Tugas Kelompok
TUBERCULOSIS
(TBC)
Oleh :
Kelompok I
¥
Nurul
Inda Sari
¥
Nilan
Cahya
¥
Rahmawati
¥
Stefanus
Yodi Jaro
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PUANGRIMAGGALATUNG BONE
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas
segala limpahan Rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan Makalah ini, yang Berjudul: Tuberculosis (TBC)”
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Makalah ini tidak
terlepas dari berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan berbagai pihak, untuk
itu dalam kesempatan ini Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan Makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisanya. Namun demikian, Penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan Makalah ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Watampone, 28 Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................... .....i
DAFTAR
ISI ...........................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan...................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Definisi…………………………………………………………………3
B.
Insiden……………………………………………………………………...…3
C.
Penyebab Penyakit TBC………………………………………….…….5
D. Gejala TBC…………………………………………………….……….9
E.
Diagnosis TBC…………………………………………………..11
F.
TBC Pada Anak ……………………………………………...……….12
G. Riwayat TBC………………………………………………………….13
H. Pencegahan TBC…………………………………………..……14
I.
Pemberantasan…………………………………………..………15
J.
Pengobatan…………………………………………………………….15
K. Kasus TBC…………………………………………………………….17
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………….19
B. Saran …………………………………………………………………...19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi
TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk
lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah
India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TBC terbesar di dunia.
TBC diperkirakan
menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat
ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal
akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC
di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak
dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apa penyakit TB Paru itu?
2.
Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru?
3.
Bagaimana cara Penularan TB Paru?
4.
Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru?
5.
Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB Paru?
6.
Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui penyakit TB Paru
2.
Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru
3.
Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru
4.
Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru
5.
Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TB Paru
6.
Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuatsehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian
lain tubuh manusia.
TB Paru
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis), Sebagain besar kuman menyerang paru tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lain.(Dep Kes,2003)
Tuberculosis (TB) Merupakan suatu penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan karena adanya infeksi pulmonary oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis.TB Dikategorikan sebagai penyakit menular karna
dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada jaringan paru-paru atatau
bahkan kematian jika penyakit ini tidak di obati.
B.
Insiden
Insidensi
TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC
merupakan masalah kesehatan,baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka
kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan
penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah
TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun
1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab
kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis
/ TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate
kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000
penduduk tiap tahun.
Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat
ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal
akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC
di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak
dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Penyakit
TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin,
atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei
prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada
tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),
dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
C.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
1.
Kuman TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru)
disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
2.
Terjadinya TBC
a.
Infeksi Primer
Infeksi
primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan
dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar
hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar
4-6 minggu.
Adanya
infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari
banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh
tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
b.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya
terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya
karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk.
Cirikhas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
3. Cara Penularan TBC
Penyakit
TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh
sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat).
Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
4. Faktor Orang Terkena TBC
1) Daya Tahan Tubuh yang kurang
Kemampuan
untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi
organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang
terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia.
Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi
semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang
mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan
tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan yang
merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan
langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka
memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif
positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin
banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.
2) Gizi
Buruk
Terdapat
bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan
terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik
pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih
memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang
baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru
itu sendiri.
3) Orang
Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh
infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga
jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi
sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi
HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan demikian
penularan TBC di masyarakat akan meningkat pula.
D.
Gejala TBC
Gejala
penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat
badan.
c. Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana
yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju
ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan
dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan
terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak –
anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang
selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang - kejang.
E.
Diagnosis TBC
1.
Diagnosis Pada Dewasa
Diagnosis
Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat
ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila
hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil
rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA
positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain,
misalnya biakan.
Apabila
fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen
dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol
atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan,
namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau
hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil
SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untukmendukung diagnosis TB.
a. Bila hasil rontgen mendukung TB,
diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif.
b. Bila hasil rontgen tidak mendukung
TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen,
penderita dapat dirujuk untuk difotorontgen
dada.
2.
Diagnosis
Melalui Test Kulit
Test
kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada lengan anda
apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini berartianda mungkin sudah
terinfeksi TBC. Kadang kala, bila seseorangsudah terinfeksi kuman HIV dan TBC,
bisa saja terjadi reaksi“negatif”dalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan
sistim kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar. Petugas Kesehatan akan
menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC ataupenyakit
TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.
F.
TBC Pada Anak
Penyakit
TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum diimunisasi dengan
vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi dan karena
lingkungan yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami
cara bagaimana anak-anak terinfeksi tuberkulosis atau bagaimana penyakit
tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya tuberkulosis pada anak yang
kurusatau bila ditemukan:
1.
Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14
minggu (adanya grafik kenaikan berat badan akan sangat berguna).
2.
Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2
sampai 3 bulan.
3.
Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas
disertai dengan menggigil atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk
rejan.
4.
Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa
penyebab yang jelas.
5.
Salah satu diantara (1), (2), (3) serta
tanda adanya cairan – pekak, pada salah satu sisi dada.
6.
Perut membuncit, terutama bila teraba
benjolan dan yang tetap bertahan setelah pemberian obat cacing.
7.
Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang
tidak sembuh setelah diberi obat cacing atau obat untuk giardiasis (dengan
metronidazole).
8.
Jalan timpang, punggung kaku sukar
membungkuk.
9.
Tulang belakang membungkuk, tidak atau
kaku saat berjalan.
10. Pembengkakan lutut atau pergelangan
kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau tulang atau sendi yang manapun
yang tidak disebabkan cedera.
11. Pembengkakan kelenjar getah bening
yang keras atau lembut, tidak nyeri, terkadang dengan beberapa kelenjar
getah bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur
G.
Riwayat TBC
Tiap
tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. TBC
membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita dibandingkan penyakit
menular lainnya. Terdapat
sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahun.
Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari. Setiap
detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik, ada
yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di
seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah penduduk di
dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum terjangkit
oleh penyakitnya.
Penderita
TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada sekitar 10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti
halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada saat seseorang yang menderita
TBC batuk dan bersin, meludah atau berbicara. Kuman TBC biasanya
menyerang paru-paru.
H.
Pencegahan TBC
1.
Tujuan Pencegahan
a.
Menyembuhkan penderita
b.
Mencegah kematian
c.
Mencegah kekambuhan
d.
Menurunkan tingkat penularan
2.
Pencegahan TBC
a.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk
lebih dari 3 minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b.
Saat batuk memalingkan muka agar tidak
mengenai orang lain.
c.
Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya
bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d.
Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah
digunakan oleh penderita.
e.
Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi
dengan vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan
yang amat bagus.
I.
Pemberantasan
1.
Tujuan Pemberantasan
Pemberantasan penyakit TBC
didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci penularan penyakit TBC supaya
tidak terjadi
prevalenci penyakit TB yang lebih besar.
2.
Pemberantasan Penyakit TBC
a.
Pengobatan pada penderita hingga
sembuh
b.
Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan
factor kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara,
genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor higiene lingkungan
yang lain yang lebih baik.
c.
Sterilisasi Rumah pasca Penderita.
J.
Pengobatan
1.
Jenis obat
a.
Isoniasid
b.
Rifampicin
c.
Pirasinamid
d.
Streptomicin
2.
Prinsip Obat
Obat TB iberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan
dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a.
Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat)
setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga
kali seminggu selama 4 – 5 bulan.
3.
Efek Samping Obat
Beberapa efek
samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari
ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine
menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping
lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan
rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter
untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
K.
Kasus TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru
adalah dengan memeriksa dahak seseorang yang di duga mengidap TBC.
Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi
hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan
mikroskopis. Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan
melakukan cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak
BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan
cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka penderita
yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan
penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita tuberculosis
paru dengan sputum dahat BTA +,maka semua orang yang kontak serumah dengan
penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC
maka harus diperiksa dahaknya.
Pengobatan
Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup
dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri
atas 3 fase, yaitu:
1.
Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama
2 bulan
2.
Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3.
Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat
ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat
FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin,
75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari
: Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor
yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan yang lembab,
kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada
tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit
campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di
selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah
terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan
terhadap penyakit campak sampai seumur hidup.
Penyakit
campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang
mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan
sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.
Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri
dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan
atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
B.
Saran
1. Perbaikan lingkungan (Pembuatan
jendela, genting kaca dan kebersihan rumah/lantai).
2. Menutup mulut waktu batuk dan tempat
khusus untuk dahak dan pembuangan dahak tidak sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB
2.
Ai Yeyeh Rukiyah,Lia Yulianti, 2010, Asuhan Kebidanan 4
(Patologi), CV. Trans Info Media Jakarta .
3.
Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka
Rihama, Yogyakarta.
4.
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di
Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 201
No comments:
Post a Comment