Tuesday, 19 December 2017

KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB II


 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
1.         Pengertian
a.         Halusinasi didefinisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. (Stuart, 2007).
b.        Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2004).
c.         Halusinasi Penglihatan (halusinasi optik) adalah apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang, barang atau benda (Sunaryo, 2004).
d.        Halusinasi Penglihatan (Visual Hallucination) terjadi dimana penderita melihat adegan yang berubah-ubah bentuk, ”salib yang menyala-nyala”, atau binatang-binatang (Semiun, 2006).
e.         Halusinasi Penglihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang atau tidak bebentuk seperti sinar, kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna   (Azizah, 2011).
f.        
9
 
Halusinasi Penglihatan (visual, optik) adalah jenis gangguan persepsi yang lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan. (Yosep, 2007).
2.          Rentang Respon Neurobiologis
 


      Respon Adaptif                                                          Respon Maladaptif
 


- Pikiran logis                   - Pikiran kadang                 - Gangguan pikiran atau   
- Persepsi akurat                 menyimpang ilusi                waham
- Emosi konsisten             - Reaksi emosional             - Halusinasi
  dengan                              berlebihan atau                 - Kesulitan untuk    mem                  
        Pengalaman                      kurang                                 proses emosi
      - Perilaku sesuai               - Perilaku aneh tak              - Ketidak teraturan
        hubungan sosial                lazim                                   perilaku
                                                - Menarik diri                      - Isolasi sosial

Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah persepsi berawal dari respon adaptif yaitu : pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dengan hubungan sosial.
Apabila terjadi ketidakmampuan untuk memproses informasi, hubungan interpersonal, serta tidak dapat memecahkan masalah, sehingga fikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau kurang, perilaku aneh tak lazim, dan bahkan menarik diri.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. klien mangalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Gejala psikosis dikelompokkan dalam lima kategori utama fungsi otak yang juga saling berhubungan. (Stuart, 2007) :
a.         Kognitif
Perilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi yang berkaitan dengan skizofrenia sering disebut sebagai defisit kognitif. Prilaku ini termasuk masalah pada semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan keputusan dan isi pikir.
b.        Persepsi
Mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah persepsi sensori yang mencakup dalam halusinasi.


c.         Emosi
Diekspresikan secara berlebihan (hiperekskresi) atau kurang (hipoekskresi) dengan sikap yang tidak sesuai. Individu mengalami skizofrenia biasanya mempunyai masalah yang berhubungan dengan hipoekskresi. Pasien ini juga sering mengalami emosi yang berkaitan dengan kesulitan yang disebabkan oleh penyakit mereka seperti frustasi dalam mengatasi rintangan untuk mencapai tujuan personalnya.
d.        Gerakan dan perilaku
Respon neurobiologis maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, sulit diatsi, dan sulit dipahami orang lain.
e.         Sosialisasi
Sosialisasi adalah kemampuan untuk menjalani hubungan kerja sama dan saling bergantung dengan orang lain. Perilaku yang terkait dengan konsekuensi hubungan pada respons neurobiologis yang maladaptif.
3.         Penyebab
a.         Interpretasi yang tidak adekuat terhadap rangsangan lingkngan
b.        Kehilangan batas ego
c.         Peristiwa traumatis emosional
d.        Disfungsi otak
e.         Adanya halusinasi atau ilusi (Copel, 2007).

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a.         Faktor Predisposisi
1)        Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut
a)         Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b)        Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c)         Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjuk-kan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2)        Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3)        Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b.        Stressor Pencetus
1)        Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2)        Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3)        Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
4.         Psikopatologi dan Patofisiologi
Penelitian mutakhir yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmitter dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotinin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia.
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimia di atas, dalam penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pada perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahan ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum). (Yosep, 2007).
5.         Jenis-jenis Halusinasi
Menurut : (Stuart, 2007)
a.         Halusinasi pendengaran (Auditorius)
Mendengarkan suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan sesuatu yang kadang dapat membahayakan.
b.        Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometris,
gambaran kartun, panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau menkutkan seperti melihat monster.
c.         Penghidu (olfaktorius)
Pemberi bau-bauan seperti amis, darah, urine, atau feses. Kadang-kadang memberi bau harum. Halusinasi penghidu biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang atau dimensia.
d.        Pengecapan (Gustatorius)
Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan seperti darah, urine, atau feses.
e.         Peraba (Taktil)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang terlihat.
Merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
f.         Senestetik
Merasakan tubuh seperti darah mengalir, vena dan arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.
g.        Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa gerak.
h.        Halusinasi Viseral
Timbul perasaan tertentu didalam tubuhnya.
6.         Gejala dan Karakteristik Perilaku Halusinasi
a.         Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
b.        Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas, seperti tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan  mata  yang  cepat,  respons  verbal yang lambat, dan bahkan
diam dan berkonsentrasi.
c.         Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran, nonpsikotik.
d.        Pengalaman sensori menakutkan sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.
e.         Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut mengakibatkan perhatian   klien   dengan  lingkungan  kurang,  konsentrasi  terhadap
pengalaman sensori kerja.
f.         Mulai merasa kehilangan kontrol, kemudian menarik diri dari orang lain, kehilangan kemampuan dan membedakan halusinasi dengan realita.
g.        Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi). Perintah halusinasi ditaati, dan sulit berhubungan dengan orang lain.
h.        Kesepian dari pengalaman sensori berakhir psikotik, klien tidak mampu lagi mengikuti perintah.
i.          Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dan beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. Hal ini akan mengakibatkan klien panik, resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain, agitasi tidak mampu berespon terhadap lingkungan. (Nasution, 2004).
7.         Tahap-tahap Halusinasi
Tahap-tahap halusinasi menurut (Yosep, 2007) :
a.       Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b.       Tahap Condeming
timbul kecemasan moderat, cemas biasanya semakin meninggi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, klien merasa takut apabila orang lain mengetahui apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With Drawl).
c.       Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, halusinasi tidak dapat ditolak lagi, klien berusaha menerangi karena merasa terganggu dan merasa terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain, dan apabila perasaan itu hilang, klien merasa sangat kesepian dan sedih.
d.      Tahap Ceonguering
Klien merasa panik, ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti, perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
8.         Penatalaksanaan Medis
Pemberian obat-obatan dan tindakan yaitu :
a.         Psikofarmakologis

Tabel. 2.1. Jenis obat-obatan untuk pasien halusinasi
Kelas Kimia
Nama Generik
(Dagang)
Dosis Harian
Fenotiazin
Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazin (Prolixine, Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stellazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800 mg
2-40 mg
60-150 mg
Tioksanten
Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)
75-600 mg
8-30 mg
Butirofenon
Haloperidol (Haldol)
1-100 mg
Dibenzodiazepin
Klozapin (Clorazil)
300-900 mg
Dibenzokasazepin
Loksapin (Loxitane)
20-150 mg
Dihidroindolon
Molindone (Moban)
15-225 mg

b.        Terapi kejang listrik (Electro Compulsiv Theraphy (ECT)
c.         Terapi aktivitas kelompok (TAK) (Nasution, 2004).

B.       Konsep Asuhan Keperawatan
1.         Pengkajian
a.       Faktor Predisposisi
1).    Faktor perkembangan terlambat
a).    Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman
b).    Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
c).    Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2).    Faktor komunikasi dalam keluarga
a).    Komunikasi peran ganda
b).    Tidak ada komunikasi
c).    Tidak ada kehangatan
d).   Komunikasi dengan emosional berlebihan
e).    Komunikasi tertutup.
f).     Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua.
3).    Faktor sosial budaya
Isolasi sosial budaya yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
4).    Faktor psikologis
Faktor kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif
5).    Faktor biologis
Adanya   kejadian   terhadap  fisik,  berupa  :  atrifi   otak,  pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic.
6).    Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar monozigot.
b.        Perilaku
Bibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, mata menunjuk-nunjuk sesuatu, tiba-tiba menutup mata, gelisah, bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.
c.        Fisik
1).    ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas isik yang berlebihan, agitasi gerak atau kegiatan ganjil.
2).    Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat-obatan dan zat halusinogen dari tingkah laku merusak diri.
3).    Riwayat kesehatan
Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.
4).    Riwayat schizofrenia dalam keluarga.
5).    Fungsi sistim tubuh
a).    Perubahan berat badan, hipertermi (demam).
b).    Neurologikal perubahan mood, disorientasi.
c).    Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatan temperatur.
d.     Status emosi
Efek tidak sesuai, perasaan bermasalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.           (Nasution, 2004)
2.         Pohon Masalah
Berdasarkan Masalah keperawatan di atas,maka pohon masah Keliat, (2006), dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar.2.1.Pohon Masalah
Akibat
 
Penyebab
 
Penyebab
 
 



Masalah Utama
 









3.         Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di temukan pada klien dengan halusinasi menurut Keliat, (2006) adalah :
a.         Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b.        Isolasi sosial
c.         Gangguan konsep diri : harga diri rendah
d.        Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
4.         Perencanaan
Rencana tindakan perilaku terdiri atas tiga aspek yaitu : Tujuan umum, Tujuan khusus dan intervensi keperawatan. Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas, maka rencana keperawatan adalah sebagai berikut :
a.         Gangguan persepsi sensori : halusinasi
1).      Tujuan Umum (TUM)
Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah halusinasi tidak terjadi.
2).      Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan di atas sesuai petunjuk asuhan keperwatan oleh Keliat, dalam buku proses keperawatan jiwa (2006), terdir atas :
a).       TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya
b).      TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
c).       TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
d).      TUK 4 : Klien dapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.
3).      Intervensi Keperawatan
Intervensi   keperawatan   dirumuskan   berdasarkan  tujuan  khusus
(TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama. Makan berdasarkan pedoman proses keperawatan kesehatan jiwa oleh Keliat (2006), dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas yaitu :
a).       TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya : Intervensi keperawatan :
(1)     Bina hubungan saling percaya
(2)     Sapa klien dengan ramah baik verbal maupunnon verbal
(3)     Perkenalkan diri dengan sopan
(4)     Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
(5)     Jelaskan tujuan pertemuan
(6)     Jujur dan menepati janji
(7)     Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
(8)     Beri perhatian kepada  klien  dan  perhatikan kebutuhan dasar klien
b).      TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Intervensi keperawatan :
(1)     Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
(2)     Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang berhubungan dengan halusinasi.
(3)     Menerima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi pasien dan tidak nyata bagi perawat
(4)     Identifikasi dengan klien tentang waktu munculnya halusinasi, dan frekwensi munculnya halusinasi
(5)     Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul
c).       TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
Intervensi keperawatan :
(1)     Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila halusinasi muncul
(2)     Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang pisitif
(3)     Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
(4)     Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol halusinasi, misalnya menghardik atau mengusir, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
(5)     Dorong klien untuk memilih cara yang digunakannya dalam menghadapi halusinasi
(6)     Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah di pilih dalam menghadapi halusinasi
(7)     Diskusikan dengan klien tentang jenis, dosis dan waktu minum obat serta manfaat obat tersebut.
d).      TUK 4 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi keperawatan :
(1)     Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
(2)     Diskusikan dengan keluarga tentang gejala halusinasi yang dialami klien, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi dirumah dan berikan informasi tentang waktu tindak lanjut
(3)     Diskusikan dengan keluarga tentang jenis, dosis, waktu pemberian, manfaat dan efek samping obat
(4)     Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
b.        Isolasi Sosial
1).      Tujuan Umum (TUM)
Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2).      Tujuan Khusus (TUK)
Berdasarkan  diagnosa  keperawatan  diatas  sesuai petunjuk asuhan
keperawatan oleh Keliat, dalam buku proses keperawatan jiwa (2006), terdiri atas :
a.)       TUK 1 : Bina hubungan saling percaya
b.)      TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
c.)       TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d.)      TUK 4 : Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap
e.)       TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berinteraksi dengan orang lain
f.)       TUK 6 : Memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
3).      Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama, maka berdasarkan pedoman proses keperawatan jiwa oleh Budi Anna Keliat (2006), dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas yaitu;
a.)       TUK 1 :  Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan  prinsip komunikasi terapeutik :
(1)     Sapa klien dengan nama, baik verbal maupun non verbal
(2)     Perkenalkan diri dengan sopan
(3)     Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
(4)     Jelaskan tujuan pertemuan
(5)     Jujur dan menepati janji
(6)     Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
(7)     Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan  dasar klien
b.)      TUK II :  Menyebutkan penyebab menarik diri
(1)     Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan     tandanya:
-          “ Di rumah, tinggal dengan siapa”
-          “ Siapa yang paling dekat dengan anda”
-          “ Apa membuat anda dekat dengannya”
-          “ Dengan siap anda tidak dekat”
-          “ Apa yang membuat anda tidak dekat”
(2)     Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul
(3)     Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkap-kan perasaannya.
c.)       TUK III : Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
(1)     Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman.
(2)     Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
(3)     Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
(4)     Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengung-kapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
(5)     Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.
(6)     Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.
(7)     Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkap-kan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
d.)      TUK IV : Melaksanakan interaksi sosial secara bertahap
(1)     Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
(2)     Bermain peran tentang cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
(3)     Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap: klien-perawat, klien-perawat-perawat lain,  klien-perawat-perawat lain-klien lain, klien-keluarga
atau kelompok/masyarakat.
(4)     Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
(5)     Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial.
(6)     Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain.
(7)     Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
e.)       TUK V: Mengungkapkan perasaan setelah berinteraksi dengan orang lain.
(1)     Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain.
(2)     Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
(3)     Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkap-kan perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
f.)       TUK VI :  Mendapat dukungan dari keluarga
(1)     Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
-       Salam, perkenalan diri
-       Jelaskan tujuan
-       Buat kontrak
-       Eksplorasi perasaan klien
(2)     Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
-       Perilaku menarik diri
-       Penyebab perilaku menarik diri
-       Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
-       Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
(3)     Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain.
(4)     Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
(5)     Beri penguatan positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
c.         Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1)        Tujuan Umum (TUM)
Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah dapat mengaktualisasi dirinya.
2)        Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan diatas sesuai petunjuk asuhan keperawatan oleh Suliswati S, dkk 2005 terdiri atas:
a.)       TUK 1 :   Bina hubungan saling percaya
b.)      TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan  aspek positif  yang dimiliki.
c.)       TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d.)      TUK 4: Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
e.)       TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
f.)       TUK 6 : Memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
4).      Intervensi keperawatan
a.)       TUK 1 : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan  prinsip komunikasi terapeutik :
(1)     Sapa klien dengan nama, baik verbal maupun non verbal
(2)     Perkenalkan diri dengan sopan
(3)     Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
(4)     Jelaskan tujuan pertemuan
(5)     Jujur dan menepati janji
(6)     Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
(7)     Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan  dasar klien
b.)      TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
(1)     Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
(2)     Setiap bertemu klien dihindari memberi penilaian negatif.
(3)     Utamakan memberi pujian yang realistik.
c.)       TUK III :  Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
(1)     Diskusikan dengan klien yang masih dapat digunakan selama sakit.
(2)     Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan penggunaannya.
d.)      TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
(1)     Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan.
-       Kegiatan mandiri
-       Kegiatan dengan bantuan sebagian
-       Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
(2)     Bantu klien melakukannya jika perlu berikan contoh
(3)     Beri pujian atas keberhasilan klien.
(4)     Diskusikan jadwal harian atas kegiatan yang telah dilatih.
e.)       TUK V: Mengungkapkan perasaan setelah berinteraksi dengan orang lain.
(1)     Beri kesempatan kepada klien mencoba yang telah          direncanakan.
(2)     Beri pujian atas keberhasilan klien.
(3)     Diskusikan kemungkinan pelaksanaan rumah.
f.)       TUK VI :  Mendapat dukungan dari keluarga
(1)     Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
(2)     Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat .
(3)     Bantu klien menyiapkan dukungan di rumah.
d.        Defisit Perawatan diri
1).      Tujuan Umum (TUM)
Pasien mampu menjaga dan memelihara kesehatan dengan melakukan perawatan diri.
2).      Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan diatas sesuai petunjuk keperawatan oleh Copel, (2007), terdiri atas:
a).       TUK 1 : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias.
b).      TUK 2 : Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan                       berhias dengan bantuan perawat.
c).       TUK 3 : Klien dapat melakukan perawatan diri mandi dan berhias secara mandiri.
d).      TUK 4 : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri mandi dan berhias secara mandiri.
e).       TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kesehatan kebersihan diri mandi dan berhias.
3).      Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama, maka dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas yaitu;
a.)       TUK 1 : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias.
(1)     Diskusikan bersama klien tentang pentingnya kesehatan dengan cara menjelaskan tentang arti kebersihan diri dan cara-cara mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.
(2)     Dorong klien untuk menyebutkan tiga dari lima tanda kebersihan
b.)      TUK 2  : Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan berhias dengan bantuan perawat.
Intervensi keperawatan
(1)     Motivasi klien untuk mandi
-       Ingatkan   caranya,  evaluasi  hasilnya  dan  beri  umpan
balik
-       Bimbing klien dengan bantuan minimal
-       Jika hasilnya kurang kaji hambatan yang ada
(2)     Bimbing klien untuk mandi. Beri kesempatan untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
-       Ingatkan dan anjurkan untuk mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun
-       Anjurkan klien untuk meningkatkan cara mandi yang benar.
(3)     Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari
-       Anjurkan klien untuk mempertahankan dan meningkat-kan penampilan diri setiap hari
-       Dorong klien untuk mencuci pakaiannya sendiri
-       Demonstrasikan cara mencuci pakaian yang benar dengan sabun dan dibilas.
(4)     Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut
-       Beri kesempatan kepada klien untuk melakukannya sendiri
-       Ingatkan potong kuku dan keramas
(5)     Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
-       Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampo, pakaian ganti, handuk, dan sandal.
c.)       TUK 3 : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
(1)     Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju, dan pakai sandal.
d.)      TUK 4 : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi keperawatan
(1)     Beri informasi positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.
e.)       TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
(1)     Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri
(2)     Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan  dirumah  sakit  dalam  menjaga  kebersihan  dan
kemajuan yang telah dialami dirumah sakit
(3)     Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulus terhadap kemajuan yang telah dialami di rumah sakit.
5.         Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons klien. (Keliat, 2006).
6.         Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikir atau acuan:
              S    =  Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
              O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah   dilaksanakan
              A = Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul masalah baru atau ada data yang terkontradiksi dengan masalah yang ada.
              P  =  Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon   
                        klien yang terdiri dari tindak lanjut klien (PR), dan tindak lanjut oleh perawat. (Keliat, 2006).
a.         Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah :
1)        Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
2)        Melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan jadwal yang dibuat klien
3)        Meminta bantuan atau partisipasi keluarga
4)        Mampu berhubungan dengan orang lain.
5)        Menggunakan obat dengan benar
b.        Hasil yang diharapkan pada keluarga klien adalah :
1)        Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi

2)        Mampu merawat klien di rumah tentang cara mengatasi cara halusinasi dan mendukung kegiatan klien.

No comments:

Post a Comment