Tuesday, 19 December 2017

KTI ASKEP HEMOROID BAB IV-V

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas langsung tentang kesenjangan yang didapatkan dalam penerapan proses keperawatan antara teori dan kasus yang nyata yang terjadi pada klien Ny B” dengan hemoroid di ruang perawatan Bedah Kamar 8 BLUD RSU Tenriawaru Kabupaten Bone.
Untuk memudahkan dalam pembahasan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
Berikut akan diuraikan hasil analisa penulis terhadap kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang didapatkan.

A.      Pengkajian
Pada pengkajian klien Ny.”B” dengan haemorhoid didapatkan data benjolan pada anus berwarna merah kebiruan, nyeri pada daerah anus, nyeri pada saat buang air besar, kurang nafsu makan, klien nampak tegang dan cemas.
Sedangkan menurut teori Mansjoer 2000, tanda utamanya biasanya adalah perdarahan darah yang keluar berwarna merah, bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi dengan haemorhoid didapatkan data nyeri pada anus, kurang nafsu makan, kurang tidur, sakit bila buang air besar, benjolan disekitar rektum berwarna kemerahan.
Berdasarkan hal tersebut didapatkan kesenjangan yang didapatkan adalah data kurang tidur dalam teori tidak didapatkan pada kasus. Hal ini disebabkan karena klien dapat beradaptasi dengan keadaan nyeri yang dialaminya sehingga tidak mempengaruhi pola tidurnya.

B.   Diagnosa Keparawatan
Diagnosa keparawatan adalah suatu pernyataan dan masalah pasien yang nyata maupun yang potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dilakukan sebatas wewenang untuk melakukannya, yang dimaksud nyata adalah masalah yang ada pada waktu pengkajian sedangkan masalah yang mungkin timbul bila tindakan pencegahan tidak dilaksanakan.
Diagnosa yang terdapat pada landsasan teori  menurut Smeltzer 2001; hal : 1139   ada 5  diagnosa keperawatan yaitu :
1.         Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama eliminasi.
2.         Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.
3.         Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas pada area rectal / anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pascaoperatif.
4.         Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pascaoperatif.
5.         Risiko ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik.
Adapun diagnosa yang ditemukan pada kasus adalah :
1.         Nyeri berhubungan dengan peradangan pada anus
2.         Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
3.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4.         Gangguan personal hygiene berhubungan dengan ketidakmampuan untuk merawat diri.
Kesenjangan yang didapatkan adalah ada 3 diagnosa yang ada dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus yaitu :
1.         Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu Diagnosa ini tidak diangkat pada kasus karena pada kasus tidak direncanakan pembedahan.
2.         Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada pascaoperatif. Diagnosa ini tidak diangkat disebabkan karena pada kasus tidak dilkukan operasi.
3.         Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai. Diagnosa ini tidak ditegakkan karena klien mau menerima pola hidup yang sesuai dan mau mentaati program terapeutik.

C.   Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Dalam tahap ini perawat menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan menentukan masalah kasus pasien sebagai alat komunikasi antara perawat dan tenaga kesehatan lain
Disini penulis hanya membatasi perencanaan keperawatan dan diagnosa keperawatan yang ada pada konsep teori dan kasus yaitu:
1.   Nyeri yang berhubungan dengan peradangan pada anus
a.    Tujuan : nyeri yang dirasakan klien berkurang atau teratasi sedangkan pada teori nyeri hilang/berkurang.
b.  Intervensi yang dilakukan pada teori adalah  :
1.)      Berikan   analgetik    sesuai    program    perencanaan   khususnya
sebelum defekasi pertama (evaluasi keefektivannya).
2.)      Berikan pelunak faeces yang diprogramkan dan laksatif, jamin masuknya oral setiap hari. sedikitnya 2-3 liter cairan.
3.)      Berikan rendam duduk sesuai pesanan, ajarkan pasien bagaimana menyiapkan rendam duduk.
4.)      Pastikan pasien berkemih.
5.)      Hindari mengukur suhu per-rektal
c.   Tindakan  keperawatan  yang  dilakukan  pada  tinjauan  kasus  adalah
1)        Mengkaji   tingkat  nyeri   yang  dirasakan   klien 
2)        Kaji tingkat nyeri
3)        Atur posisi klien
4)        Anjurkan klien untuk relaksasi dengan tarik nafas dalam.
5)        Ukur tanda-tanda vital.
6)        Lakukan komunikasi terapeutik setiap intervensi.
7)        Pemberian obat analgetik :
-       Injeksi ranitidine 1 amp
-       Injeksi cefotaxine 1 gr
d.   Kesimpulan  :  tindakan  keperawatan  yang dilakukan  pada teori  dan tindakan keperawatan pada studi kasus terdapat  kesenjangan dalam hal pelaksanaan.
2.   Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
a.    Tujuan :   Hambatan   eliminasi   BAB   teratasi  sedangkan  pada teori 
tujuannya  adalah  Mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan.
b.   Intervensi yang dilakukan pada teori adalah
1.      Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
2.      Berikan makanan tinggi serat.
3.      Menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
4.      Anjurkan kepada keluarga klien agar memberikan makanan yang bervariasi.
c.    Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tinjauan kasus adalah :
1.      Kaji kebiasaan eliminasi BAB.
2.      Lakukan mobilisasi aktif.
3.      Anjurkan untuk makan buah dan sayuran berserat.
4.      Anjurkan untuk banyak minum.
d.   Kesimpulan : Tindakan keperawatan yang terdapat pada teori tidak terdapat kesenjangan dengan yang dilakukan pada kasus nyata.
       3.   Gangguan personal hygiene berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
  merawat diri.
a.    Tujuan : Kulit dan rambut bersih
b.   Intervensi yang dilakukan pada teori adalah :
1)      Kaji kemampuan klien dalam merawat dirinya
2)      Bantu klien dalam melakukan perawatan diri sehari-hari
3)      Libatkan keluarga klien dalam pemenuhan perawatan diri klien
4)      Bimbing klien dalam merawat dirinya.
c.    Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tinjauan kasus adalah :  
1)      Bantu klien untuk menjaga kebersi-han kulit dengan mandi mengguna-kan sabun dan waslap di tempat tidur.
2)      Bantu klien dalam menjaga kebersi-han rambut.
3)      Ganti pakaian dan laken yang kotor serta dirapikan se-tiap hari.
4)      Beri HE manfaat menjaga kebersi-han
d.   Kesimpulan : tindakan keperawatan yang terdapat dalam teori tidak terdapat kesenjangan dengan yang dilakukan pada kasus nyata.
Pada tahap perencanaan ini penulis tidak menemui hambatan yang berarti, hal ini tercermin pada penemuan perencanaan tindakan sesuai dengan masalah yang dialami klien sehingga pelaksanaan tepat waktu.

D.      Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan perencanaan tindakan keperawatan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutukan pasien terpenuhi secara optimal yang mana tahap ini dilakukan oleh pasien itu sendiri, oleh perawat dengan mandiri atau mungkin dapat dilakukan secara bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Hal ini sangat tergantung jenis tindakan, kemampuan/keterampilan dan keinginan pasien serta tenaga perawat itu sendiri. Dengan demikian tepat bahwa pelaksanaan keperawatan bukan semata-mata tugas tenaga perawat, tetapi melibatkan banyak pihak, namun dominan yang memikul tanggungjawab secara keseluruhan adalah tenaga parawat tersebut. Hambatan yang didapatkan pada tahap implementasi pada dasarnya tidak ada, hal ini disebabkan sikap klien yang kooperatif dalam melaksanakan tahap-tahap asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian secara ulang rencana keperawatan yang bertujuan untuk menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan, dan efektivitas rencana/strategi asuhan keperawatan. Pada kasus ini evaluasi tiap-tiap diagnosa dilakukan setiap hari selama 3 hari yaitu dimulai  dari   tanggal 17   sampai  19 Juni 2013 dan sampai dengan hari terakhir semua diagnosa yang diangkat sebagian dapat teratasi. Hal ini disebabkan keefektifan kerja perawat dan kerja sama yang baik dari klien sehingga masalah klien dapat sebagian teratasi.




BAB V
PENUTUP

Setelah menguraikan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus serta perbandingan keduanya dalam penerapan asuhan keperawatan pada Ny.B” dengan hemoroid penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

A.  Kesimpulan
1.   Pada pengkajian data yang ditemukan dalam kasus mempunyai perbedaan dengan data yang dikemukakan pada teori
2.  Dalam perencanaan asuhan keperawatan yang dikemukakan dalam kasus sesuai dengan kebutuhan klien sedangkan perencanaan asuhan  keperawatan dalam teori tetap memperhatikan kondisi dan respon klien
3.   Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang muncul dengan berpedoman pada teori yang tetap memperhatikan keadaan klien, respon klien serta fasilitas yang ada dan kebijakan dari Rumah Sakit
4.   Hasil evaluasi dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari semua masalah sebagain teratasi
5.  Dalam melakukan pengkajian perencanaan asuhan keperawatan, tindakan serta evaluasi yang telah dilaksanakan dan direncanakan harus didokumentasikan secara komprehensif.

B.   Saran-saran
1.         Pada perewat atau pegawai Rumah Sakit dalam pengumpulan data gunakanlah berbagai cara dan sumber informasi dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi dan didokumen agar dapat dikumpulkan secara akurat dan komprehensif
2.         Dalam melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan teori kebutuhan klien serta fasilitas yang ada
3.         Agar masalah keperawatan dapat ditangani dengan baik perlu kerjasama para tim medis tenaga kesehatan lain dalam menangani masalah klien
4.         Ditujukan kepada perawat ruangan dan anggota kesehatan lainnya agar melanjutkan rencana keperawatan dan masaiah yang belum teratasi dengan memodifikasi sesuai kondisi klien
5.         Ditujukan kepada perawat ruangan agar segala perencanaan pengkajian tindakan serta evaluasi harus didokumentasikan












DAFTAR PUSTAKA


Barbara Engram,  2000, Rencana Asuhan Keperawatan Madical Bedah, EGC Jakarta

Marlynn E. Doenges,   2000, Rencana Asuhan   Keperawatan,   Edisi   HI   EGC Jakarta

Mannsjoer. A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III jilid II, penerbit Jakarta

Nursalam & Pariani,S. 2001. Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto : Jakarta.

R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong, 2005, BukuAjar Bedah, EGC Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sylvia. A. Parice, Lirainne M. Wilson. 2001, Patofisiologi, Edisi 4, EGC Jakarta

Sudoyo.W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 397-399.






















No comments:

Post a Comment