BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah
penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin
baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah
mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat
di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes
mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi
penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan
ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes (http://health.liputan6.com.
Diakses 25 April 2015).
|
Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur,
namun mulai umur
≥ 65 tahun
cenderung menurun. (Kemenkes, 2013).
Menurut data
yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012,
prevalensi penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit khususnya Diabetes
Mellitus menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (43,62%) yang
mana penyakit DM sebanyak 27,64%.
(Dinkes Sulsel, 2012).
Melihat latar
belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang berjudul Diabetes Mellitus.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Apa definisi dan penyebab dari
gangren?
2.
Apa definisi dan penyebab dari
diabetes melitus?
3.
Bagaimana patofisiologi
diabetes melitus?
4.
Bagaimana tanda dan gejala
diabetes melitus?
5.
Bagaimana penatalaksanaan
diabetes melitus?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya yaitu :
1.
Mengetahui definisi dan
penyebab dari gangren.
2.
Mengetahui definisi dan
penyebab dari diabetes melitus.
3.
Mengetahui patofisiologi
diabetes melitus.
4.
Mengetahui tanda dan gejala
diabetes melitus.
5.
Mengetahui penatalaksanaan
diabetes melitus.
|
BAB II
PEMBAHASAN
A
A.
Pengertian
1.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Smeltzer, 2002).
2.
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
3.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan
multifaktorial yang dicirikan dengan dengan hiperglikemia
dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009).
4.
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom
defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas kerja insulin atau
keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2008).
5.
Arti Diabetes Mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah
madu. Kata ini digunakan karena pada pasien Diabetes
Mellitus, meningginya kadar gula darah termanifestasi juga dalam air seni.
Ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi (Tobing, 2008).
6.
Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah secara
terus-menerus (kronis) akibat
kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2005).
7.
Diabetes Mellitus Merupakan penurunan kemampuan tubuh untuk
berespons terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pankreas (Baughman, 2000).
8.
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah di atas nilai normal (Kemenkes, 2013).
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah oleh Smeltzer (2002),
dijelaskan bahwa klasifikasi Diabetes
Mellitus adalah sebagai berikut:
1.
DM tipe I : Diabetes
Mellitus tergantung insulin atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
2.
DM tipe II : Diabetes
Mellitus tidak tergantung insulin atau Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
3.
Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau
sindrom lain atau diabetes sekunder.
4.
Diabetes
Mellitus gestasional atau Gestasional Diabetes
Mellitus (GDM).
B. Penyebab
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut
Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut :
1.
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta.
a.
Faktor Genetik
Penderita
Diabetes
Mellitus tidak mewarisi
Diabetes Tipe I itu
sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b.
Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada
saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda
klinis Diabetes Tipe I.
c.
Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie
B4, gondongan (mumps), rubella,
sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat
pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
2.
Diabetes Tipe II
Mekanisme
yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada Diabetes Tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini
adalah:
a.
Usia (resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.
Obesitas
c.
Riwayat keluarga
d.
Kelompok etnik
(di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
C.
Insiden
Penyakit degeneratif
telah menjadi epidemi yang meluas di berbagai negara di seluruh dunia.
Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun. Indonesia
sebagai negara berkembang, merupakan salah satu negara dengan prevalensi
penyakit degeneratif meningkat paling cepat, khususnya penyakit diabetes.
Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah
150-200 orang setiap hari. Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita
diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus
meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang usia produktif di
perkotaan (http://digilib.itb.ac.id
di akses 26 April 2015)
D.
Patofisiologi
1.
Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat
kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari
luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme
autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas
diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan
pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi
sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka
produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak
akan dapat memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka
akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab
tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007).
2.
Tipe
II
Pada DM tipe II (DM yang tidak
tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga
saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini,
disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin
relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar.
Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target
memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM
tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi
genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan
konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan
penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi
insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi
menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan
pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah
adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali,
pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di
identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II.
Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan
rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi
genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan
sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme
glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat
dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa
disertai gangguan
metabolisme lemak (Silbernalg, 2007).
E.
Tanda dan Gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan
kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180
mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda
dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1.
Jumlah
urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.
Sering
atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.
Lapar
yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.
Frekwensi
urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.
Kehilangan
berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.
Kesemutan/mati
rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.
Cepat
lelah dan lemah setiap waktu
8.
Mengalami
rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.
Apabila
luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi
kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang
anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis (Shadine, 2010).
F.
Komplikasi
Komplikasi penyakit
diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan
pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul
setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut
meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA),
koma non-ketosis hiperosmolar (koma
hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi
mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit
sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh
tersebut menjadi kekurangan suplai) dan dan
komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang
lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2008).
G. Test
Diagnostik
1.
Glukosa darah : Meningkat 200 –
100 mg/dl, atau lebih.
2.
Aseton plasma (keton) : positif
secara mencolok.
3.
Asam
lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4.
Osmolalitas
serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5.
Elektrolit
a.
Natrium
: Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b.
Kalium
: Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan
menurun.
c.
Fosfor : Lebih sering menurun.
6.
Hemoglobin glikosilat :
Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM
yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat
bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
7.
Gas darah arteri : biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis etabolik) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
8.
Trombosit darah : Ht mungkin
meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons
terhadap stres atau infeksi.
9.
Ureum/kreatinin : Mungkin
meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
10.
Amilase darah :
Mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11.
Insulin darah : Mungkin
menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe
II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibody (autoantibody).
12.
Pemeriksaan fungsi tiroid :
peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
13.
Urine
: Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14.
Kultur
dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).
H.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi
vaskuler serta neuropatik.
1.
Diet
Diet dan
pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut:
a.
Memberikan
semua unsur makanan esensial (misalnya,
vitamin, mineral)
b.
Mencapai
dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c.
Memenuhi
kebutuhan energi
d.
Mencegah
fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e.
Menurunkan
kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
2.
Latihan
(olah raga)
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetik karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
3.
Pemantauan
Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan
kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes
jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna
bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk
melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang
dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi
pasien-pasien dengan:
a.
Penyakit
diabetes yang tidak stabil
b.
Kecenderungan
untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
c.
Hipoglikemia
tanpa gejala peringatan
d.
Ambang
glukosa renal yang abnormal
Bagi
penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah
sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet,
dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien
untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II,
pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat
menyebabkan hiperglikemia (misalnya,
keadaan sakit) atau hipoglikemia
(misalnya,
peningkatan aktifias
berlebihan)
4.
Terapi
Insulin
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin
mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang
biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan,
pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori
utama, yaitu:
a.
Insulin
regular (R) / Short acting Insulin
b.
NPH
Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
c.
Ultralente
Insulin (UL) / Long acting Insulin
5.
Pendidikan
/ Penyuluhan
Pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk
menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan
psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah
pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas bersama-sama
dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada
pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang
diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
a.
Perawatan
kaki
b.
Perawatan
mata
c.
Higiene
umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
d.
Penanganan
faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan
kadar glukosa darah) (Smeltzer, 2002).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyakit
Diabetes Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali
faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti
conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak
sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.
B.
Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.
Selalu berhati-hatilah dalam
menjaga pola hidup. Sering berolah raga
dan istirahat yang cukup.
2.
Jaga pola makan anda. Jangan
terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu manis. Karena itu
dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero,
2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
Baughman, 2000. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakrta : EGC.
Christmastuti Nur, 2008. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel
Saliva (Studi Kasus Di Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 26 Juni
2014.
Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2012.
Doenges, 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan : Jakarta.
Liputan6, 2011. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4 Dunia. http://health.liputan6.com (Online) Diakses 25 Juni
2014.
Marrelli,
2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kabupaten Bone
Shadine, 2010. Mengenal Penyakit
Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks.
Silbernalg,
2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC
Tapan,
2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Tobing,
2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.
|
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Diabetes
Mellitus”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman
termasuk kita semua.
Disadari sepenuhnya masih banyak
kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan
pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang
sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah
ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga
apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 29 April 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
........................................................................................1
C.
Tujuan
Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian......................................................................................................3
B.
Penyebab.......................................................................................................6
C.
Insiden...........................................................................................................8
D.
Patofisiologi..................................................................................................8
E.
Tanda
dan Gejala.........................................................................................10
F.
Komplikasi .................................................................................................11
G.
Test
Diagnostik .........................................................................................12
H. Penatalaksanaan Medis...............................................................................14
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................18
B.
Saran
...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
|
MAKALAH
DIABETES MELLITUS (DM)
OLEH :
NAMA : SURDIANA
NIM : 208201411
AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU
B O N E
|
2015
No comments:
Post a Comment