BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas langsung
tentang kesenjangan yang didapatkan dalam penerapan proses keperawatan antara
teori dan kasus yang nyata yang terjadi pada klien Ny “B” dengan hemoroid di ruang perawatan Bedah Kamar 8 BLUD RSU Tenriawaru Kabupaten
Bone.
Untuk memudahkan dalam pembahasan penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
Berikut akan diuraikan hasil analisa penulis terhadap
kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang didapatkan.
A.
Pengkajian
Pada pengkajian klien Ny.”B” dengan haemorhoid didapatkan data benjolan pada
anus berwarna merah kebiruan, nyeri pada daerah anus, nyeri pada saat buang air
besar, kurang nafsu makan, klien nampak tegang dan cemas.
Sedangkan menurut teori Mansjoer 2000, tanda utamanya biasanya adalah perdarahan darah yang
keluar berwarna merah, bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi dengan
haemorhoid didapatkan data nyeri pada anus, kurang nafsu makan, kurang tidur,
sakit bila buang air besar, benjolan disekitar rektum berwarna kemerahan.
Berdasarkan hal tersebut didapatkan kesenjangan yang
didapatkan adalah data kurang tidur dalam teori tidak didapatkan pada kasus.
Hal ini disebabkan karena klien dapat beradaptasi dengan keadaan nyeri yang
dialaminya sehingga tidak mempengaruhi pola tidurnya.
B. Diagnosa Keparawatan
Diagnosa
keparawatan adalah suatu pernyataan dan masalah pasien yang nyata maupun yang
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dilakukan
sebatas wewenang untuk melakukannya, yang dimaksud nyata adalah masalah yang
ada pada waktu pengkajian sedangkan masalah yang mungkin timbul bila tindakan
pencegahan tidak dilaksanakan.
Diagnosa yang
terdapat pada landsasan teori menurut Smeltzer 2001; hal : 1139 ada 5 diagnosa keperawatan yaitu :
1.
Konstipasi berhubungan dengan
mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama eliminasi.
2.
Ansietas berhubungan dengan rencana
pembedahan dan rasa malu.
3.
Nyeri berhubungan dengan
iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal / anal sekunder akibat
penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pascaoperatif.
4.
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa
takut nyeri pada pascaoperatif.
5.
Risiko
ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik.
Adapun diagnosa yang ditemukan pada kasus adalah :
1.
Nyeri berhubungan dengan
peradangan pada anus
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake tidak adekuat
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
4.
Gangguan personal hygiene
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk merawat diri.
Kesenjangan yang didapatkan adalah
ada 3
diagnosa yang ada dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus yaitu :
1.
Ansietas berhubungan dengan rencana
pembedahan dan rasa malu Diagnosa ini
tidak diangkat pada kasus karena pada kasus tidak direncanakan pembedahan.
2.
Perubahan eliminasi urinarius
berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pascaoperatif. Diagnosa ini tidak diangkat disebabkan karena
pada kasus tidak dilkukan operasi.
3.
Risiko ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang
sesuai. Diagnosa ini tidak ditegakkan
karena klien mau menerima pola hidup yang sesuai dan mau mentaati program terapeutik.
C.
Perencanaan
Perencanaan adalah
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Dalam tahap ini perawat
menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan menentukan masalah kasus pasien
sebagai alat komunikasi antara perawat dan tenaga kesehatan lain
Disini penulis
hanya membatasi perencanaan keperawatan dan diagnosa keperawatan yang ada pada
konsep teori dan kasus yaitu:
1. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan pada anus
a. Tujuan : nyeri yang dirasakan klien
berkurang atau teratasi sedangkan pada teori nyeri hilang/berkurang.
b. Intervensi
yang dilakukan pada teori adalah :
1.)
Berikan analgetik
sesuai program perencanaan khususnya
sebelum defekasi pertama (evaluasi
keefektivannya).
2.)
Berikan pelunak faeces yang
diprogramkan dan laksatif, jamin masuknya oral setiap hari. sedikitnya 2-3
liter cairan.
3.)
Berikan rendam duduk sesuai
pesanan, ajarkan pasien bagaimana menyiapkan rendam duduk.
4.)
Pastikan pasien berkemih.
5.)
Hindari mengukur suhu
per-rektal
c. Tindakan
keperawatan yang dilakukan
pada tinjauan kasus
adalah
1)
Mengkaji tingkat nyeri
yang dirasakan klien
2)
Kaji tingkat nyeri
3)
Atur posisi klien
4)
Anjurkan klien untuk relaksasi
dengan tarik nafas dalam.
5)
Ukur tanda-tanda vital.
6)
Lakukan komunikasi terapeutik
setiap intervensi.
7)
Pemberian obat analgetik :
-
Injeksi ranitidine 1 amp
-
Injeksi cefotaxine 1 gr
d. Kesimpulan
: tindakan keperawatan
yang dilakukan pada teori dan tindakan keperawatan pada studi kasus terdapat
kesenjangan dalam hal pelaksanaan.
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
a. Tujuan : Hambatan eliminasi
BAB teratasi sedangkan
pada teori
tujuannya adalah
Mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan.
b. Intervensi yang dilakukan pada teori adalah
1.
Ukur masukan diet harian dengan
jumlah kalori.
2.
Berikan makanan tinggi serat.
3.
Menganjurkan klien untuk makan
dalam porsi kecil tapi sering.
4.
Anjurkan kepada keluarga klien
agar memberikan makanan yang bervariasi.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tinjauan
kasus adalah :
1.
Kaji kebiasaan eliminasi BAB.
2.
Lakukan mobilisasi aktif.
3.
Anjurkan untuk makan buah dan
sayuran berserat.
4.
Anjurkan untuk banyak minum.
d. Kesimpulan : Tindakan keperawatan yang
terdapat pada teori tidak
terdapat kesenjangan dengan yang dilakukan pada kasus nyata.
3.
Gangguan personal hygiene berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk
merawat diri.
a. Tujuan
: Kulit dan rambut bersih
b. Intervensi yang dilakukan pada teori adalah :
1) Kaji kemampuan klien dalam merawat
dirinya
2) Bantu klien dalam melakukan
perawatan diri sehari-hari
3) Libatkan keluarga klien dalam
pemenuhan perawatan diri klien
4) Bimbing klien dalam merawat
dirinya.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada
tinjauan kasus adalah :
1)
Bantu klien untuk menjaga
kebersi-han kulit dengan mandi mengguna-kan sabun dan waslap di tempat tidur.
2)
Bantu klien dalam menjaga
kebersi-han rambut.
3)
Ganti pakaian dan laken yang
kotor serta dirapikan se-tiap hari.
4)
Beri HE manfaat menjaga
kebersi-han
d. Kesimpulan : tindakan keperawatan yang
terdapat dalam teori tidak terdapat kesenjangan dengan yang dilakukan pada
kasus nyata.
Pada tahap
perencanaan ini penulis tidak menemui hambatan yang berarti, hal ini tercermin
pada penemuan perencanaan tindakan sesuai dengan masalah yang dialami klien
sehingga pelaksanaan tepat waktu.
D.
Implementasi
Implementasi
merupakan tahap pelaksanaan perencanaan tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, dengan maksud agar kebutukan pasien terpenuhi secara optimal yang
mana tahap ini dilakukan oleh pasien itu sendiri, oleh perawat dengan mandiri
atau mungkin dapat dilakukan secara bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
Hal ini sangat tergantung jenis tindakan, kemampuan/keterampilan dan keinginan
pasien serta tenaga perawat itu sendiri. Dengan demikian tepat bahwa pelaksanaan keperawatan bukan semata-mata tugas
tenaga perawat, tetapi melibatkan banyak pihak, namun dominan yang memikul
tanggungjawab secara keseluruhan adalah tenaga parawat tersebut. Hambatan yang didapatkan pada tahap
implementasi pada dasarnya tidak ada, hal ini disebabkan sikap klien yang
kooperatif dalam melaksanakan tahap-tahap asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi
adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian secara ulang rencana
keperawatan yang bertujuan untuk menentukan kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan, dan efektivitas rencana/strategi asuhan keperawatan. Pada kasus ini evaluasi tiap-tiap diagnosa dilakukan
setiap hari selama 3 hari yaitu dimulai dari
tanggal 17 sampai 19 Juni
2013 dan sampai dengan hari terakhir semua
diagnosa yang diangkat sebagian dapat teratasi. Hal ini disebabkan keefektifan kerja
perawat dan kerja sama yang baik dari klien sehingga masalah klien dapat sebagian
teratasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah menguraikan tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus serta perbandingan keduanya dalam penerapan asuhan
keperawatan pada Ny. ”B” dengan hemoroid penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian data yang ditemukan dalam
kasus mempunyai perbedaan dengan data yang dikemukakan pada teori
2. Dalam
perencanaan asuhan keperawatan yang dikemukakan dalam kasus sesuai dengan
kebutuhan klien sedangkan perencanaan asuhan
keperawatan dalam teori tetap memperhatikan kondisi dan respon klien
3. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang
muncul dengan berpedoman pada teori yang
tetap memperhatikan keadaan klien, respon klien serta fasilitas
yang ada dan kebijakan dari Rumah Sakit
4. Hasil evaluasi dari asuhan keperawatan yang
dilakukan selama 3 hari semua masalah sebagain teratasi
5. Dalam
melakukan pengkajian perencanaan asuhan keperawatan, tindakan serta evaluasi
yang telah dilaksanakan dan direncanakan harus didokumentasikan secara
komprehensif.
B. Saran-saran
1.
Pada perewat atau pegawai Rumah Sakit dalam pengumpulan data gunakanlah
berbagai cara dan sumber informasi dengan menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi dan didokumen agar dapat
dikumpulkan secara akurat dan komprehensif
2.
Dalam melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan teori kebutuhan
klien serta fasilitas yang ada
3.
Agar masalah keperawatan dapat ditangani dengan baik perlu kerjasama para
tim medis tenaga kesehatan lain dalam menangani masalah klien
4.
Ditujukan kepada perawat ruangan dan anggota kesehatan lainnya agar
melanjutkan rencana keperawatan dan masaiah yang belum teratasi dengan
memodifikasi sesuai kondisi klien
5.
Ditujukan kepada perawat ruangan agar segala perencanaan pengkajian
tindakan serta evaluasi harus didokumentasikan
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Madical Bedah,
EGC Jakarta
Marlynn E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi HI
EGC Jakarta
Mannsjoer. A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III jilid II, penerbit
Jakarta
Nursalam
& Pariani,S. 2001. Pendekatan
Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto : Jakarta.
R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong,
2005, BukuAjar Bedah, EGC Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2002). Keperawatan Medikal Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sylvia. A. Parice, Lirainne M.
Wilson. 2001, Patofisiologi, Edisi 4, EGC Jakarta
Sudoyo.W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 397-399.
No comments:
Post a Comment