Tuesday 19 December 2017

KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB IV


 
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa kesenjangan antara teori yang ada tentang halusinasi dengan kasus atau fakta yang didapatkan penulis pada klien Tn. “H” dengan masalah utama perubahan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan yang dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juni 2014 serta akan dijelaskan pula faktor pendukung dan penghambat untuk memudahkan pembahasan, maka penulis menggunakan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A.      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang terdiri atas beberapa tahap yang dimulai dari pengumpulan data, analisa data, dan perumusan masalah (Keliat, 2005). Adapun data yang didapatkan pada pengkajian klien yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan yaitu menurut teori yaitu :
1.         Bibir komat kamit
2.         Tertawa sendiri dan bicara sendiri
3.         Mata menunjuk-nunjuk sesuatu
4.         Gelisah
5.         Bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu
6.        
66
 
Tiba-tiba marah dan menyerang
7.         Duduk terpaku
8.         Memandang satu arah
9.         Menarik diri
Sedangkan data pengkajian yang ditemukan pada Tn. ”H” dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan  sebagai berikut :
1.         Klien nampak menunjuk-nunjuk.
2.         Klien nampak termenung
3.         Klien tidak mampu berkomunikasi dengan baik
4.         Klien nampak tinggal menyendiri dirumah
5.         Klien nampak tidak rapi, kotor dan berantakan
6.         Klien nampak selalu merokok
Dari uraian diatas, penulis menemukan ada 3 data pengkajian yang terdapat dalam teori tetapi tidak di temukan dalam kasus Tn. “H” yaitu : Klien tertawa dan bicara sendiri, klien bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, klien  tiba- tiba marah dan menyerang.
Kondisi ini tidak ditemukan pada klien Tn. ”H” karena saat pengkajian,  klien tidak banyak tingkah, hanya berdiam diri dan duduk tenang, serta klien hanya berbicara apabila dikasih pertanyaan. Kesenjangan ini terjadi karena respon individu yang berbeda-beda dan perbedaan tingkat derajat penyakit yang dialami oleh masing-masing individu.
Adapun hambatan yang ditemukan oleh penulis saat melakukan pengkajian yaitu :
1.         Dari faktor klien
Ada gangguan proses pikir, klien mengungkapkan perasaannya tidak sesuai dengan apa yang dirasakan.
2.         Dari faktor keluarga
Saat penulis melakukan pengkajian keluarga klien tidak terlalu mengerti tentang pengobatan medis, meskipun sudah dijelaskan.
3.         Dari faktor penulis
Masih kurangnya kemampuan yang dimilki penulis dalam berinteraksi dengan klien juga merupakan hambatan dalam pengkajian yang dilakukan oleh penulis.
Pada prinsipnya data yang didapatkan penulis ada kesamaan dengan teori yang ada seperti alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi, faktor psikososial dan status mental yang terdiri dari penempilan, pembicaraan, interaksi selama wawancara, isi pikir, tingkat kesadaran, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, persepsi, proses pikir, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung daya tilik diri.

B.       Diagnosa Keperawatan
Menurut teori (Keliat, 2006), diagnosa keperawatan  yang muncul  pada klien halusinasi adalah:
1.         Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Penglihatan.
2.         Isolasi sosial.
3.         Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
4.         Defisit perawatan diri: Mandi dan berhias.
Sedangkan Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada Tn. ”H” dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan  sebagai berikut :
1.         Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi Penglihatan
2.         Isolasi Sosial
3.         Defisit Perawatan Diri
Dari uraian diatas, penulis menemukan satu diagnosa pada teori yang tidak ditemukan pada kasus nyata yaitu : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah. Diagnosa keperawatan ini tidak ditegakkan karena kondisi klien tidak memperlihatkan data yang mendukung diagnosa tersebut. Dimana pada saat pengkajian konsep diri, klien menganggap dirinya biasa-biasa saja serta tidak mau berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya karena malu. Dalam menganalisa masalah, penulis menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan keadaan klien yang dirawat serta keunikan setiap individu yang berbeda-beda dalam beradaptasi terhadap permasalahan yang dialaminya.
                           
C.      Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan  terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum yaitu tujuan yang ingin dicapai untuk menyelesaikan masalah dan tujuan khusus merupakan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Rencana tindakan keperawatan  yang deberikan pada  klien  untuk   mengatasi  masalah  gangguan  persepsi  sensori :  Halusinasi
Penglihatan yang di alami antara lain:
SP I P:
1.      Mengidentifikasi jenis halusinasi.
2.      Mengidentifikasi isi halusinasi
3.      Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.
4.      Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
5.      Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.
6.      Mengajarkan klien cara menghardik halusinasi.
7.      Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi ke dalam kegiatan  harian.
SP II P:
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2.      Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
3.      Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP III P:
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2.      Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
3.      Menganjurkan klien memasukkan   ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV P:
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2.      Memberi pendidikan kesehatan tentang  penggunaan obat secara teratur.
3.      Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP I K:
1.      Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2.      Menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi.
SP II K:
1.      Melatih keluarga mempraktekkan  cara merawat klien  dengan halusinasi.
2.      Melatih keluarga mempraktekkan  cara merawat langsung kepada klien halusinasi.
SP III K:
1.      Membantu keluarga  membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
2.      Jelaskan follow up klien setelah pulang.
Rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada klien  untuk mengatasi Isolasi sosial yang dialami antara lain:
1.       TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.       TUK 2 : Klien dapat menyebutkan  penyebab menarik diri.
3.       TUK 3 : Klien dapat menyebutkan  keuntungan berhubungan  dengan orang  
                     lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4.       TUK 4 : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
5.       TUK 5 : Klien mampu mengungkapkan perasaan setelah berinteraksi
                     dengan orang lain.
6.       TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
Serta strategi pelaksanaannya yaitu:
SP I P :
1.      Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
2.      Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3.      Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan  orang lain.
4.      Mengajarkan klien cara berkenalan dengan orang lain.
5.      Menganjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian.
SP II P:
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2.      Memberikan kesempatan kepada klien  mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain.
3.      Membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP III P:
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan klien.
2.      Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3.      Membantu klien  memasukkan kegiatan berbincang-bincang  dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP I K:
1.      Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2.      Menjelaskan  pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami  klien beserta proses terjadinya.
3.      Menjelaskan cara-cara  merawat klien dengan isolasi sosial.
SP II K:
1.      Melatih keluarga mempraktekkan  cara merawat klien  dengan isolasi sosial.
2.      Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada klien isolasi sosial.
SP III K:
1.      Membantu keluarga  membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
2.      Jelaskan follow up klien setelah pulang.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara rencana tindakan pada teori dengan rencana tindakan  keperawatan pada Tn. “H”, karena pada saat penulis menyusun rencana tindakan pada klien, semua disesuaikan dengan standar yang ada pada teori.


D.      Implementasi
Dalam pelaksanaan implementasi pada Tn. ”H” disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dimana tindakan yang diberikan kepada klien mengacu pada kebutuhan klien saat ini. Tetapi mengingat situasi yang tidak mendukung termasuk waktu yang sangat terbatas, maka rencana keperawatan hanya dapat diimplementasikan sebagian.
Implementasi yang penulis dapat lakukan hanya pada pelaksanaan implementasi untuk masalah utama yaitu: Gangguan persepsi sensori : halusinasi Penglihatan. Terdiri dari, 3 SP keluarga dan 3 SP pasien.  Adapun kendala dalam melaksanakan implementasi ditemukan oleh penulis yaitu waktu yang diberikan sangat terbatas dalam menyusun asuhan keperawatan ini.

E.       Evaluasi
Evaluasi adalah proses kelanjutan untuk menilai  efek dari respon klien terhadap tindakan keperawatan  yang diberikan. Evaluasi dibagi menjadi dua tahap yaitu evaluasi proses (formatik) yang dilakukan setiap selesai tindakan dan evaluasi hasil (sematik) yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan tujuan umum yang dilakukan dengan menggunakan SOAP. Pada prinsipnya respon klien terhadap intervensi keperawatan yang didapatkan penulis ada kesamaan dengan teori khusus  pada masalah  gangguan persepsi sensori: Halusinasi Penglihatan yaitu : Klien mampu mengidentifikasi halusinasinya, klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan dan minum obat secara teratur.
Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan kendala kerena dalam melaksanakan evaluasi, keluarga klien sudah mengerti sepenuhnya apa yang dijelaskan dan mengerti cara merawat klien dengan baik.


No comments:

Post a Comment