Tuesday, 19 December 2017

MAKALAH DIABETES MELLITUS

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes  (http://health.liputan6.com. Diakses 25 April 2015).
1
 
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan   bertambahnya  umur,   namun   mulai  umur  ≥  65  tahun  cenderung menurun. (Kemenkes, 2013).
Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012, prevalensi penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit khususnya Diabetes Mellitus menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (43,62%) yang mana penyakit DM sebanyak 27,64%.  (Dinkes Sulsel, 2012).
Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang berjudul Diabetes Mellitus.

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.         Apa definisi dan penyebab dari gangren?
2.         Apa definisi dan penyebab dari diabetes melitus?
3.         Bagaimana patofisiologi diabetes melitus?
4.         Bagaimana tanda dan gejala diabetes melitus?
5.         Bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus?

C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya yaitu :
1.         Mengetahui definisi dan penyebab dari gangren.
2.         Mengetahui definisi dan penyebab dari diabetes melitus.
3.         Mengetahui patofisiologi diabetes melitus.
4.         Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus.
5.         Mengetahui penatalaksanaan diabetes melitus.

























 
BAB II
PEMBAHASAN

A       
A.       Pengertian
1.        Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002).
2.        Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
3.        Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009).
4.        Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2008).
5.        Arti Diabetes Mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata ini digunakan karena pada pasien Diabetes Mellitus, meningginya kadar gula darah termanifestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi (Tobing, 2008).
6.        Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus-menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2005).
7.        Diabetes Mellitus Merupakan penurunan kemampuan tubuh untuk berespons terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas (Baughman, 2000).
8.        Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Kemenkes, 2013).
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah oleh Smeltzer (2002), dijelaskan bahwa klasifikasi Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
1.        DM tipe I : Diabetes Mellitus tergantung insulin atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
2.        DM tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
3.        Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain atau diabetes sekunder.
4.        Diabetes Mellitus gestasional atau Gestasional Diabetes Mellitus (GDM).


B.       Penyebab
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut :
1.        Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
a.         Faktor  Genetik
Penderita  Diabetes  Mellitus  tidak   mewarisi  Diabetes  Tipe  I  itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b.        Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
c.         Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.

2.        Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Tipe II  masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:

a.         Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.        Obesitas
c.         Riwayat keluarga
d.        Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
C.       Insiden
Penyakit degeneratif telah menjadi epidemi yang meluas di berbagai negara di seluruh dunia. Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun. Indonesia sebagai negara berkembang, merupakan salah satu negara dengan prevalensi penyakit degeneratif meningkat paling cepat, khususnya penyakit diabetes.
Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang usia produktif di perkotaan (http://digilib.itb.ac.id di akses 26 April 2015)

D.       Patofisiologi
1.        Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007).
2.        Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II cenderung  menyebabkan  hiperglikemia  berat  tanpa  disertai gangguan
metabolisme lemak (Silbernalg, 2007).

E.       Tanda dan Gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :



1.        Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.        Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.        Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.        Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.        Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.        Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.        Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.        Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.        Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.    Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis (Shadine, 2010).

F.        Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan suplai) dan  dan komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2008).

G.      Test  Diagnostik
1.        Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.
2.        Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
3.        Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4.        Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5.        Elektrolit
a.         Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b.        Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun.
c.         Fosfor : Lebih sering menurun.
6.        Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
7.        Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8.        Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
9.        Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
10.    Amilase   darah :  Mungkin   meningkat  yang  mengindikasikan  adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11.    Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
12.    Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13.    Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14.    Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).

H.       Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin  dan  kadar  glukosa darah dalam  upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik.
1.        Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
a.         Memberikan  semua unsur makanan esensial (misalnya, vitamin, mineral)
b.        Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c.         Memenuhi kebutuhan energi
d.        Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e.         Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

2.        Latihan (olah raga)
Latihan  sangat  penting dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
3.        Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:
a.         Penyakit diabetes yang tidak stabil
b.        Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
c.         Hipoglikemia tanpa gejala peringatan
d.        Ambang glukosa renal yang abnormal
Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet, dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat menyebabkan hiperglikemia  (misalnya, keadaan  sakit)  atau  hipoglikemia  (misalnya,
peningkatan aktifias berlebihan)
4.        Terapi Insulin
Pada Diabetes Mellitus  tipe II insulin mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori  utama, yaitu:
a.         Insulin regular (R) / Short acting Insulin
b.        NPH Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
c.         Ultralente Insulin (UL) / Long acting Insulin
5.        Pendidikan / Penyuluhan
Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
a.         Perawatan kaki
b.        Perawatan mata
c.         Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
d.        Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah) (Smeltzer, 2002).



















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit  Diabetes Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.

B.       Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola  hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang cukup.
2.         Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.











DAFTAR PUSTAKA


Baradero, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Baughman, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakrta : EGC.

Christmastuti Nur, 2008. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi Kasus Di Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 26 Juni 2014.

Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012.

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan : Jakarta.

Liputan6, 2011. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4 Dunia. http://health.liputan6.com (Online) Diakses 25 Juni 2014.

Marrelli, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kabupaten Bone

Shadine, 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks.

Silbernalg, 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC

Tapan, 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tobing, 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

Yayan Ajuz, 2012. Anatomi Pankreas. http://yayanajuz.com (Online) Diakses 26 Juni 2014.




 
 


 KATA PENGANTAR
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl029yQcluvwtLpvApDVrw7NL-6WUYRxHgObpXy9wgfIyzL8CX5YDysIae9k4v12rnHuhwx167ycZYT3yznURvaur2BPD3-XDeJQeQ8cZ8wn-hf3zDZJR1uUIxtUJdaSpPMWpQaTj6QNE/s1600/Basmalah16.jpg

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Diabetes Mellitus”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 29  April  2015

                                                                                                         Penyusun


i
 
 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang .............................................................................................1
B.       Rumusan Masalah ........................................................................................1
C.       Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Pengertian......................................................................................................3
B.        Penyebab.......................................................................................................6
C.        Insiden...........................................................................................................8
D.       Patofisiologi..................................................................................................8
E.        Tanda dan Gejala.........................................................................................10
F.         Komplikasi .................................................................................................11
G.       Test  Diagnostik .........................................................................................12
H.       Penatalaksanaan Medis...............................................................................14
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan ................................................................................................18
B.       Saran ...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
 
 


MAKALAH

DIABETES MELLITUS (DM)





OLEH :

NAMA : SURDIANA
NIM : 208201411













AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU
B  O  N  E


 
2015

No comments:

Post a Comment