MAKALAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SISTEM KARDIOVASKULER
“PJK”
OLEH
:
Kelompok III
Nelly Agustina
Dwi Mayu
Fitriani
Irmayanti
Risal Fandi
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PRIMA BONE
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah
ini berjudul Keperawatan Gawat Darurat Penyakit Jantung Koroner (PJK),
kami susun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing. Selain
itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita
semua untuk mengerti metode penelitian serta dalam keperawatan.
Makalah
ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan
yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi
sumber referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua
pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami dari tim penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Watampone,
13 April 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR
ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................ 2
C. Tujuan
Penulisan.................................................................. 2
BAB II.
PEMBAHASAN
1. Definisi............................................................................ 3
2. Etiologi............................................................................ 3
3. Insidensi........................................................................... 5
4. Patofisiologi..................................................................... 5
5. Tanda dan Gejala............................................................. 6
6. Test Diagnostik................................................................ 7
7. Komplikasi....................................................................... 7
8. Prognosis ......................................................................... 8
9. Therapi............................................................................. 8
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................. 10
1. Pengkajian........................................................................ 10
2. Diagnosa Keperawatan.................................................... 19
3. Perencanaan..................................................................... 20
4. Implementasi.................................................................... 25
5. Evaluasi............................................................................ 25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 27
B. Saran.................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Penyakit
jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada
manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan
makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan
hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan.
Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner.
Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan
dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif
karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding
arteri (Yuet Wai Kan, 2000).
Penyakit
jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat
juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO)
telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi
modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika
insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%
(Shivaramakrishna. 2010).
Gambaran
kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian
mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan
pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis
terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York
menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi
baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini
dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan
banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut,
kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi
umum dengan karakteristik jelas.
Penyakit
Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena
penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau
kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Di USA
setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa
diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Hasil survei
yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia
dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat
dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit
infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana
Konsep penyakit jantung koroner (PJK) ?
- Bagaimana
Konsep Askep penyakit jantung koroner
(PJK) ?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk
mengetahui Konsep penyakit jantung
koroner (PJK)
- Untuk
mengetahui Konsep Askep penyakit
jantung koroner (PJK)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Medis
1.
Definisi
Penyakit
jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh
penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung. Penyempitan
arteri koroner dimulai dengan terjadinya atherosclerosis (kekakuan arteri)
maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak (plaque)
pada dinding arteri koroner, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala
(Fitriani, 2011).
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung
iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri
koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain aterosklerosis,
berbagai jenis arteritis, emboli koronaria, dan spasme. Oleh karena
aterosklerosis merupakan penyebab terbanyak (99%) maka pembahasan tentang PJK
pada umumnya terbatas penyebab tersebut (Majid, 2007).
Penyakit
jantung koroner adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan
atau sumbatan pada liang arteri koroner oleh karena proses atherosclerosis.
Pada proses atherosclerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang
sudah terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut (Valentina, 2008).
Penyakit
Jantung Koroner adalah
keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas
oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah coroner ( Huon, 2005).
2.
Etiologi
Secara
spesifik, faktor- faktor
yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner menurut Suharjo
(2008) adalah:
a. Berusia
lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi
kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner.
b. Berusia
lebih dari dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi
(bagi wanita).
Wanita yang telah
mengalami menopause secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih
kerap terkena penyakit jantung koroner apalagi
ketika usia wanita itu telah menginjak usia lanjut.
c. Riwayat
penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit
jantung dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang
tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang buruk dalam segi diet
keluarga.
d. Diabetes.
Kebanyakan penderita
diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena
kondisi komplikasi ke jantung mereka.
e. Merokok.
Merokok telah
disebut-sebut sebagai salah satu faktor resiko utama penyakit jantung koroner.Kandungan
nikotin di dalam rokok dapat merusak endotel pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
f. Tekanan
darah tinggi.
Tekanan darah yang
tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya atherosclerosis coroner
yang merupakan penyebab penyakit jantung coroner.
g. Kegemukan
(obesitas).
Obesitas bias merupakan
manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang
obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal
bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
h. Gaya
hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk
terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang
tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena penyakit jantung kororner.
i.
Stress.
Banyak penelitian yang
sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi
aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
3.
Insidensi
Penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang.
Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya.
Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum
usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung
berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara
berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh
darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus
meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Di Indonesia penyakit jantung dan
pembuluh darah ini terus meningkat dan akan memberikan beban kesakitan,
kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan
negara. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 berdasarkan
diagnosis dokter sebesar 0,5%. Sedangkan berdasarkan diagnosis dokter gejala
sebesar 1,5%. Sementara itu, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.13%.
4.
Patofisiologi
Penyakit
jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh
penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen di
perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine
Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70
% oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut
sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan
jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung
yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan
tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume
darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah
miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang
terjadi.Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan
anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi
kebutuhan oksigen.
Penimbunan
asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai
predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis
laktat mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding
segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan
ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out
put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan
dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau
semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial
adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi
angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Jan, 2005).
5.
Tanda
dan Gejala
Menurut
Suharjo (2008), tanda dan gejala dari penyakit jantung koroner yaitu:
a. Nyeri
dada
b. Sesak
napas
c. Kelelahan
atau kepenatan
d. Palpitasi
e. Pusing
dan pingsan
6.
Test
Diagnostik
Menurut
Marry (2008), pemeriksaan penunjang pada penyakit jantung koroner adalah :
a. ECG
menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
b. Enzym
dan isoenzym pada jantung: CPK-MB
meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
c. Elektrolit:
ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
d. Whole
blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
e. Analisa
gas darah: Menunjukan terjadinya
hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
f. Kolesterol
atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
g. Chest
X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
h. Echocardiogram:
Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing
ruang pada jantung.
i.
Exercise stress
test: Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
7.
Komplikasi
Komplikasi
penyakit jantung coroner yang dapat terjadi antara lain:
a. Serangan
jantung mendadak
b. Gagal
jantung
c. Angina
tidak stabil
d. Kematian
mendadak (Arif, 2009).
8.
Prognosis
Prognosis
pada penyakit jantung koroner tergantung dari beberapa hal yaitu:
1.
Wilayah yang terkena oklusi
2.
Sirkulasi kolateral
3.
Durasi atau waktu oklusi
4.
Oklusi total atau parsial
5.
Kebutuhan oksigen miokard
Berikut prognosis pada penyakit jantung
koroner:
1.
25% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit
2.
Total mortalitas 15-30%
3.
Mortalitas pada usia < 50 tahun 10-20%
4.
Mortalitas usia > 50 tahun sekitar 20%
9.
Terapi
Menurut
Lilik (2009), penatalaksanaan pada
pasien penyakit jantung koroner yaitu:
a. Umum
1) Penjelasan
mengenai penyakitnya; pasien biasanya tertekan, khawatir terutama untuk
melakukan aktivitas.
2) Pasien
harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan sekarang
3) Pengendalian
faktor risiko
4) Pencegahan sekunder.
Karena umumnya sudah
terjadi arteriosklerosis di pem-buluh darah lain, yang akan berlangsung terus,
obat pencegahan diberikan untuk menghambat proses yang ada. Yang sering dipakai
adalah aspirin dengan dosis 375 mg,160 mg,80mg.
5) Penunjang
yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar tak terjadi iskemia
yang lebih berat sampai infark miokardium.Misalnya diberi O2.
b. Mengatasi
penyakit jantung koroner
1) Medikamentosa
a) Nitrat
(N),yang dapat di berikan
parenteral, sublingual, buccal, oral, trans dermal dan ada yang dibuat lepas
lambat.Yang terdiri dari Gliseral Trinitrat(GTN) dan Isosorbid 5 Mononitrat
(ISMN).
b) Berbagai
jenis penyekat beta untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Ada yang bekerja cepat
seperti pindolol dan pro-panolol.Ada yang bekerja lambat seperti sotalol dan
nadolol. Ada beta 1 selektif seperti asebutolol, metoprolol dan atenolol.
c) Antagonis
Calsium (Ca A),juga terdiri dari beberapa jenis baik dgunakan secara oral
maupun parenteral.Umumnya obat-obatan ini mengurangi kebutuhan O2 dan menambah
masuk (dilatasi koroner),ada yang menurunkan HR seperti Verapamil dan
diltiazem.Efek samping Utamanya seperti sakit kepala,edema kaki,bradikardia
sampai blokade jantung dan lain-lain.Obat-obat tersebut dapat diberikan
sendiri-sendiri atau kombinasi (2 atau 3 macam) bila diperlukan.
2) Revaskularisasi
a) Pemakaian
trombolitik,biasanya pada PJK akut seperti IJA.Rekanalisasi dengan tromobolitik
paling sering dilakukan pada PJK aktif terutama IMA.
b) Prosedur
invasif non operatif, yaitu melebarkan arteria coronaria dengan balon.
c) Oprasi
(Coronary Artery Surgery CAS).
Beberapa macam Oprasi
adalah sebagai berikut.
(1) Operasi
Pintas Koroner (CABG)
(2) Vena
Saphena (Saphenous Vein)
B.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
Pada
asuhan keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan secara umum. Proses keperawatan diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah dan sistematis untuk memberikan ashan keperawatan terhadap
semua orang. Proses keperawatan adalah suatu pendekatanuntuk pemecahan masalah
yang memungkinkan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan.
Tujuan proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang
diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang berpusat
pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai
hasil dan tujuan klien yang diharapkan (Asmadi,
2008).
Langkah-langkah
proses keperawatan dibagi 5 tahap yaitu:
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama
dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Asmadi, 2008).
Pengkajian dapat dilakukan persistem
tubuh dengan menggunakan 4 metode yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
Dalam pengkajian yang dilakukan dalam
tahapanya meliputi:
a. Pengumpulan
Data
Data yang dikaji adalah
sebagai berikut :
1)
Biodata
a) Identitas
klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnose medis, pekerjaan dan alamat.
b) Identitas
penamggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat
serta hubungan dengan klien.
2)
Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan
utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling
dirasakan klien sehingga mendorong pasien untuk mencari pertolongan
medis.Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi
keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi
kesehatannya saat ini. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien penyakit
jantung koroner adalah nyeri dada, sesak napas, pusing, kelelahan atau mudah
cak dan jantung berdebar-debar (Paula, 2009).
(2) Riwayat
keluhan utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan
pengkajian serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat ini,
dengan menggunakan konsep PQRST.
P
|
:
|
(Paliatif/provokatif),
Apakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan serta memberatkan keluhan. Pada penderita penyakit jantung koroner
biasanya disebabkan oleh kelebihan beraktifitas.
|
Q
|
:
|
(Quality/Kwantity), Seberapa berat keluhan dan
bagaimana rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul. Pada penderita
penyakit jantung koroner keluhan yang dirasakan nyeri terus menerus.
|
R
|
:
|
(Region/Radiation), Lokasi keluhan dirasakan dan juga
arah penyebaran keluhan sejauh mana.Pada penderita
penyakit jantung koroner nyeri biasanya dirasakan pada daerah dada.
|
S
|
:
|
(Scale/Severity),
Intensitas keluhan yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak. Pada
penderita penyakit jantung koroner skala nyeri dirasakan
|
T
|
:
|
(Timing), Kapan keluhan dirasakan, seberapa
sering, apakah berulang-ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
Pada penderita penyakit jantung koroner, keluhan dirasakan saat melakukan
aktivitas (Arif, 2008).
|
b)
Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, apakah
klien pernah menderita penyakit yang sama atau perlu dikaji apakah klien pernah
mengalami penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan
akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi.
c)
Riwayat kesehatan
keluarga
Kaji dengan menggunakan genogram, adakah
anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa dengan klien atau penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM.
3)
Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan
fisik dilakukan secara head to toe dan
didokumentasikan secara persistem yang meliputi:
a) Keadaan
Umum
Biasanya Klien
dengan penyakit jantung koroner akan
datang dengan adanya keluhan sesak nafas berat, dengan keadaan umum yang buruk
misalnya dengan tampak sakit berat.
b) Kesadaran
Pada umumnya
tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan yaitu :
(1) Kompos
mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya (GCS 15-14)
(2) Apatis:
keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh (GCS 13-12).
(3) Somnolen:
keadaan kesadaran yang mau tidur saja dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri
akan tetapi jatuh tidur lagi (GCS 11-10).
(4) Delirium:
keadaan kacau motorik seperti memberontak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu (GCS 9-7).
(5) Sopor:
keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan
rangsang nyeri (GCS 9-7).
(6) Koma:
keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan
rangsang apapun (GCS < 7) .
c) Tanda-tanda
Vital
Sebelum
melakukan tindakan lain, yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda vital,
karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lain yang
berkaitan dengan masalah yang terjadi. Tanda-tanda vital terdiri atas empat
pemeriksaan, yaitu:
(1) Tekanan
darah
(2) Pemeriksaan
denyut nadi
(3) Pemeriksaan
suhu
(4) Pemeriksaan
respirasi
d) Pemeriksaan
Persistem
(1) Sistem
pernapasan
Perlu dikaji
mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung, pergerakan
cuping hidung waktu bernapas, kesimetrisan gerakan dada saat bernapas,
auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas. Biasanya pada klien
dengan penyakit jantung koroner didapatkan
pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit, frekuensi napas meningkat serta
pada saat auskultasi didapatkan suara paru ronchi atau wheezing.
(2) Sistem
kardiovaskuler
Mulai dikaji
dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis,
auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan darah, dengan
palpasi dapat dihitung peningkatan frekuensi nadi, adanya hipotensi orthostatik,
ada tidaknya oedema, warna pucat dan sianosis. Pada klien dengan penyakit
jantung koroner dalam pemeriksaan didapatkan bunyi jantung yang bisa normal,
S3/S4/murmur, pulsasi arteri, sianosis perifer dan palpitasi.
(3)
Sistem pencernaan
Kaji keadaan
mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk mengetahui peristaltik usus, adanya
massa atau nyeri tekan. Pada klien dengan penyakit jantung coroner biasanya
didapatkan bising usus yang normal.
(4) Sistem
muskuloskeletal
Kaji derajat
Range Of Montion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak,
toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat
peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi otot. Selain ROM, tonus dan
kekuatan tonus harus dikaji. Pada penderita penyakit jantung koroner akan
ditemukan kelemahan umum dan penurunan toleransi terhadap aktifitas.
(5) Sistem Integumen
Kaji keadaan
kulit, rambut dan kuku. Pemerikasaan kulit meliputi tekstur, kelembaban,
turgor, warna dan fungsi
perabaan.
(6) Sistem
indera
(a)
Mata : Di kaji mulai
dari adanya nyeri tekan atau tidak, adanya konjungtiva anemis atau tidak,
sclera ikterus atau tidak, kelopak mata cekung atau tidak. Pada klien yang
mengalami sesak berat biasanya dijumpai anemis pada konjungtiva, ketajaman
penglihatan berkurang dan penurunan lapang pandang.
(b)
Telinga
Dikaji mulai
dari kebersihan telinga, simetris atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak, dilakukan
tes pendengaran.
(c)
Hidung
Kaji apakah ada pernafasan
cuping hidung, defiasi septum, kepatenan hidung (jika nares posterior mem-besar
menunjukan adanya distress pernafasan).
(d)
Mulut
Di kaji mulai dari
kebersihan mulut, sianosis atau tidak, bibir pecah – pecah atau tidak..
(7) Sistem
saraf
Sistem neurosensori
yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi sensori, serta
fungsi reflex. Pada
klien dengan penyakit jantung koroner mengalami pusing dan kadang
mengalami syncope.
(8) Sistem
perkemihan
Kaji ada
tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan palpasi
pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji
tentang keadaan alat-alat genitourinari bagian luar mengenai bentuknya, ada
tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran urinnya, lancar
atau ada nyeri sewaktu miksi, serta bagaimana warna urinnya.
(9) Sistem
imun
Dikaji adanya
nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah bening,
ada riwayat alergi atau tidak.
(10) Sistem
reproduksi
Kaji
bagaimana system reproduksi klien mengenai
kebersihan vulva dan perineum, Pada klien dengan penyakit
jantung koroner cenderung
ditemukan adanya penurunan libido akibat intoleransi terhadap aktivitas.
4)
Pola Aktivitas Sehari –
Hari
a) Nutrisi
Pada penderita penyakit jantung koroner mengalami masalah
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan dan kehilangan
sensasi kecap.
b) Eliminasi
(BAB dan BAK)
Pada klien dengan penyakit jantung koroner akan
terjadi penurunan eliminasi BAK dan BAB akibat dari menurunya intake nutrisi.
c) Istrahat
dan Tidur
Istrahat tidur terganggu akibat adanya nyeri.
d) Personal
Hygiene
Biasanya mengalami gangguan pemenuhan ADL akibat
adanya nyeri dada.
5)
Data Psikologis
Menurut Nursalam
(2008), data psikologis
mencakup :
a) Status
emosi
Klien
menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba klien menjadi
mudah tersinggung.
b) Konsep
Diri
(1) Body
image: mengkaji pandangan klien terhadap keadaan fisiknya saat ini, apakah
klien merasa terganggu dengan keadaannya saat ini?
(2) Ideal:
kaji keadaan yang diinginkan klien dan sesuatu yang menjadi harapan dari
cita-citanya?
(3) Harga
diri: kaji apakah klien pada saat ini merasa malu atau bagaimana penilaian
pribadi klien tentang hasil yang dicapai dan seberapa jauh perilaku klien dalam
memenuhi ideal dirinya?.
(4) Peran:
kaji bagaimana pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan
individu berdasarkan posisinya di masyarakat?
6)
Data Sosial
Perlu dikaji tentang tidak
tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika di rumah atau di rumah sakit.
Klien biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan lingkungan
sekitarnya.
7)
Data Spritual
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu
bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit.Perlu pula dikaji keyakinan klien
tentang keembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana
persepsi klien tentang penyakitnya serta siapa yang menjadi pendorong dan
memotivasi bagi kesembuhan klien.
8)
Data Penunjang
(a) ECG
menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
(b) Enzym
dan isoenzym pada jantung: CPK-MB
meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
(c) Elektrolit:
ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
(d) Whole
blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
(e) Analisa
gas darah: Menunjukan terjadinya
hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
(f) Kolesterol
atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
(g) Chest
X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
(h) Echocardiogram:
Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing
ruang pada jantung.
(i) Exercise
stress test: Menunjukan kemampuan
jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
b. Pengelompokan
Data
Pengelompokkan
data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien
mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahannya.Setelah dapat dikelompokkan, maka perawat dapat
mengidentifikasi masalah keperawatan klien dengan merumuskannya.Adapun
data-data yang muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif (Marelli, 2008).
c. Analisa
Data
Analisa
data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang
dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian. Menginterprestasikan
data atau membandingkan dengan standar fisiologis setelah dianalisa, maka akan
didapat penyebab terjadinya masalah pada klien (Nursalam,
2008).
Analisa data terdiri dari :
1)
Problem
yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan
2)
Etiologi
yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah keperawatan
3)
Symptom
yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu masalah.
d. Prioritas
masalah
Prioritas masalah dituliskan dalam urutan tertentu untuk
memudahkan pengurutan diagnosa keperawatan berkaitan yang dipilih, yang tersaji
dalam pedoman perawatan. Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan
kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi
yaitu:
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan
yang menguraikan respon insani (status kesehatan atau perubahan pola interaksi
aktual potensial) individu atau kelompok yang perawat dapat membuat intervensi
yang pasti demi kelestarian status kesehatan atau mengurangi, menghilangkan
atau mencegah perubahan-perubahan (Carpenito, 2009).
Adapun diagnosa keperawatan
yang dapat muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner menurut Doengoes (2005) adalah:
a. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri koronaria.
b. Intoleransi
aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
adanya jaringan yang nekrotik dan iskemiapada miokard.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman
terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
d. Resiko
terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate,
irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
e. Resiko
terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan
darah, hipovolemia.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang.
3.
Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai intervensi keperawatan
yang direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga pasien
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (Doengoes, 2005).
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri
koronaria.
Tujuan
|
:
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam klien di harapkan
mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya
penurunan tekanan dan cara berelaksasi
|
Kriteria hasil
|
:
|
Nyeri dada hilang
|
Intervensi :
1)
Monitor dan kaji karakteristik
dan lokasi nyeri.
Rasional
|
:
|
Variasi
penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
|
2)
Monitor tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
Rasional
|
:
|
Mengetahui respon klien
terhadap nyeri yang dirasakan klien.
|
3)
Anjurkan pada pasien agar segera
melaporkan bila terjadi nyeri dada.
Rasional
|
:
|
Membantu
mengatasi nyeri semaksimal mungkin.
|
4)
Kolaborasi dalam : Pemberian
oksigen dan obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesik).
Rasional
|
:
|
Meningkatkan jumlah oksigen
yang ada untuk pemakaian miokardia dan mengurangi ketidaknyamanan sehubungan
dengan iskemia jaringan.
|
5)
Berikan obat sesuai indikasi (antiangina)
Rasional
|
:
|
Obat antiangina untuk kontrol
nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang meningkatkan aliran darah
koroner dan perfusi miokardia.
|
b.
Intoleransi aktivitas
berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya
jaringan yang nekrotik dan iskemiapada miokard.
Tujuan
|
:
|
Setelah
di lakukan tindakan perawatan selama 3 x
24 jam, klien menunjukkan peningkatan kemampuan
dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal), tidak adanya angina
|
Kriteria hasil
|
:
|
Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang bisa diukur.
|
. Intervensi
:
1) Catat
irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
Rasional
|
:
|
kecenderungan
menentukan respon pasien terhadap aktifitas dan dapat dapat mengindikasikan penurunan
oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktifitas.
|
Rasional
|
:
|
Menurunkan kerja
miokardia untuk konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi.
|
3) Anjurkan
pada pasien agar tidak mengedan pada saat buang air besar (BAB).
Rasional
|
:
|
Aktifitas yang
memerlukan menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan tekanan darah.
|
4) Jelaskan
pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
Rasional
|
:
|
Aktifitas yang
tinggi memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan bmencegah
aktifitas berlebihan.
|
c.
Ansietas berhubungan dengan
krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status
kesehatan.
Tujuan
|
:
|
Setelah
di lakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, ansietas dapat teratasi.
|
Kriteria hasil
|
:
|
-
Menyatakan penurunan ansietas
-
Mendemonstrasikan keterampilan
pemecahan masalah positif.
-
Mengidentifikasi sumber secara
cepat.
|
Intervensi
:
1)
Identifikasi dan
ketahui persepsi pasien terhadap ancaman
Rasional
|
:
|
Koping terhadap nyeri dan trauma emosi.
|
2)
Catat adanya
kegelisahan, menolak dan menyangkal.
Rasional
|
:
|
Penelitian menunjukkan beberapa hubungan antara derajat
ansietas dengan ekspresi marah atau gelisah.
|
3)
Kaji tanda verbal dan non verbal.
Rasional
|
:
|
Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan kontrol terhadap
perilakunya sendiri.
|
4)
Dorong pasien atau orang terdekat
untuk mengkomunikasikan berbagai pertanyaan dan masalah.
Rasional
|
:
|
Berbagai informasi membentuk dukungan dan dapat
menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
|
5)
Berikan privasi untuk pasien dan
orang terdekat.
Rasional
|
:
|
Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi.
|
d.
Resiko terjadinya
penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama,
konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan
|
:
|
Tidak
terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
|
Kriteria hasil
|
:
|
Nyeri dada hilang
|
Intervensi
:
1) Lakukan
pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk
dan tiduran jika memungkinkan).
Rasional
|
:
|
Hipotensi terjadi sehubungan disfungsi ventrikel,
hipoperfusi miokardia dan rangsangan vagal.
|
2) Kaji
kualitas nadi.
Rasional
|
:
|
Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya
kekuatan nadi..
|
3) Auskultasi
suara nafas.
Rasional
|
:
|
Krekels menunjukkan adanya kongesti paru yang mungkin
terjadi akibat adanya penurunan fungsi miokardium.
|
4) Sajikan
makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
Rasional
|
:
|
Kafein adalah perangsang langsung pada jantung yang
dapat meningkatkan kontraksi jantung.
|
Rasional
|
:
|
Antisipasi terhadap ancaman disritmia yang sering
mengancam secara profilaksis.
|
e. Resiko
terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan
darah, hipovolemia.
Tujuan
|
:
|
Selama
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, tidak terjadi
penurunan perfusi jaringan
|
Kriteria hasil
|
:
|
-
Perfusi jaringan
menjadi adekuat
-
Kulit hangat dan
kering
-
Nadi perifer teraba
-
Tanda-tanda
vital dalambatas normal
-
Tidak ada nyeri
|
Intervensi :
1)
Pantau adanya
pucat,sianosis,kulit dingin/lembab,catat kekuatan nadi perifer.
Rasional
|
:
|
Vasokonstriksi
sistemik di akibatkan oleh penurunan curah jantung
|
2)
Kaji tanda hormon (nyeripada
betis dengan posisi dorsolfleksi),eritema,edema.
Rasional
|
:
|
Indikator trombosis vena dalam.
|
3)
Pantau pernapasan,catat
kerja pernapasan
Rasional
|
:
|
Pompa jantung gagal
dapat mencetuskan distres pernapasan
|
4)
Catat pemasukan dan
catat perubahan haluan urine.
Rasional
|
:
|
Penurunan pernapasan
dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi,yang berdampak negatif pada
poerfusi dan fungsi organ.
|
5)
Berikan obat sesuai
indikasi,misalnya heparin,natrium wafarin,
Rasional
|
:
|
Untuk menurunkan
resiko tromboflebitis atau pembentukan trombus mural.
|
f. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang.
Tujuan
|
:
|
Selama
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam beberapa hari kurang
pengetahuan teratasi.
|
Kriteria hasil
|
:
|
Menyatakan peahaman tentang penyakit jantung.
|
Intervensi
:
1) Kaji
tingkat pengetahuan pasien
Rasional
|
:
|
Perlu untuk pembuatan rencana intruksi individu
|
2) Berikan
informasi dalam bentuk yang bervariasi
Rasional
|
:
|
Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan
penyerapan materi.
|
3) Beri
penguatan penjelasan faktor resiko.
Rasional
|
:
|
Memberikan kesempatan
pada pasien
untuk mencakup informasi dalam program rehabilitasi.
|
4) Beri
tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada
Rasional
|
:
|
Evaluasi berkala/intervensi dapat mencegah
komplikasi.
|
4. Implementasi
Implementasi adalah
pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan meliputi tindakan-tindakan
yang telah direncanakan, melaksanakan anjuran–anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan rumah sakit. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang
telah ditetapkan dengan harapan mengatasi masalah yang dihadapi klien. Catatan
yang dibuat dalam implementasi merupakan sumber yang ditujukan untuk evaluasi
keberhasilan tindakan perawatan yang telah direncanakan sebelumnya (Hidayat,
2009).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan
akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai
pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari
hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang
menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan
efek dari tindakan yang diberikan pada klien (Hidayat, 2009).
Dalam evaluasi, proses
perkembangan klien dinilai selama 24 jam terus menerus yang ditulis dalam
bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis oleh perawat jaga sebelum
mengakhiri jam dinasnya (Hidayat, 2009).
Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif
klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang
dilaksanakan.
A :
Analisa ulang atas
data subyektif dan
data obyektif untuk
menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon
Adapun yang dievaluasi
adalah sebagai berikut:
a. Apakah
nyeri teratasi ?
b. Apakah
intoleransi aktivitas teratasi ?
c. Apakah ansietas teratasi?
d. Apakah perubahan curah jantung teratasi?
e. Apakah perubahan perfusi jaringan teratasi?
f. Apakah
kurang pengetahuan teratasi?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan
keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung
secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain
adalah gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), riwayat PJK pada
keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit
jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan
kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari
stress kerja.
Kadar
kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada
pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu
kiranya melakukan control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis
makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu
dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan
metabolisme.
B. Saran
Penyakit
Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada usia
lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit jantung
dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini
maka kita harus mualai dengan berperilaku hidup sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical
Workers and Managers.
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC.
Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati.
(2013). Penelitian Tentang Perbedaan
Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.
Corwin J. Elizabeth, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3,
Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian
Rakyat, Jakarta.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati Penyakit
Jantung. Jakarta: Pustaka Swara
Doenges,
Marilynn E. 2005. Nursing Diagnosis
Manual. Philadelphia: Davis Company
Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin.
(2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan
Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner.
Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.
Majid, Abdul. (2007). Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan
Terkini. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Sivaramakrishna, R., 2000. Powell American Journal of Roentgenology,
175, 4551
Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung.
Universitas Diponegoro.
Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda,
Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan
Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner
No comments:
Post a Comment