat :
Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM
yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat
bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
g.
Gas darah arteri : biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis etabolik) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
h.
Trombosit darah : Ht mungkin
meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons
terhadap stres atau infeksi.
i.
Ureum/kreatinin : Mungkin
meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
j.
Amilase darah :
Mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k.
Insulin darah : Mungkin
menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe
II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibody (autoantibody).
l.
Pemeriksaan fungsi tiroid :
peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
m.
Urine
: Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n.
Kultur
dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).
9.
Penatalaksanaan
Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi
vaskuler serta neuropatik.
a.
Diet
Diet dan
pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut:
1)
Memberikan
semua unsur makanan esensial (misalnya,
vitamin, mineral)
2)
Mencapai
dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3)
Memenuhi
kebutuhan energi
4)
Mencegah
fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5)
Menurunkan
kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b.
Latihan
(olah raga)
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetik karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
c.
Pemantauan
Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan
kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes
jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna
bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk
melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang
dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi
pasien-pasien dengan:
1)
Penyakit
diabetes yang tidak stabil
2)
Kecenderungan
untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
3)
Hipoglikemia
tanpa gejala peringatan
4)
Ambang
glukosa renal yang abnormal
Bagi
penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah
sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet,
dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien
untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II,
pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat
menyebabkan hiperglikemia (misalnya,
keadaan sakit) atau hipoglikemia
(misalnya,
peningkatan aktifias
berlebihan)
d.
Terapi
Insulin
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin
mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang
biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan,
pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori
utama, yaitu:
1)
Insulin
regular (R) / Short acting Insulin
2)
NPH
Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
3)
Ultralente
Insulin (UL) / Long acting Insulin
e.
Pendidikan
/ Penyuluhan
Pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk
menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan
psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah
pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas bersama-sama
dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada
pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang
diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
1)
Perawatan
kaki
2)
Perawatan
mata
3)
Higiene
umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
4)
Penanganan
faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan
kadar glukosa darah) (Smeltzer, 2002).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian
Menurut
Doenges, (2000) pengkajian keperawatan pada Diabetes Mellitus dapat diuraikan
sebagai berikut :
a.
Aktivitas/Istrahat
1)
Gejala:
lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan
tidur/istrahat.
2)
Tanda:
takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau dengan aktivitas,
letargi/disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot.
b.
Sirkulasi
1)
Gejala:
Adanya riwayat hipertensi, IMA dan kesemutan pada extremitas, Ulkus pada kaki dengan penyembuhan yang lama.
2)
Tanda:
Takikardia, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi,
nadi menurun, disritmia,
krekels, GJK, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
c.
Integritas
Ego
1)
Gejala:
Stress, tergantung pada orang lain,
2)
Tanda:
Ansietas, peka rangsang.
d.
Eliminasi
1)
Gejala:
Perubahan pola berkemih (polyuria), Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK, nyeri tekan abdomen, diare
2)
Tanda:
Urine encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berubah menjadi oliguria/anuria
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen
keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
e.
Makanan
dan Cairan
1)
Gejala:
Hilang nafsu makan, mual/muntah , penurunan berat badan, sering kehausan.
2) Tanda: Kulit kering, turgor jelek, distensi
abdomen, muntah, napas berbau aseton.
f.
Neurosensori
1)
Gejala:
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, gangguan penglihatan.
2)
Tanda:
Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori.
g.
Nyeri
dan Kenyamanan
1)
Gejala:
Nyeri abdomen
2)
Tanda:
Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h.
Pernapasan
1)
Gejala:
Merasa kekurangan oksigen.
2)
Tanda:
Lapar udara/ sesak.
i.
Keamanan
1)
Gejala:
Ulkus kulit, kulit kering dan gatal.
2)
Tanda:
Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum,
rentang gerak.
j.
Seksualitas
1)
Gejala:
Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Menurut
Doenges (2000), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada Diabetes Mellitus meliputi :
a.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik, kehilangan gastrik yang
berlebihan (muntah, diare)
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)
Peningkatan haluaran urine,
urine encer.
2)
Kelemahan,
haus, penurunan berat badan tiba-tiba.
3)
Membran
mukosa kering, turgor kulit jelek.
4)
Hipotensi,
takikardia, pelambatan pengisian kapiler.
b.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin
(penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan
katabolisme protein/lemak), penurunan masukan oral (anoreksia, mual, nyeri
abdomen), status hipermetabolisme.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)
Melaporkan
masukan makanan takadekuat
2)
Kurang
nafsu makan
3)
Perubahan
berat badan
4)
Kelemahan
dan kelelahan
5)
Tonus
otot menurun
c.
Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Tidak ada tanda dan gejala
pada diagnosa aktual
d.
Risiko
tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen: ketidak seimbangan glukosa/insulin atau elektrolit.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Tidak ada tanda dan gejala
pada diagnosa aktual
e.
Kelelahan
berhubungan dengan penurunan energi metebolik, insufisiensi insulin, status
hipermetabolik.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)
Ketidak
mampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya
2)
Penurunan
kinerja
3)
Kurang
energi yang berlebihan, lemas
f.
Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)
Penolakan
untuk mengespresikan perasaan sebenarnya
2)
Menarik
diri dan mudah marah
3)
Apatis
4)
Tidak
berpartisipasi dalam perawatan dan tidak memantau kemajuan
g.
Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi, dan tidak mengenal sumber
informasi.
Kemungkinan ditandai oleh:
1)
Sering
bertanya tentang penyakitnya
2)
Meminta
informasi
3)
Ketidakmampuan
mengikuti instruksi.
4.
Intervensi
Keperawatan
a.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik, kehilangan gastrik yang
berlebihan (muntah, diare).
Hasil yang diharapkan:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi klien akan:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat
dibuktikan:
1)
Tanda-tanda
vital stabil.
2)
Nadi
perifer dapat diraba.
3)
Turgor
kulit baik.
4)
Pengisian
kapiler baik.
5)
Haluaran
urine normal secara individu
6)
Kadar
elektrolit dalam batas normal.
Tabel 2.1 Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan
Pertama
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1) Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat
sehubungan lamanya/ intensitas seperti
muntah, penge-luaran urine yang sangat berlebi-han.
2) Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya TD Artostatik
3) Pola nafas seperti adanya per-napasan
Kusmaul atau napas yang berbau keton.
4) Frekwensi dan kualitas perna-pasan,
penggunaan otot bantu napas dan adanya periode apnea dan munculnya sianosis.
5) Suhu, warna kulit atau kelem-babannya.
6) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa.
7) Pantau masukan dan pengeluaran, catat
berat jenis urine.
8)
Ukur
berat badan setiap hari.
9) Pertahankan untuk memberikan cairan
paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleran-si jantung jika
pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
10) Tingkatkan lingkungan yang dapat
menimbulkan rasa nyaman. Selimuti pasien dengan selimut tipis.
11) Kaji adanya perubahan mental/ sensori.
12) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti
mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
13) Observasi adanya perasaan kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya
distensi pada vaskuler.
|
1)
membantu dalam memperbaiki ke-kurangan volume total. Tanda dan gejala mungkin
sudah lama ada pada beberapa waktu sebelumnya ( bebe-rapa jam sampai beberapa
hari ) adanya proses infeksi meng-akibatkan demam dan keadaan Hipermetabolik
yang meningkat-kan kehilangan air tidak kasat mata.
2) Hipovolemia
dapat dimanivestasi-kan oleh hipotensi dan
Takikardia. Perkiraan berat ringannya Hipo-volemia dapat dibuat ketika
tekan-an darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mm Hg dari posisi
ber-baring ke posisi duduk atau ber-diri. Catatan
: Neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks yang secara normal
meningkatkan denyut jantung.
3)
Paru-paru mengeluarkan asam kar-bonat melalui pernapasan yang menghasilkan
kompensasi alkalo-sis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Pernapasan
yang berbau aseton berhubungan peme-cahan asam aseto-asetat dan harus
berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
4) Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan
menyebabkan pola dan frek-uensi pernapasan mendekati normal. Tetapi
peningkatan kerja pernapasan; pernapasan dangkal, pernapasan cepat; dan
munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan atau
mungkin pasien itu kehi-langan kemampuannya untuk melakukan kompensasi pada
asidosis.
5) Meskipun demam, menggigil dan diaforesis
merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang
keme-rahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
6)
Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
7)
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
8)
Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjut-nya dalam memberikan cairan pengganti.
9)
Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi.
10)
Menghindari pemanasan yang ber-lebihan terhadap pasien lebih lanjut akan
dapat menimbulkan kehilangan cairan.
11)
Perubahan mental dapat berhubu-ngan dengan glukosa yang tinggi atau
rendah (Hiperglikemia atau
hipoglikemia) elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral
dan berkembang-nya hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan
kesadaran dapat menjadi predisposisi (pencetus) aspirasi pada pasien.
12)
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang sering kali
akan menimbul-kan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan
cairan atau eletrolit.
13)
Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mugkin sangat ber-potensi
menimbulkan kelebihan beban cairan dan GJK.
|
b.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin (Penurunan
penggunaan glukosa oleh jaringan meng-akibatkan peningkatan metabolisme
protein/lemak, penurunan masukan oral : Anoreksia, mual, lambung penuh, dan
nyeri abdomen.
Hasil yang diharapkan: Jumlah
kalori/Nutrisi normal
Kriteria evaluasi klien akan:
1)
Menunjukkan
energi seperti biasanya
2)
Mendemonstrasikan
berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya.
3)
Nilai
laboratorium normal
Tabel 2.2 Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Kedua
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1) Timbang berat badan setiap hari se-suai indikasi.
2)
Tentukan program diet dan pola ma-kan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan oleh pasien.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,
mual, muntahan makanan yang tidak dicerna dan pertahankan keadaan puasa sesuai
dengan indikasi.
4)
Berikan makanan cair yang meng-andung zat makanan (Nutrien) dan eletrolit dan
segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pem-berian cairan
lewat oral. Selanjutnya terus upayakan pemberian makanan yang lebih padat
sesuai dengan yang dapat ditoleransinya.
5)
Identifikasi makanan yang disukai /dikehendaki termasuk kebutuhan sesuai
dengan etnik.
6)
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan sesuai indi-kasi.
7)
Observasi tanda-tanda hipoglikemia . seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab (dingin), denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing, dan sempoyo-ngan.
|
1)
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
2) Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
ter-apeutik.
3) Hiperglikemia dan gangguan kese-imbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung
(distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Pemberian makanan melalui oral le-bih baik
jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
5) Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
6)
Meningkatkan rasa keterlibatanya; memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
7) Karena metabolisme karbohidrat mu-lai
terjadi (gula darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin
maka hipoglikemia dapat terjadi). Jika pasien dalam keadaan koma,
hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran. Ini secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji
dan ditangani secara cepat melalui tindakan yang direncanakan.
|
c.
Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan: Resiko
infeksi berkurang.
Kriteria evaluasi klien akan:
1)
Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Tabel 2.3 Intervensi untuk Diagnosa Keperawtan Ketiga
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1)
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya
fus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh, atau berkabut.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
3) Pertahankan teknik aseptik pada pro-sedur invasif (seperti pemasangan
infus, pemasangan kateter dan sebagainya), pemberian perawatan, dan
pemeliharaan.
4)
Lakukan perawatan perineal dengan baik. Ajarkan pasien wanita untuk
membersihkan daerah perinealnya dari depan ke belakang setelah eliminasi.
5)
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah
tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering dan tetap kencang.
6)
Auskultasi bunyi napas.
7)
Posisikan pasien pada posisi semi-fowler.
8)
Lakukan perubahan posisi dan an-jurkan pasien untuk batuk efektif /napas
dalam jika pasien sadar dan kooperatif. Lakukan penghisapan lendir pada jalan
napas dengan menggunakan tehnik steril sesuai ke-perluannya.
9)
Berikan tissu dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau sekret yang lainnya.
10) Bantu pasien untuk melakukan
higi-ene oral.
11)
Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat. (kira-kira 3000 ml/hari jika
tidak ada kontraindikasi).
|
1) Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
biasanya telah men-cetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
noso-komial.
2) Mencegah timbulnya infeksi.
3) Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
akan menjadi media terbaik untuk pertumbuhan kuman.
4) Mengurangi resiko terjadinya infeksi
saluran kemih. Pasien koma mungkin memiliki resiko yang khusus jika terjadi
retensi urine pada saat awal dirawat. Catatan: pasien DM wanita lansia
merupakan kelompok utama yang paling be-resiko terjadi infeksi saluran kemih.
5) Sirkulasi perifer yang terganggu bisa
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya ke-rusakan pada
kulit/iritasi kulit dan infeksi.
6) Ronchi mengidentifikasikan adanya
akumulasi sekret yang mungkin berhubungan dengan pneumonia/ bronchitis. Edema
paru (bunyi kre-kels) mungkin sebagai akibat dari pemberian cairan yang
terlalu cepat/berlebihan atau GJK.
7) Memberikan kemudahan bagi paru untuk
mengembang; menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
8) Membantu dalam memventilasi-kan semua
daerah paru dan me-mobilisasi sekret. Mencegah agar sekret tidak statis
sehingga terjadi peningkatan resiko infeksi.
9) Mengurangi penyebab infeksi
10) Menurunkan resiko terjadinya pe-nyakit mulut
dan gusi.
11) Menurunkan kemungkinan terjadi-nya
infeksi. Meningkatkan aliran urine untuk mencegah urine yang statis dan
membantu dalam mem-pertahankan pH/keasaman urine, yang menurunkan
pertumbu-han bakteri dan pengeluaran organisme dari sistem organ tersebut.
|
d.
Risiko
tinggi terhadp perubahan sensori-persepsi berhubungan dengan pe-rubahan kimia
endogen, ketidak seimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.
Hasil yang diharapkan:
Mempertahankan tingkat mental biasanya.
Kriteria evaluasi klien akan:
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Tabel 2.4
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Keempat
Intervensi
|
Rasional
|
1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
2)
Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya,
misalnya terhadap tempat, orang dan waktu. Berikan penjelasan yang singkat
dengan bicara perlahan dan jelas.
3)
Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istrahat pasien.
4)
Pelihara aktivitas rutin pasie sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuangnya.
5) Lindungi pasien dari cedera ketika tingkat kesadaran pasien terganggu.
Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan napas buatan
yang lunak jika pasien kemungkinan kejang.
6) Evaluasi lapang pandang pengli-hatan sesuai
dengan indikasi.
7)
Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri, atau kehilangan sensori pada paha
atau kaki. Lihat adanya ulkus, daerah kemerahan, tempat-tampat tertekan.
Kehilangan denyut nadi perifer.
8) Berikan
tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari terpajan
terhadap air panas atau dingin atau penggunaan bantalan/pemanas.
9) Bantu
pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
|
1) Sebagai dasar untuk membandingkan
temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
2)
Menurunkan kebingungan dan mem-bantu untuk mempertahankan kontak dengan
realitas.
3)
Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih, dan dapat memperbaiki daya pikir.
4) Membantu memelihara pasien tetap berhubungan
dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada ling-kungannya.
5) Pasien mengalami disorientasi me-rupakan awal
kemungkinan timbul-nya cedera. Terutama malam hari dan perlu pencegahan
sesuai indikasi. Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk mencegah trauma
fisik, aspirasi dan sebagainya.
6) Edema/lepasnya retina, hemoragis, katarak,
atau paralisis otot ekstra-okuler sementara mengganggu pe-nglihatan yang
memerlukan terapi korektif atau perawatan penyo-kong.
7)
Neuropati perifer dapat mengakibat-kan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distor-si yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gang-guan keseimbangan.
8) Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan
kemungkinan kerusa-kan kulit karena panas. Catatan: munculnya dingin yang
tiba-tiba pada tangan atau kaki dapat men-cerminkan adanya hipoglikemia ,
yang perlu melakukan pe-meriksaan terhadap kadar gula darah.
9) Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika
rasa ketidakse-imbangan dipengaruhi.
|
f.
Kelelahan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah:
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi: status metabolik, infeksi.
Kriteria evaluasi klien akan:
Menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Tabel 2.5
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Kelima
Intervensi
|
Rasional
|
1) Mendiskusikan dengan pasien
kebu-tuhan akan aktivitas. Buat jadwal pe-rencanaan dengan pasien dan
identivikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
2)
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istrahat yang cukup/tanpa
diganggu.
3) Pantau nadi, frekuensi
pernapasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
4)
Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
5) Tingkatkan partisipasi pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari se-suai danganyang dapat ditoleransi.
|
1)
Pendidikan dapat memberikan moti-vasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2)
Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3)
Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiolo-gis.
4) Pasien akan dapat melakukan lebih banyak
kagiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
5) Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang
positif sesuai tingkat ak-tivitas yang dapat ditoleransi pasien.
|
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, dan ketergantungan
pada orang lain.
Hasil yang diharapkan:
Mengakui perasaan putus asa
Kriteria evaluasi pasien akan:
1) Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan
2) Membantu dalam merencanakan perawatannya
sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan
diri.
Tabel 2.6
Intervensi untuk Diagnosa Keperawatan Keenam
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
1) Anjurkan pasien/keluarga untuk
me-ngekspresikan perasaannya tentang perawatan di Rumah Sakit dan pe-nyakitnya
secara keseluruhan.
2) Akui
normalitas dari perasaan.
3) Kali
bagaimana pasien telah mena-ngani masalahnya dimasa lalu identifikasi lokus
kontrol.
4)
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatian-nya dan
diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap pasien.
5) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau
keluarga.
6) Tentukan apakah ada perubahan yang
berhubungan dengan orang terdekat.
7)
Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan pe-rawatannya,
seperti ambulasi, waktu beraktivitas, dan seterusnya.
8)
Berikan dukungan kepada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
|
1)
Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2)
Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu pasien untuk me-mecahkan
masalah dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. Control terhadap DM merupakan
pekerjaan yang terus menerus yang bertindak sebagai pengikat constan terhadap
munculnya penyakit serta encaman terhadap kehidupan/kesehatan pasien.
3)
Pengetahuan gaya individu mem-bantu untuk menentukan kebutuhan terhadap
tujuan penanganan. Pasien yang mempunyai lokus pusat control internal
biasanya memperlihatkan ca-ra untuk meningkatkan control terha-dap program
pengobatan sendiri. Pasien
yang bertindak dengan lokus eksternal ingin dirawat oleh orang lain atau
mungkin akan mengen-dalikan factor-faktor eksternal yang mempengaruhinya.
4) Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan
kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah untuk membantu mencegah
terulangnya/ kambuhnya penyakit pada pasien ter-sebut.
5) Harapan yang tidak realistis atau adanya
tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan pe-rasaan
frustasi/kehilangan control diri dan mungkin mengganggu kemam-puan koping.
6) Tenaga dan pikiran yang constan di-perlukan
untuk mengendalikan dia-betik yang sering kali memindahkan fokus hubungan.
Perkembangan psi-kologis/neuropati viseral mempeng-aruhi konsep diri
(terutama fungsi pe-ran seksual) mungkin menambah keadaan stress.
7)
Menkomunikasikan kepada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih pada
saat perawatan dilakukan.
8) Meningkatkan perasaan control ter-hadap
situasi.
|
g.
Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Hasil yang diharapkan:
mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Kriteria evaluasi pasien akan:
1)
Mengidentifikasi
hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dan
factor penyebab.
2)
Dengan
benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
3)
Melakukan
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Tabel 2.7 Intervensi untuk Diagnosa
Keperawatan Ketujuh
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
1)
Ciptakan linkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh per-hatian dan
selalu ada untuk pasien.
2) Bekerja dengan pasien dalam mena-ta tujuan
belajar yang diharapkan.
3) Pilih
berbagai strategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang memer-ukan
keterampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan ulang, gabungkan
keterampilan baru ini kedalam rutinitas rumah sakit sehari-hari.
4) Diskusikan topik-topik utama, sep-erti:
a) Apakah kadar glukosa normal itu dan
bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan kadar gula darah pa-sien, tipe DM
yang dialami pasien, hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula
darah yang tinggi.
b)
Rasional terjadinya serangan keto-asidosis.
c)
Komplikasi penyakit akut dan kronis meliputi gangguan peng-lihatan
(retinopati), perubahan dalam neurosensori dan kardio-vaskuler, perubahan
fungsi ginjal
5) Demonstrasikan cara pemeriksaan gula
darah dengan menggunakan ”finger stick” dan beri kesempatan pasien untuk
mendemonstrasikan kembali. Instruksikan pasien untuk pemeriksaan keton
urinenya jika glukosa darah lebih tinggi dari 20 mg/dl.
6)
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara
untuk melakukan makan diluar rumah.
7)
Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan lamanya dosis
insulin yang diresepkan, bila disesuaikan dengan pasien atau ke-luarga.
8) Tinjau kembali pemberian insulin oleh
pasien sendiri dan perawatan ter-hadap peralatan yang diguna-kan. Berikan
kesempatan kepada pasien untuk mendemonstrasikan prosedur tersebut (mis;
menentu-kan daerah penyuntikan dan cara menyuntik atau penggunaan alat suntik
pompa kontinu).
9)
Tekankan pentingnya memperta-hankan pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu
dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi dan peristiwa dalam hidup.
10)
Diskusikan faktor-faktor yang me-megang peranan dalam kontrol DM tersebut,
seperti latihan (aerobik versus isometrik), stres, pembedahan dan penyakit
tertentu. Lihat ke-mbali aturan ”sick day”.
11)
Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin. Anjurkan pasi-en untuk
menghentikan merokok.
12) Buat
jadwal latihan/aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan de-ngan
penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian.
13)
Identifikasi gejala hipoglikemia (mis; lemah, pusing, letargi, lapar, peka
rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala, dan perubahan
mental) dan jelas-kan penyebabnya.
14)
Instruksikan pentingnya peme-riksaan secara rutin pada kaki dan perawatan
kaki tersebut. Demonstrasikan cara pemeriksaan kaki tersbut; inspeksi sepatu
yang ketat dan perawatan kuku, jaringan kalus dan jaringan tanduk. Anjurkan
penggunaan stoking dengan bahan serat alamiah.
15)
Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur pada pasien yang telah
mengalami DM tipe I se-lama 5 tahun atau lebih.
16)
Susun alat bantu penglihatan ketika diperlukan misalnya; memper-besar garis
skala pada jarum insulin, instruksi dengan cetakan besar, pengukur glukosa darah
sekali sentuh.
17)
Diskusikan mengenai fungsi seksual dan jawab semua pertanyaan pasien atau
orang terdekat.
18)
Tekankan pentingnya penggunaan dari gelang bertanda khusus.
19)
Rekomendasikan untuk tidak me-nggunakan obat-obat yang dijual bebas tanpa
konsultasi dengan tenaga kesehatan/tidak boleh me-makai obat tanpa resep.
20)
Diskusikan pentingnya untuk me-lakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien atau orang terdekat.
21)
Lihat kembali tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi secara medis, seperti
demam, pilek atau gejala flu, urine keruh/berwarna pekat, nyeri saluran
kemih, penyembuhan pe-nyakit yang lama, perubahan sensori (nyeri atau
kesemutan) pada ekstre-mitas bawah, perubahan pada kadar gula darah,
munculnya keton pada urine.
22)
Demonstrasikan tekhnik penanga-nan stres, seperti latihan nafas dalam,
bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian.
23)
Identifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat bila ada.
|
1)
Menanggapi
dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.
2)
Partisipasi
dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan
prinsip-prinsip yang dipelajari.
3)
Penggunaan
cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan pencerapan pada
individu yang belajar.
4) –
a) Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
b) Pengetahuan tentang faktor pencetus
dapat membantu untuk menghindari kambuhnya serangan tersebut.
c) Kesadaran tentang apa yang terjadi
membantu pasien untuk lebih konsisten terhadap perawatannya dan mencegah atau
mengurangi awitan atau komplikasi tersebut.
5)
Melakukan
pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4x atau lebih dalam setiap harinya
memungkinakn fleksibilitas dalam perawatan diri, meningkatkan kontrol kadar
gula darah dengan lebih ketat (mis; 60-150 mg/dl) dan dapat mencegah atau
mengurangi perkembangan komplikasi jangka panjang.
6)
Kesadaran
tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan
atau mentaati program. Serat dapat memperlambat absorpsi glukosa yang akan
menurunkan fluktuasi kadar gula darah, tetapi dapat menyebabakan
ketidaknyamanan pada saluran cerna, flatus meningkat dan mempengaruhi
absorpsi vitamin/mineral.
7)
Pemahaman
tentang semua aspek yang digunakan obat meningkatkan penggunaan yang tepat.
Algoritme dosis dibuat yang masuk dalam perhitungan dosis obat yang dibuat
selama evaluasi rawat inap; jumlah dan jadwal aktivitas fisik biasanya
perencanaan makan. Dengan melibatkan orang terdekat atau sumber untuk pasien.
8)
Mengidentifikasikan
pemahaman dan kebenaran dari prosedur atau masalah yang potensial dapat
terjadi (seperti penglihatan, daya ingat, dan sebagainya) sehingga solusi
alternatif dapat ditentukan untuk pemberian insulin tersebut.
9)
Membantu
dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk melakukan kontrol
penyakitnya dengan lebih baik dan meningkatkan perawatan diri/kema
ndiriannya.
10) Informasi ini akan meningkatkan
pengendalian terhadap DM dan dapat sangat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis.
Catatan : Latihan aerobik ( seperti berjalan, berenang) meningkatkan
keefektifan pengguanan insulin yang menurunkan kadar gula darah dan
memperkuat sistem kardio-vaskular. Perencanaan penanganan ”sick day” membantu
memper-tahankan keseimbangan selama sa-kit, bedah minor, stres emosi yang
berat atau beberapa keadaan yang mungkin meningkatkan gula darah.
11) Nikotin mengkonstriksi pem-buluh bdarah
kecil dan absorpsi insulin diperlambat selama pembuluh darah ini mengalami
konstriksi. Catatan : Absorpsi insulin dapat diturunkan sampai batas 30%
dibawah normal dalam 30 menit pertama setelah merorok.
12) Waktu latihan tidak boleh bersamaan
waktunya denagn kerja puncak insulin. Makanan kudapan harus diberikan sebelum
atau selama latihan sesuai kebutuhan dan rotasi injeksi harus menghindari
kelompok otot yang akan digunakan untuk beraktivitas (mis; daerah abdomen
lebih dipilih dari pada paha atau lengan sebelun melakukan joging atau
berenang) untuk mencegah percepatan ambilan insulin.
13) Dapat meningkatkan deteksi dan
pengobatan lebih awal dan men-cegah/mengurangi kejadiannya. Catatan :
Hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan feno-mena fajar (indikasi
perlunya insulin tambahan) atau respon balik pada hipoglikemia selama tidur
(efek somogyi) yang memerlukan penurunan dosis insulin atau perubahan diet
(mis; pemberian makanan kudapan pada malam hari).
Pemeriksaan kadar gula darah
pada jam 3 pagi membantu dalam meng-identifikasi masalah yang spesifik.
14) Mencegah/mengurangi komplikasi yang
berhubungan dengan neuropati perifer dan/atau gangguan sirkulasi terutama
selulitis, gangren dan amputasi.
15) Perubahan dalam penglihatan dapat
terjadi secara perlahan dan lebih sering pada paien yang jarang mengontrol
DM. Masalah yang mungkin terjadi termasuk peruba-han dalam ketajaman penglihatan dan mungkin berkembang ke arah
retinopati dan kebutaan.
16) Alat bantu adaptif telah dikembang-kan 5
tahun terakhir untuk mem-bantu individu dengan gangguan penglihatan DMnya
sen-diri dengan lebih efektif.
17) Seringkali terjadi impoten (mungkin
gejala pertama dari serangan DM) Catatan : Konseling dan/atau penggunaan
penis prostese mungkin bermanfaat.
18) Dapat mempercepat masuk kedalam
pusat-pusat sistem kesehatan dan perawatan yang sesuai dengan aki-bat
komplikasi yang lebih kecil pa-da keadaan darurat.
19) Produktivitas mungkin mengan-dung gula
atau berinteraksi dengan obat-obat yang diresepkan.
20) Membantu untuk mengontrol proses
penyakit dengan lebih ketat dan mencegah eksaserbasi DM menu-runkan
perkembangan komplikasi sistemik.
21) Intervensi segera dapat mencegah
perkembangan komplikasi yang lebih serius atau komplikasi yang mengancam
kehidupan.
22) Meningkatkan relaksasi dan peng-endalian
terhadap respon stres yang dapat membantu untuk membatasi peristiwa ketidak
seimbangan glu-kosa/insulin.
23) Dukungan kontinu biasanya penting untuk
menopang perubahan gaya hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.
|
4.
Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi atau perencanaan dan prioritas masalah.
5.
Evaluasi
Mengacu pada kriteria tujuan yaitu sebagai berikut:
a.
Dx 1:
Mendemonstrasikan hidrasi
adekuat
b.
Dx 2:
1)
Menunjukkan
energi seperti biasanya
2)
Mendemonstrasikan
berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya.
3)
Nilai
laboratorium normal
b.
Dx 3:
Mendemonstrasikan perubahan
gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
c.
Dx 4:
Mengenali dan mengkompensasi
adanya kerusakan sensori.
d.
Dx 5:
Menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
e.
Dx 6:
1)
Mengidentifikasi
cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
2)
Membantu
dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung
jawab untuk aktivitas perawatan diri.
g.
Dx 7:
1)
Mengidentifikasi
hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dan factor penyebab.
2)
Dengan
benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
3)
Melakukan
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas
klien
Nama : Tn.“R”
Umur : 58 tahun
Jenis
kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku
/ Bangsa : Bugis / Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan PEMDA
Alamat
: Jl. Yos Soedarso
Tanggal
Masuk RS : 04-06- 2014
Tanggal
Pengkajian 09-06-2014
b.
Identitas
penanggung
Nama : Ny. “L”
Umur : 55 tahun
Pekerjaan
: IRT
Hubungan
dengan klien : Istri dari klien
|
2.
Keluhan
Utama
a.
Keluhan
utama : Klien mengeluh bengkak pada daerah ekstremitas bawah.
b.
Faktor
pencetus : Klien mengatakan kaki klien tiba-tiba bengkak.
c.
Lamanya
keluhan : Dua hari yang lalu.
d.
Timbulnya
keluhan : Keluhan di rasakan sejak dua hari yang lalu.
e.
Faktor
yang memperberat : Terjadi peningkatan
GDS.
f.
Upaya
yang dilakukan untuk mengatasinya.
-
Dibantu
: Dibantu oleh keluarga .
g.
Diagnosa
medik :
-
Diabetes Mellitus pada tanggal 09 Juni 2014.
3.
Riwayat
Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang :
Klien di rawat di Rumah Sakit Umum Tenriawaru Bone dengan keluhan bengkak
pada ekstremitas bawah.
2) Riwayat Kesehatan Lalu :
Klien
mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Gambar.
3.1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki X :
meninggal
: Perempuan :
garis keturunan
: Klien :
garis perkawinan
? : Umur tidak
diketahui : garis serumah
-
Generasi
I : Kakek dan nenek dari ibu dan ayah
klien meninggal karena faktor usia.
-
Generasi
II : Ibu
dan ayah klien beserta saudara-saudaranya meninggal karena faktor usia
-
Generasi
III : Klien
adalah anak tunggal dan menderita penyakit DM
-
Genrasi
IV : Klien
memiliki 7 orang anak dan serumah dengan anak ke 4, 5, 6, dan 7
4.
Riwayat psikososial
a. Pola Konsep Diri
1) Citra diri
Klien
menganggap dirinya orang hanya biasa dan menganggap tidak ada istimewa padanya.
2) Peran diri
Klien berperan sebagai
kepala rumah tangga.
3) Ideal diri
Klien berharap cepat
sembuh dan dapat pulang kerumah untuk berkumpul bersama keluarganya.
4) Harga diri
Klien merasa
dihargai oleh keluarganya
b. Pola Kognitif
Klien tidak
mengalami gangguan ingatan jangka panjang
dan jangka pendek klien dan
keluarganya selalu bertanya dan
memikirkan tentang penyakitnya.
c. Pola Koping
Klien dalam mengambil
keputusan melibatkan keluarganya mampu dan klien hanya bisa pasrah dan tabah
menerima cobaan yang diberikan kepadanya.
d. Pola Interaksi
Klien dapat
berinteraksi dengan perawat, dokter dan keluarga dengan baik.
5.
Riwayat Spritual
a.
Ketaatan
klien beribadah.
Sebelum klien masuk RS taat
beribadah dan setelah sakit klien hanya bisa berdoa atas kesembuhannya.
b.
Dukungan
keluarga klien
Keluarga klien memberi
dorongan agar sabar dan tawakkal dalam menghadapi penyakitnya dan mendoakan
agar cepat sembuh.
c.
Ritual
yang bisa di jalankan oleh klien
Sebelum klien sakit selalui
mengikuti kegiatan isra miraj dan maulid di
mesjid
6.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan
umum klien : Klien nampak lemah
1)
Tanda-tanda
stress : Tidak nampak tanda-tanda stress
2)
Penampilan : Penampilan sesuai dengan usianya.
3)
Ekspresi
wajah : Wajah klien Nampak cemas
Bicara : Klien mampu berbicara dengan baik
Mood : Baik
4)
Tinggi
badan : 164 cm
Berat badan : 54 kg
Gaya berjalan : Tegak
b.
Tanda-tanda
vital
Tekanan
Darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,50 C
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan :
22 x/ menit
c.
Sistem
Pernafasan
1)
Hidung
a)
Inspeksi
: Bentuk hidung simetris kiri dan
kanan, tidak ada sekret dan tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
sekret dan tidak ada epistaksis.
b)
Palpasi : Tidak ada nyeri dan tidak ada
polip
2)
Leher
a)
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
b)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran
vena jugularis, tidak ada tumor dan massa. Mobilitas leher : klien dapat
menggerakkan lehernya fleksi dan ektensi
3)
Dada
a)
Inspeksi
:Bentuk dada simetris kiri dan
kanan, perbandingan ukuran anterior posterior dan transversal 1:2, gerakan dada
mengikuti gerakan pernafasan, terdapat otot bantu pernafasan,
b)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,massa
dan peradangan.
c)
Perkusi
: Resonan
d)
Auskultasi : Ronchi basah (rales)
d.
Sistem
Kardiovaskuler
1)
Conjungtiva
tidak anemis, bibir kering, Arteri carotis teraba kuat.
2)
Bunyi
jantung S1 lub dan S2 dub
S1 lub :
ICS 4 garis mid klavikula sinistra
S2 dub : ICS 2 garis parasternal deksta
e. Sistem Pencernaan
1) Mulut
a) Inspeksi : Bibir kering, tidak terdapat labio skisis
dan palato skisis, tidak terdapat stomatitis, klien menggunakan gigi asli,
kemampuan menelan baik.
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2) Gaster
a) Auskultasi : Gerakan
peristaltik 7 x/ menit
b) Palpasi : Tidak ada nyeri pada gaster,
c) Perkusi : Tidak ada kembung pada gaster
3) Abdomen
a) Inspeksi : Gerakan perut ikut gerak nafas
b) Auskultasi : Gerakan
peristaltik 7 x/ menit
c) Perkusi : Redup
d) Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
4) Anus tidak ada lecet dan hemoroid
f. Sistem Indra
1) Mata
a) Inspeksi :
Tidak ada lecet pada kelopak mata, pertumbuhan bulu mata merata berwarna hitam,
alis nampak simetris kiri dan kanan
2) Hidung
a) Inspeksi :
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak epistaksis.
b) Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
3) Telinga
a) Inspeksi :
Keadaan daun telinga bersih dan bentuk simetris kiri dan kanan, kanal
auditorius bersih, tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran cukup baik.
g. Sistem Syaraf
1) Fungsi cerebral
a) Status mental : Orientasi baik, daya ingat
baik, perhatian dan perhitungan baik, bahasa yang digunakan mudah dimengerti.
b) Kesadaran :
Eye : Membuka mata secara
spontan 4
Motorik : Orientasi baik 6
Verbal : Klien dapat
melaksanakan perintah 5 Jumlah GCS 15
2) Fungsi cranial
a) Nervus I (olfaktorius)
Klien dapat
membedakan bau, klien disuruh menutup kedua matanya dan salah satu lubang
hidung kemudian klien disuruh mencium salah satu zat (minyak kayu putih)
kemudian ditanya bau apa yang dicium, dan klien menjawab dengan benar.
b) Nervus II (optikus)
Fungsi
penglihatan baik, Klien dianjurkan menghitung jari perawat pada jarak 6 meter
(60 meter jarak orang normal).
c) Nervus III, IV, VI (okulomotorius,
trokhearis, abdusen)
Kelopak mata
tidak terjadi ptosis dan exopthalmus, pupil isokor, pergerakan bola mata ke
segala arah.
d) Nervus V (trigeminus)
Klien dapat
menutup dan mengatupkan mulutnya.
e) Nervus VII (fasialis)
Klien dapat
membedakan rasa manis dan asin.
f) Nervus VIII (akustikus)
Fungsi
pendengaran baik, klien dapat mendengar detak jarum jam saat diletakkan di
belakang telingannya.
g) Nervus IX (Glosofaringeus)
Refleks
muntah baik, saat klien disuruh menyentuh bagian atas dinding faring, ada
refleks muntah.
h) Nervus X (vagus)
Refleks
menelan baik.
i)
Nervus
XI (aksesorius)
Pada saat
dilakukan pemeriksaan dan memberi tekanan pada bahu klien mampu menahan.
j)
Nervus
XII (hipoglasus)
Pada saat
klien disuruh menjulurkan lidahnya klien mampu menggerakkan ke segala arah.
3) Fungsi motorik
4
|
4
|
3
|
3
|
Klien dapat
menahan
4) Fungsi sensorik
Klien mampu
membedakan suhu panas, dan dingin pada saat diberi air es dan panas, klien
dapat merasakan nyeri pada saat dicubit.
5) Fungsi cerebellum
Fungsi
koordinasi baik, klien dapat menunjukkan anggota tubuh dengan baik sesuai
perintah.
6) Refleks
Bisep : Dapat berkontraksi dengan gerakan
fleksi lengan bawah.
Trisep : Dapat berkontraksi dengan gerakan
ekstensi.
Patella : Dapat berkontraksi dengan gerakan
ekstensi.
Babinsky : Fleksi pada jari-jari kaki.
h. Sistem Muskoloskeletal
1) Kepala
a) Inspeksi :
Bentuk kepala normal, rambut hitam, pertumbuhan rambut
merata, kepala dapat di di gerakkan kesegalah arah.
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
tumor.
2) Vertebrae
Tidak ada
lordosis, scoliosis dan kiposis.
3) Lutut :
a) Inspeksi : Tidak ada perubahan
bentuk-bentuk sendi, tidak terdapat kekakuan dan pembengkakan.
b) Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada lutut.
4) Kaki
a) Inspeksi : Terdapat pembengkakan pada
kaki.
b) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan pada kaki.
5) Tangan
a)
Inspeksi
: Tidak ada pembengkakan, klien mampu menggerakkan tangan dengan baik.
b)
Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan pada tangan.
i. Sistem Integumen
1)
Rambut
a)
Inspeksi : Warna rambut hitam, pertumbuhan rambut
merata.
b)
Palpasi : Rambut klien teraba lembut.
2)
Kulit
a)
Inspeksi : Warna kulit sawo
matang, pertumbuhan bulu merata, kulit
tampak kotor,
b) Palpasi : Temperatur kulit hangat, turgor kulit
lembab.
3)
Kuku
a) Inspeksi
: Kuku nampak bersih, warna kuku putih.
b) Palpasi
: Kuku tidak mudah patah.
j. Sistem endokrin
Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, ada ekskresi urine yang berlebihan, suhu tubuh
seimbang, ada riwayat air seni dikelilingi semut.
k. Sistem perkemihan
Tidak terdapat
odema palpebra, moon face, dan odema anasarkan, tidak ada nyeri tekan pada
kandung kemih, tidak ada riwayat nokturia, dysuria, dan kencing batu, tidak
terdapat riwayat penyakit hubungan seksual.
l. Sistem reproduksi
Tidak dilakukan
pengkajian
m. Sistem imun
Tidak ada alergi
terhadap cuaca, debu, obat-obatan dan zat kimia, tidak terdapat penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca, tidak ada riwayat transfusi.
7.
Aktivitas sehari-hari
Tabel.3.1.
Aktivitas Sehari-hari
No.
|
Kebutuhan
|
Sebelum
sakit
|
Saat
sakit
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Nutrisi
-
Selera
makan
-
Menu
makan dalam 24 jam
-
Frekuensi
makan dalam 24 jam
-
Makanan
yang disukai dan makanan pantangan
-
Pembatasan
pola makan
-
Cara
makan
Cairan
-
Jenis
minuman yang dikonsumsi
-
Frekuensi
minum
-
Kebutuhan
cairan dalam 24 jam
Eliminasi
BAB
- Tempat pembuangan
- Frekuensi
- Konsistensi
BAK
- Tempat pembuangan
- Frekuensi
- Warna
Istirahat Tidur
-
Jam
tidur siang
-
Jam
tidur malam
-
Kebiasaan
sebelum tidur
Olahraga
-
Program
olahraga
-
Berapa
jam melakukan dan jenisnya.
Personal hygiene
a) Mandi
-
Frekuensi
-
Sendiri/dibantu
-
Pakai
sabun/tidak
b) Cuci rambut
-
Frekuensi
-
Sendiri/dibantu
-
Pakai
sampo/tidak
c) Gunting kuku
- Frekuensi
-
Sendiri/dibantu
-
Alat
yang digunakan
Rokok/alkohol
a) Rokok
b) Alkohol
Rekreasi
a)
Perasaan
seteleh rekreasi
b)
Kegiatan
hari libur
|
Baik
Nasi, lauk
3-4x sehari
Semua makanan di sukai
Tidak ada
Menggunakan
tangan
Air putih + kopi
Sesering mungkin
1500-2500
ml/hari
WC
1-2x sehari
Lembek
WC
4-5x sehari
Putih kekuningan
Tidak menentu
Tidak menentu
Nonton TV , baca doa
Tidak ada
Tidak ada
2x sehari
Sendiri
Pakai sabun
3 x seminggu
Sendiri
Pakai sampo
1x seminggu
Sendiri
Gunting kuku
Kuat merokok
Tidak pernah
Senang
istirahat
|
Menurun
bubur
Tidak menentu
Tidak ada
perubahan
Tidak ada
Menggunakan
sendok
Air putih
3-4 gelas/hari
|
>1600 cc/hari
|
|||
WC
Tidak menentu
Lembek
WC
6-7x sehari
Putih kekuningan
Tidak teratur
Tidak teratur
Membaca doa
Tidak ada
Tidak pernah
Lap basah
Di bantu
Tissue basah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah
istirahat
|
8.
Tes Diagnostik
Tabel 3.2. Test
Diagnostik
Laboratorium
|
Hasil
|
Normal
|
LED / BBS
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Netrofilsegmen
Limfosit
Hematokrit
Kimia Darah
GDS
Cholesterol total
Uric acid
Urium
Kreatinin
SGOT
SGPT
|
-
12,5
16.900
3.660,000
196.000
80,6
13,9
34,6
244
94
3,0
24
0,97
49
28
|
L : <10 mm/jam
P : <15 mm/jam
L : 12-17 gr
P : 11,5-15 gr
4000-10.000mm3
L : 5.000.000-5.500.000/mm3
P : 4.000.000-5.000.000/mm3
150.000-400.000 mm3
50-70%
20-40%
2-8%
70-120 mg/dl
10-56mg/dl
L : 0,7-1,1 mg/dl
P : 0,6-1,0 mg/dl
L : 7-25/L (300)
P : 7-2u/L (300)
L : 7-29 u/L (300)
P : 7-22u/L (300)
|
9.
Terapi Saat Ini
a.
Terpasang
infus RL 28 tts/menit
b.
Cefotaxime 1
amp/12 jam
c.
Ranitidin 1 amp/12
jam
d.
Metilone
e.
Aspilet/oral
10.
Data Fokus
Nama Pasien : Tn. “R” Diagnosa
medis : DM
Umur : 58 tahun Tanggal : 09 Juni 2014
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang :
Interna
Tabel.3.3. Data Fokus
Data Objektif
|
Data Subjektif
|
-
Klien
mengatakan sering buang air kecil
-
Klien
mengatakan kesulitan untuk berjalan
-
Klien
mengatkan nafsu makannya menurun
-
Klien
mengatakan semua makanan tidak ada yang enak
-
Klien
sering bertanya tentang penyakitnya
-
Klien
tidak mengetahui makanan pantangan yang berhubungan dengan penyakitnya
|
- Klien Nampak bolak balik ke WC
- Porsi makan klien tidak di habiskan
-
Terpasang infuse
-
Klien Nampak cemas dan
gelisah
- Kaki klien nampak
bengkak
-TTV
-
TD: 100/60 mmHg
-
N : 80x/menit
-
P : 22x/menit
-
S :36,5 C
-
GDS : 244 mg/dl
|
11.
Analisa Data
Nama Pasien : Tn..
“R” Diagnosa medis : DM
Umur : 58 tahun Tanggal : 09 Juni 2014
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang : interna
Tabel.3.4.
Analisa Data
No.
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
2.
3.
|
DS :
-
Klien mengatakan sering buang
air kecil
-
Klien
mengatakan kesulitan untuk berjalan
DO :
-
Klien Nampak bolak balik ke
WC
-
Kaki klien nampak bengkak
-
Nampak terpasang infuse
-
TTV: TD:100/60 mmHg
N: 80x/menit
P: 22x/menit
S: 36,5 C
DS :
- Klien mengatakan nafsu makannya menurun
- Klien mengatakan semua makanan tidak ada yang
enak dirasakan.
DO :
- Porsi makan klien tidak di habiskan
DS :
-
Klien
sering bertanya tentang penyakitnya
-
Klien tidak
mengetahui makanan pantangan yang berhubungan dengan penyakitnya
DO :
-klien nampak cemas dan gelisah
|
Hiperglikemia
¯
Peningkatan beban ginjal
¯
Peningkatan permeabilitas
membrane glomerulus
¯
Glukosa melewati ambang ginjal
¯
Diueresis osmotik
¯
Peningkatan produksi urine
¯
poliuria
¯
Ketidak seimbangan volume cairan
Penurunan fungsi pangkreas
¯
Penurunan sekresi insulin
¯
Glukosa tidak dapat di transfer ke jaringan
¯
Jaringan kekurangan sumber energi
¯
Katabolisme KH,P, dan lemak
↓
Peningkatan produksi benda keton
↓
Nafas berbau aseton
↓
anoreksia
↓
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
Perubahan status kesehatan
¯
Kurang pengetahuan
¯
Kurang informasi
¯
Ansietas
|
Ketidak seimbangan volume cairan
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Ansietas
|
B.
Diagnosa Keperawatan
Tabel.3.5.
Diagnosa Keperawatan
No.
|
Diagnosa
|
Tanggal Ditemukan
|
Tanggal Teratasi
|
1.
2.
3.
|
Ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan produksi urine
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
|
09-06-2014
09-06-2014
09-06-2014
|
11-06-2014
11-06-2014
09-06-2014
|
PENYIMPANGAN KDM
Faktor Usia
Penurunan fungsi pancreas
|
Glukosa tidak dapat
ditransfer kejaringan
|
|||||
|
|||||
Hiperglikemia
|
Peningkatan beban
ginjal
|
peningkatan permeabilitas
membran glomerulus
|
|||||
Glukosa melewati ambang
ginjal
|
|||||
Diuresis osmotic
|
Peningkatan
produksi urine
Poliuria
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengkajian dan Asuhan Keperawatan pada Tn.”R” Dengan Gangguan Sistem Endokrin “Diabetes
Mellitus” di Ruang Interna
BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone dari Tanggal 09-11 Juni 2014,
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Untuk mengetahui kesenjangan
tersebut maka penulis akan membahas sebagai berikut :
A.
Pengkajian
Menurut Doengoes Marilyn, 2000 data fokus yang perlu dikaji pada
klien dengan Diabetes Mellitus adalah kelemahan, keletihan, berat badan
menurun, tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, rentang gerak, menurunnya
kekuatan umum, kehilangan nafsu makan, mual muntah, nafas berbau aseton, diare,
kesulitan berjalan, kram otot, kesemutan, ulkus yang susah sembuh, gangguan
penglihatan, letargi, disorientasi, koma, stupor, gangguan memori, GJK,
disritmia, adanya riwayat hipertensi, takikardia, pusing, sakit kepala, sesak,
demam, poliuria, hiperglikemia, polipagia, polidipsia, kulit kering, gatal, dan
turgor kulit jelek.
|
|
Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus adalah pembengkakan pada ekstremitas bawah,
peningkatan GDS, ketidakmampuan
dalam melaksanakan shalat 5 waktu hanya berdoa,
bibir kering, kulit tampak kotor, temperature kulit hangat, turgor kulit
lembab, selera makan menurun, rambut tampak kotor, klien sering buang air
kecil, nafsu makan menurun, cemas, gelisah, tidak mengetahui pantang makanan
dengan penyakitnya, lemah.
Berdasarkan hal tersebut di atas ditemukan adanya
kesenjangan. Data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus
yaitu
1.
Polyfhagia,
hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat ditrasfer kedalam sel tanpa insulin,
maka produksi energi akan menurun. Penurunan energi inilah yang menstimulasi
rasa lapar, dan seseorang akan makan lebih banyak, dalam kasus tidak ditemukan
adanya polyfhagia karena klien mengalami penurunan nafsu makan oleh karena
adanya napas berbau aseton.
2.
GJK, disritmia
dan takikardia, ini terjadi karena adanya kondisi hipertensi yang kronik akibat
penebalan pembuluh darah (aterosklerosis) sehingga jantung berusaha memompa
darah untuk mensuplai seluruh jaringan tubuh, hal ini memicu terjadinya gagal
jantung, disritmia, dan penderita akan mengalami takikardia karena aliran darah
dan pemompaan jantung yang keras, hal ini tidak ditemukan dalam kasus karena
kondisi hipertensi klien belum terlalu parah dan telah diberikan terapi diet
dan obat antihipertensi yaitu katopril.
3.
Luka susah sembuh,
Ini terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik, ini tidak ditemukan pada klien karena pada saat
klien dirawat klien tidak mempunyai luka atau ulkus.
4.
Gangguan kesadaran (letargi, disorientasi, koma,
stupor, gangguan memori), ini terjadi akibat ketoasidosis yang parah yang
menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan otak, dimana hal ini dapat mencetuskan
penurunan kesadaran, pada klien tidak ditemukan karena kondisi ketoasidosis
klien belum terlalu parah dan belum menyebabkan penurunan kesadaran.
5.
Kulit gatal, ini terjadi karena pengeluaran keringat
yang berlebihan, hal ini muncul karena pada penderita Diabetes Mellitus terjadi
peningkatan metabolisme tubuh sehingga memicu pengeluaran keringat yang
berlebihan, selain itu hal ini juga merupakan reaksi konvensasi tubuh dari
peningkatan glukosa darah sehingga sebagian kecil glukosa darah dikeluarkan
lewat keringat yang lama kelamaan akan menimbulkan rasa gatal pada kulit
penderita, dalam kasus tidak ditemukan data ini karena pada saat dikaji klien
tidak menunjukkan gejala adanya gatal pada kulit sebab keluarga klien rajin
membersihkan keringat klien dengan lap basah sehingga keringat tidak menumpuk
dan tidak menimbulkan rasa gatal.
6.
Sesak, ini terjadi karena peningkatan kadar glukosa
darah secara cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan pemecahan lemak yang
progresif sehingga kadar keton meningkat sehingga menyebabkan terjadinya
asidosis metabolik yang merangsang hiperventilasi dimana pernafasan menjadi
kusmaul, karena penderita berusaha untuk mengurangi asidosis dengan
mengeluarkan karbondioksida, hal ini tidak muncul dalam kasus karena pada saat
dikaji klien tidak mengalami asidosis metabolik sehingga
pernapasan kusmaul juga
tidak ada.
7.
Diare, ini terjadi karena adanya gangguan pada saraf
otonom pada saluran pencernaan yang meningkatkan peristaltik usus sehingga
memicu terjadinya diare, hal ini tidak muncul dikasus karena pada saat dikaji
klien tidak menunjukkan gangguan pada syaraf otonom misalnya keluhan diare.
Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus semuanya ditemukan dalam teori.
B.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes Marilyn, 2000 diagnosa keperawatan yang terdapat
pada teori ada 7 diagnosa yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik yang berlebihan
(muntah, diare).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak cukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan
glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan katabolisme protein/lemak),
penurunan masukan oral (anoreksia, mual, nyeri abdomen), status
hipermetabolisme.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan
sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen: ketidak
seimbangan glukosa/insulin atau elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan
energi metebolik, insufisiensi
insulin, status
hipermetabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada
orang lain.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi,
kesalahan interpretasi, dan tidak mengenal sumber informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam
kasus ada 3 diagnosa
yaitu :
1. Ketidak seimbangan cairan
berhubungan dengan peningkatan produksi urine
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
3. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Berdasarkan hal tersebut di atas ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus. Dimana terdapat diagnosa keperawatan pada
teori tapi tidak ditemukan dalam kasus yaitu :
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
2. Risiko tinggi terhadap perubahan
sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen: ketidak
seimbangan glukosa/insulin atau elektrolit.
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan
energi metebolik, insufisiensi insulin, status hipermetabolik.
Sedangkan semua diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus ditemukan
dalam teori.
C.
Intervensi Keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi pada
klien, maka dibuat perencanaan tindakan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang disusun yaitu:
1. Ketidakseimbangan cairan berhubungan
dengan peningkatan produksi urine Rencana tindakan yang dilakukan dalam kasus adalah mengkaji tentang
pengeluaran urine, mengobservasi TTV setiap hari, menganjurkan pemberian air
putih 4-6 gelas perhari, dan berkolaborasi dengan tim medis dalam hal terapi
cairan RL.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia.
Rencanan tindakan yang
dilakukan dalam kasus adalah mengkaji intake dan output makanan, menimbang
berat badah setiap hari, pemberian makanan sedikit tapi sesering mungkin, menentukan
program diet dan pola makanan dan membandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan serta menganjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan oral klien.
3. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Rencana tindakan yang
dilakukan pada kasus adalah mengkaji tingkat kecemasan klien, memberikan
posisi yang nyaman, memberikan informasi
yang benar tentang penyakit klien dan memberikan dorongan spiritual kepada
klien.
D.
Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang
tercantum pada rencana keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang
ditemukan dalam kasus dan menentukan waktu pelaksanaan implementasi sesuai
dengan respon dan kondisi klien.
Pada tahap
ini penulis melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat berdasarkan permasalahannya, dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan ini penulis bekerja sama dengan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan yang ada di ruang interna sehingga tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus.
E.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu
pada kriteria tujuan. Evaluasi masalah keperawatan dengan melihat perkembangan
kondisi atau respon klien dari tanggal 09-11 Juni 2014, dari 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus, keseluruhan diagnosa
keperawatan telah teratasi
yaitu :
1. Ketidakseimbangan cairan
berhubungan dengan peningkatan produksi urine, dengan tindakan keperawatan yang dilakukan maka
masalah ini dapat teratasi pada tanggal 11 Juni 2014,
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
dapat teratasi 50% pada hari pertama pengkajian dan teratasi secara
keseluruhan pada hari
ketiga
pengkajian pada tanggal 11 Juni 2014,
3. Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
teratasi pada pengkajian hari I yaitu tanggal 09 Juni 2014.
|
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dan penerapan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.”R”dengan
Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus. Maka dapat dituliskan
kesimpulan serta saran sebagai berikut :
A.
Kesimpulan
- Berdasarkan pengkajian ditemukan adanya kesenjangan. Data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus yaitu polyfhagia, GJK, disritmia dan takikardia, luka susah sembuh, gangguan kesadaran (letargi, disorientasi, koma, stupor, gangguan memori), kulit gatal, sesak, diare. Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus semuanya ditemukan dalam teori.
-
9494
- Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus mengacu pada masalah keperawatan yang muncul dengan berpedoman pada teori dan tetap memperhatikan kondisi klien dengan melibatkan keluarga, fasilitas yang ada dan kebijakan rumah sakit.
- Pelaksanaan rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan mencantumkan waktu pelaksanaan implementasi sesuai dengan respon dan kondisi klien.
- Setelah penulisan mengevaluasi pada hari pertama sampai hari ketiga perawatan, semua masalah teratasi yaitu ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan produksi urine, Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
- Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi proses keperawatan.
B.
Saran-saran
- Kepada perawat dalam mengumpulkan data harus menggunakan berbagai sumber dengan menggunakan teknik-teknik wawancara, observasi, pengkajian fisik dan dokumentasi yang akurat dan komprehensif.
- Dalam menetapkan diagnosa keperawatan harus berdasarkan atas tingkat urgensi masalah yang disesuaikan dengan hirarki kebutuhan menurut maslow, dimana diutamakan hal-hal/masalah yang dianggap paling mengancam nyawa klien.
- Dalam menetapkan perencanaan asuhan keperawatan juga perlu kerjasama dengan klien, keluarga klien dan tim kesehatan lainnya, agar penerapan rencana keperawatan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien.
- Dalam pelaksanaan rencana keperawatan harus disesuaikan dengan masalah yang muncul pada klien dan melibatkan keluarga untuk mencegah ketergantungan.
- Setelah dilakukan evaluasi diharapkan kepada perawat di ruang perawatan interna BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone untuk melanjutkan asuhan keperawatan pada klien dari masalah yang belum teratasi dengan memodifikasi sesuai kondisi klien.
- Diharapkan kepada perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan tidak hanya berfokus pada respon klien saja, tetapi berpedoman pada teori sehingga masalah klien dapat teratasi sesuai dengan tujuan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
Baughman, 2000. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakrta : EGC.
Christmastuti
Nur, 2008. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan
Sampel Saliva (Studi Kasus Di Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses
26 Juni 2014.
Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2012.
Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Kemenkes, 2013. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan
Kesehatan : Jakarta.
Liputan6, 2011. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki
Peringkat ke-4 Dunia. http://health.liputan6.com (Online) Diakses
25 Juni 2014.
Marrelli, 2008. Buku Saku
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kabupaten Bone
Shadine, 2010. Mengenal
Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks.
Silbernalg,
2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Tapan, 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Tobing, 2008. Care
Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.
No comments:
Post a Comment