BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
a. Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi (Corwin, 2009;347).
b. Arthritis Reumatoid adalah penyakit peradangan sistemik pada prinsipnya melibatkan sendi, tetapi juga disertai manifestasi diluar sendi. (Graber, 2006 ; 267 ).
c. Penyakit Arthritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan membrane sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitas (Doengoes, 2000 ; 859).
d. Arthritis Rematoid adalah penyakit multisystem kronik yang ditandai oleh beragam manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada usia antara 35 dan 50 tahun (Kenneth J. Leveno, 2009 ; 606).
e.
|
Artritis Reumatoid adalah penyakit Inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligament, dan pembuluh darah disekitarnya. (Srockslager, 2008 ; 49).
f. Reumatoid Arthritis adalah suatu sindroma yang kronis dengan gejala yang tidak khas, menyerang sendi perifer dan simetris. Bila penyakit berlarut-larut, terjadi penghancuran sendi dan sekitarnya. (Yatim, 2006 ; 98).
2. Anatomi Fisiologi
Sistem muskuloskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot dan struktur pendukung lainnya (tendon, ligament, fasia dan bursae). Pertumbuhan dan perkembangan struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja.
a. Tulang
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system musculoskeletal sangat bergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
b. Sendi
Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasiikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
c. Otot
Otot skeletal secara volunteer dikendalikan oleh system syaraf pusat dan perifer.Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal sebagai motor end-plate. (Suratun, 2008 ; 3-9).
Gambar. 2.1. Anatomi Sistem Muskuloskeletal
Sumber: http://abhique.blogspot.com. Diakses 20 Juni 2014
Struktur lain dalam sistem muskuloskeletal adalah :
a. Ligamen
Ligament adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
b. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus setip otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synovial yang member lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
c. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung langgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia superficial (sebagai pembungkus tebal) jarigan penyambung fibrosa yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
d. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan diatas bagian yang bergerak (mis, antara kulit dan tulung, antara tendon dan tulung/ otot). Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak (mis, bursae olekranon yang terletak diantara presesus dan kulit). (Suratun, 2008 ; 13-14).
3. Etiologi
a. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid (FR). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun. (Price. 2001 ; 308).
b. Penyebab pasti inflamasi kronis yang khas pada artritis reumatoid tidak diketahui secara pasti, tetapi berbagi teori-teori menyebutkan faktor penyebab artrittis reumatoid, yaitu : Infeksi, Endokrin, Autoimmun, Metabolik, Faktor genetik serta pemicu lingkungan (Stockslager, 2008 ; 49).
c. Penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, 2008 ; 111).
d. Agen pemicunya adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara antigenik. Biasanya respon antibody awal terhadap mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami AR mulai membentuk antibody lain, biasanya oleh IgM atau IgG, terhadap antibody IgG awal. Antibody yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rheumatoid (Rheumatoid factor/ RF). RF menetap di kapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi kronis kerusakan jaringan. (Corwin, 2009 ; 347).
4. Insiden
Prevalensi Rheumatoid Arthritis 0,8% dari populasi (kisaran 0,3-2,1%), perempuan terkena sekitar tiga kali lebih sering daripada prevalensi laki-laki, meningkat dengan bertambahnya usia,dan perbedaan jenis kelamin berkurang pada kelompok usia yang lebih tua. Rheumatoid Arthritis terlihat di seluruh dunia dan mempengaruhi semua ras. Namun, insiden dan keparahan tampaknya di daerah pedesaan sub-Sahara Afrika dan di Karibia blacks paling sering selama dekade keempat dan kelima, dengan 80% dari semua pasien mengembangkan penyakit antara usia 35 dan 50. Insiden Rheumatoid Arthritis enam kali lebih besar untuk wanita 64 tahun dibandingkan dengan wanita 29 tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa kejadian Rheumatoid Arthritis mungkin akan berkurang. Selain itu, tingkat keparahan penyakit tampaknya mulai menurun, meskipun tidak pasti apakah ini mencerminkan intervensi terapeutik yang lebih agresif. (http://nisnisnisyoong.wordpress.com. Di akses 18 Juni 2014)
5. Patofisiologi
Lebih banyak diketahui dari pada penyebabnya jika tidak dihentikan, implamasi sendi terjadi dalam empat tahap. Pertama, Sinovitis terjadi akibat kongesti dan edema pada jaringan sinovial serta kapsul sendi, pembentukan panus penebalan lapisan jaringan granulosa menandai awitan tahap ke dua. Panus menutupi dan menginvasi kartilago dan akhirnya menghancurkan kapsul sendi serta tulang.
Tahap ketiga dicirikan dengan angkilosis pibrosa invasi pibrosa panus dan pembentukan jaringan parut yang menghambat ruang sendi. Atrofi tulang dan tidak segarisan meyebabkan deformitas nyata dan mengganggu persendian dan tulang yang berlawanan. Pada tahap ke empat, jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, yang mengakibatkan angkilosis tulang dan imobilitas total.
Nyeri yang terkait dengan gerakan dapat menghambat penggunaan aktif sendi yang mengkibatkan ankilosis fibrosa dan snkilosis tulang, kontraktur jaringan lunak, serta deformitas sendi. Artritis Reumatoid juga dapat menghancurkan proses us ondontoideus, bagian dari vertebra sarvikal ke dua. Kompresi medula spinalis dapat terjadi tetapi jarang dapat terjadi, terutama pada pasien Atritis Reumatoid yang menderita deformitas jangka panjang. (Stockslager. 2008 ; 50 ).
6. Manifestasi Klinik
a. Awalnya, awitan gejala non spesifik tidak kentara (keletihan, malaise, anoreksia, demam derajat rendah dan menetap, penurunan berat badan dan artikular samar, seperti pembengkakan dan kekakuan sendi yang terjadi setelah inktivitas).
b. Pada tahap lanjut penyakit, gejala aritikular terlokalisasi paling sering pada jari di bagian interfalangeal bisa menyebar pada tangan siku, lutut
serta pergelangan kaki.
c. Kekakuan sendi (setelah aktivitas khususnya bangun di pagi hari) nyeri tekan dan kesakitan
d. Nodul reumatoidpada daerah yang tertekan seperti siku.
e. Jari berbentuk kumparat (akibat edema yang nyata dan kongesti pada sendi) yang dapat menjadi permanen.
f. Otot kaku, lemah dan nyeri. (Stockslager. 2008 ; 50).
Sedangkan menurut Corwin (2001;308), gambaran klinis Arthritis Reumatoid adalah sebagai berikut :
a. Awitan AR ditandai oleh gejala umum peradangan berupa demam,
rasa lemas, nyeri tubuh dan pembengkakan sendi.
b. Terjadi nyeri dan kekakuan sendi, mula-mula disebabkan oleh peradangan akut dan kemudian akibat pembentukan jaringan parut. Sendi pergelangan tangan biasanya adalah sendi-sendi yang pertama kali terkena. Kekakuan terjadi paling parah pada pagi hari mengenai
sendi secara bilateral.
c. Rentang gerak berkurang. Timbul deformitas sendi dan kontak si otot.
d. Terbentuk nodul-nodul rematoid ekstrasinovium pada sekitar 20 % individu mengidap AR. Pembengkakan ini terdiri dari sel-sel darah putih dan sel-sel yang terdapat didaerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis diatas siku dan jari tangan.
7. Test Diagnostik
Kriteria yang dikembangkan oleh American Rheumatism Association dapat berfungsi sebagai panduan untuk menegakkan diagnosis. Adapun pemeriksaan diagnostik untuk penyakit Artritis Reumatoid, yaitu :
a. Sinar-X, menunjukkan demineralisasi tulang dan pembengkakan jaringan tulang pada tahap awal. Kemudian, pemeriksaan ini membantu menetapkan luasnya kerusakan kartilago dan tulang, erosi, subluksasi, serta deformitas.
b. Uji faktor reumatoid positif, pada 75 %-80 % pasien seperti yang ditunjukkan dari titer 1:160 atau lebih tinggi.
c. Analisis cairan sonovial menunjukkan peningkatan volume dan kekeruhan (turbiditas), tetapi penurunan viskositas kadar komplemen (C3 dan C4). Hitung sell dara putih sering melebihi 10.00/µl.
d. Elektroforesis protein serum, menunjukkan peningkatan kadar globulin serum.
e. Laju endapan eritrosit (ESR), meningkat pada 85%-90% pasien. Karena peningkatan ESR sering paralel dengan aktivitas penyakit, pemeriksaan ini dapat membantu memantau respons pasien terhadap terapi.
f. Hitung darah lengkap, biasanya menunjukkan anemia sedang dan leukosit ringan. (Stockslager, 2008 ; 50).
9. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Rheumatoid Arthritis:
a. Nodulus rheumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata atau limfa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu,. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyambut aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
b. Vaskulitis (inflamasi sintem vaskular) dapat menyebabkan thrombosis dan infark
c. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit (Corwin, 2009: 348)
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat membantu penatalaksanaan medis adalah sebagai berikut:
a. Sendi yang meradang diistirahatkan selama eksaserbasi
b. Periode-periode istirahat setiap hari
c. Kompres panas dan dingin bergantian
d. Aspirin, obat anti inflamasi non steroid lainnya, atau steroid sistemik.
e. Pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium atau untuk memperbaiki deformitas. (Corwin, 2009: 348).
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga yaitu :
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat hubungan darah, perkawinan atau adopsi Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap- tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
c. Menurut WHO (1969), kelurga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
f. Menurut salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya,(1989). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hhidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
g. Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
a. Terdiri atas dua lebih atau individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi;
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain;
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial sebagai suami,istri, anak,kakak, dan adik;
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkat-
kan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggot (Mubarak, 2010 ; 67-68).
2. Struktur Keluarga
a. Macam-macam struktur keluarga
1) Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara, sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan disusun melalui jalur ayah.
2) Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara, sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan di susun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4) Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga Kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pemberian keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami atau istri (Mubarak, 2010;68 ).
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
b. Struktur peran
c. Struktur kekuatan dan struktur nilai
d. Norma
Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2. Struktur keluarga (Mubarak, 2010 ; 69)
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam kluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negative, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negative), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi social yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan affektif power.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. (Mubarak, 2010; 69-70 ).
3. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986, dalam Ali. 2009:6-7) membagi tipe keluarga seperti berikut ini:
a. Nuclear family (keluarga inti).
Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended family (keluarga besar).
Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal
dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
c. Single parent family.
Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyad.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
e. Blended family.
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing
masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
f. Three generation family.
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. The single adult living alone.
Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur :
a. Struktur legalisasiMasing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi).
b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c. Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka: mendorong kejujuran dan kebenaran (Honesty dan authenticity).
d. Struktur: suka melawan dan tergantung pada peraturan.
e. Struktur yang bebas: tidak ada peraturan yang memaksa (permissiveness).
f. Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, sukar berteman).
g. Suasana yang dingin (isolasi, sukar berteman).
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional). (Setyowati, 2007 ; 29)
Menurut Friedman (1999), dalam buku Sudiharto. 2007;24 dikelompokkan lima fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami asalah kesehatan.
5. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Duval, daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perkembangannya.
a. Tahap I, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak.)
b. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi berusia kurang dari satu bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga) membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
c. Tahap 3, keluarga dengan anak pra sekolah, atau anak tertua 2.5-6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang “sehat” dalam keluarga.
d. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7-12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak- anak termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
e. Tahap 5, keluarga dengan anak remaja tertua 13-20 tahun. Tugas utama keluarga pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dan anak-anak remaja.
f. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas erkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan,menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
g. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas keluarga pada tahap ini ialah mempertahankan kontak dengan anak- dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
h. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupa dengan penghasian yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahan-kan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup. (Sudiharto, 2007 ; 24-25).
Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga. Menurut Suprajitno (2004 ; 4-6), tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.
Tabel.2.1. Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN
| |
Tahap perkembangan
|
Tugas perkembangan (utama)
|
1. Keluarga baru menikah
|
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
|
2. Keluarga dengan anak baru lahir
|
1) Mempersiapkan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
|
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
|
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkemba-ngan anak
|
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
|
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
|
5. Keluarga dengan anak remaja
|
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingant remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang anggota keluarga
|
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa muda
|
1) Memperluas jaringan keluarga dan keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah
|
7. Keluarga usia pertengahan
|
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan meuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
3) Meningkatkan keakraban pasangan
|
8. Keluarga usia tua
|
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga
3) Mmpertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu
|
6. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi;
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan kerena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan kecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2004 ; 17-18).
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan :
a. Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antara perawat dengan klien (keluarga) merupakan modal yang baik. Beberapa hal yang perlu dilakukan :
b. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dalam
ramah.
c. Menjelaskan tujuan kunjungan.
d. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada dikeluarga.
e. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
f. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi
jaringan perawat.
1) Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
2) Pengkajian lanjutan. Tahap pengkajian untuk memperoleh data
yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang beriorentasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder (hasil laboratorium, hasil foto rontgen, rekam kesehatan, catatan lain yang dapat dipercaya keakuratannya, dan sebagainya). Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan, jenis
kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi masing-masing anggota keluarga dan genogram (keluarga dalam tiga generasi).
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya, suku bangsa terkait dengan kesehatan.
a) Latar belakang etik keluarga atau anggota keluarga.
b) Tempat tinggal keluarga (uraikan bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnik bersifat homogen).
c) Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan.
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana.
e) Bahasa yang digunakan di dalam keluarga.
f) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi.
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
a) Apakan ada anggota keluarga yang berbeda agama.
b) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama.
c) Agama yang dianut oleh keluarga.
d) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
5) Status ekonomi keluarga, yang ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu ditentukan juga oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan bagaimana tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi keluarga.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan riawayat kesehatan generasi di atas orang tentang
riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang penanggulangan penyakit, dan upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah.
a) Luas rumah.
b) Tipe rumah.
c) Jumlah ruangan.
d) Pememfaatan ruangan.
e) Jumlah ventilasi.
f) Peletakan perabot rumah tangga.
g) Sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan mck (mandi,
cuci dan kakus).
h) Sarana air bersih dan minum yang digunakan.
i) Keadaan rumah (denah rumah)
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tempat keluarga bertempat tinggal meliputi kebiasaan seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/ kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Menggambarkan mobilitas keluarga. Munkin keluarga berpindah-
pindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.
4) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat asuransi, atau kartu yang lain), fasilitas fisik, dukungan psikologis dan fasilitas sosial.
d. Struktur Keluarga
1) Struktur peran
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal
maupun informal baik keluarag maupun masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai dan norma yang dipelajari dan dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi.
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan, mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku peningkatan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi ekonomi
Upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan pemamfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan dan status kesehatan keluarga.
2) Fungsi mendapatkan status sosial
Upaya keluarga untuk memperoleh statis social di masyarakat tempat tinggal keluarga.
3) Fungsi pendidikan
Upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pendidikan selain upaya yangdiperoleh dari sekolah atau masyarakat.
4) Fungsi sosialisasi belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.
Sejauh mana anggota keluarga.
5) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehata keluarga, kemampuan keluarga mengambil tindakan kesehatan yang tepat, kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, dan kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
6) Fungsi religius
Kegiatan keagamaan yang dipelajari dan dijalankan oleh keluarga berhungan dengan kesehatan.
7) Fungsi rekreasi
Kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan rekreasi secara bersama baik diluar maupun dalam rumah.
8) Fungsi reproduksi
Rencana keluarga memiliki dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga.
9) Fungsi afeksi
Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki, dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial
dalam keluarga, dan bagaimana keluarga memngembangkan sikap saling menghargai.
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor yang dihadapi keluarga
a) jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan.
b) Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami
yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor. Bagaimana keluarga berespon terhadap stresor yang ada.
3) Strategi koping yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
4) Disfungsi strategi adaptasi
menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga.
g. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada induvidu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik(rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat perlu menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. (Suprajitno. 2004 ; 29).
2. Perumusan Masalah/ Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien terhadap masalah kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi keperawatan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b. Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menye-
babkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memamfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data objektif dan subjektif yang diperoleh dari perawat keluarga secara langsung atau tidak langsung yang mendukung masalah dan penyebab
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis resiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau perawat.
c. Diagnosis potensial adalah Suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memunkinkan dapat ditingkatkan. (Suprajitno, 2004; 24).
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan, (Sudiharto, 2007 ; 40) yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena hal-hal sebagai berikut :
1) Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta.
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui.
3) Sikap dan falsafah hidup.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut :
1) Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya masalah.
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga.
4) Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa
pilihan.
5) Ketidak cocokan pendapat terjadi antar anggota keluarga.
6) Keluarga tidak mengetahui fasilitas yang ada.
7) Keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
8) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau.
9) Keluarga kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.
10) Keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan yang
diharapkan.
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit.
2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Ketidakseimbangan sumber yang ada dalam keluarga.
5) Sikap negatif terhadap anggota yang sakit.
6) Konflik individu dalam keluarga.
7) Sikap dan pandangan hidup.
8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.
d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga karena hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber keluarga tidak cukup.
2) Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari pemeliharaan lingkungan rumah.
3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan.
4) Konflik personal dalam keluarga.
5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.
6) Sikap dan pandangan hidup.
7) Ketidakkompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri.
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat untuk memelihara kesehatan karena hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada.
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.
3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.
4) Pengalaman yang kurang baik dengan petugas kesehatan.
5) Rasa takut akibat dari tindakan.
6) Fasilitas yang diperlukan tidak terjangkau.
7) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan.
8) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat.
9) Sikap dan falsafah hidup.
Skoring dilakukan Setelah menentukan diagnosis keperawatan keluarga lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) dalam Sudiharto, 2007;42-43.
Tabel 2.2. Skala Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga.
NO
|
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
1.
|
Sifat masalah
|
3
2
1
|
1
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensi masalah untuk dicegah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Menonjolnya masalah
|
2
1
0
|
1
|
Proses Scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara berikut:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot.
|
Skor
Angka tertnggi dalam skor
Jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh bobot. (Mubarak, 2010 ; 105).
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnosis keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria standar. (Suprajitno, 2004 ; 24).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
1) Memberikan informasi tepat.
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang mendukung uapaya kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat.
1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimliki dan ada disekitar keluarga.
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
2) Mengguanakn alat dan fasilitas yang ada dirumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal munkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.
1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan yaitu :
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah yang mempunyai jangka
waktu yang sesuai dengan kondisi klien.
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobsevasi dengan panca indra perawat yang objektif.
Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga dan mengarah kemandirian klien sehingga tingkat ketegantungan dapat diminimalisasi. (Suprajitno. 2004 ; 49).
4. Implementasi Keperawatan
Impelmentasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim keperawatan kesehatan rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator, namun perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan), untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi yang didiskusikan, siapan yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi. (Suprajitno. 2004 ; 24).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian tujuan yang diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana atau mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan kontrak pelaksaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan. (Sudiharto, 2007 ; 49).
No comments:
Post a Comment