Tuesday 19 December 2017

makalah ASKEP GADAR PENYAKIT JANTUNG KORONER

MAKALAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SISTEM KARDIOVASKULER
“PJK”




OLEH :
Kelompok III

*             Nelly Agustina
*             Dwi Mayu Fitriani
*             Irmayanti
*             Risal Fandi



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PRIMA BONE

2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Keperawatan Gawat Darurat Penyakit Jantung Koroner (PJK), kami susun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti metode penelitian serta dalam keperawatan.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami dari tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.


Watampone, 13  April  2017

       Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................               i
DAFTAR ISI...............................................................................................               ii
BAB   I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.....................................................................               1
B.     Rumusan Masalah................................................................               2
C.     Tujuan Penulisan..................................................................               2
BAB  II.    PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Medis............................................................               3
1.   Definisi............................................................................               3
2.   Etiologi............................................................................               3
3.   Insidensi...........................................................................               5
4.   Patofisiologi.....................................................................               5
5.   Tanda dan Gejala.............................................................               6
6.   Test Diagnostik................................................................               7
7.   Komplikasi.......................................................................               7
8.   Prognosis .........................................................................               8
9.   Therapi.............................................................................               8
B.     Konsep Asuhan Keperawatan .............................................               10
1.   Pengkajian........................................................................               10
2.   Diagnosa Keperawatan....................................................               19
3.   Perencanaan.....................................................................               20
4.   Implementasi....................................................................               25
5.   Evaluasi............................................................................               25
BAB  III  PENUTUP
A.    Kesimpulan..........................................................................               27
B.     Saran....................................................................................               27
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2000).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif.

B.  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Konsep penyakit jantung koroner  (PJK)  ?
  2. Bagaimana Konsep Askep penyakit jantung koroner  (PJK)  ?

C.  Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui  Konsep penyakit jantung koroner  (PJK) 
  2. Untuk mengetahui  Konsep Askep penyakit jantung koroner  (PJK) 












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Medis
1.      Definisi
Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyempitan arteri koroner dimulai dengan terjadinya atherosclerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak (plaque) pada dinding arteri koroner, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala (Fitriani, 2011).
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain aterosklerosis, berbagai jenis arteritis, emboli koronaria, dan spasme. Oleh karena aterosklerosis merupakan penyebab terbanyak (99%) maka pembahasan tentang PJK pada umumnya terbatas penyebab tersebut (Majid, 2007).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau sumbatan pada liang arteri koroner oleh karena proses atherosclerosis. Pada proses atherosclerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut (Valentina, 2008).  
Penyakit Jantung Koroner adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah coroner ( Huon, 2005).
2.      Etiologi
Secara spesifik, faktor- faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner menurut Suharjo (2008) adalah:
a.       Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner.
b.      Berusia lebih dari dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah mengalami menopause secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usia lanjut.
c.       Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang buruk dalam segi diet keluarga.
d.      Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
e.       Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor resiko utama penyakit jantung koroner.Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak endotel pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
f.       Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya atherosclerosis coroner yang merupakan penyebab penyakit jantung coroner.
g.      Kegemukan (obesitas).
Obesitas bias merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.

h.      Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena penyakit jantung kororner.
i.        Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
3.      Insidensi
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah ini terus meningkat dan akan memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan negara. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5%. Sedangkan berdasarkan diagnosis dokter gejala sebesar 1,5%. Sementara itu, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.13%.
4.      Patofisiologi
Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Jan, 2005).
5.      Tanda dan Gejala
Menurut Suharjo (2008), tanda dan gejala dari penyakit jantung koroner yaitu:
a.    Nyeri dada
b.   Sesak napas
c.    Kelelahan atau kepenatan
d.   Palpitasi
e.    Pusing dan pingsan
6.      Test Diagnostik
Menurut Marry (2008), pemeriksaan penunjang pada penyakit jantung koroner adalah :
a.       ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
b.      Enzym dan isoenzym pada jantung:  CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
c.       Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
d.      Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
e.       Analisa gas darah:  Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
f.       Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
g.      Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
h.      Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
i.        Exercise stress test:  Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
7.      Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung coroner yang dapat terjadi antara lain:
a.       Serangan jantung mendadak
b.      Gagal jantung
c.       Angina tidak stabil
d.      Kematian mendadak  (Arif, 2009).
8.         Prognosis
Prognosis pada penyakit jantung koroner tergantung dari beberapa hal yaitu:
1.        Wilayah yang terkena oklusi
2.        Sirkulasi kolateral
3.        Durasi atau waktu oklusi
4.        Oklusi total atau parsial
5.        Kebutuhan oksigen miokard
Berikut prognosis pada penyakit jantung koroner:
1.        25% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit
2.        Total mortalitas 15-30%
3.        Mortalitas pada usia < 50 tahun 10-20%
4.        Mortalitas usia > 50 tahun sekitar 20%
9.      Terapi
Menurut Lilik (2009), penatalaksanaan pada pasien penyakit jantung koroner yaitu:
a.       Umum
1)      Penjelasan mengenai penyakitnya; pasien biasanya tertekan, khawatir terutama untuk melakukan aktivitas.
2)      Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan sekarang
3)      Pengendalian faktor risiko
4)      Pencegahan sekunder.
Karena umumnya sudah terjadi arteriosklerosis di pem-buluh darah lain, yang akan berlangsung terus, obat pencegahan diberikan untuk menghambat proses yang ada. Yang sering dipakai adalah aspirin dengan dosis 375 mg,160 mg,80mg.
5)      Penunjang yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar tak terjadi iskemia yang lebih berat sampai infark miokardium.Misalnya diberi O2.
b.      Mengatasi penyakit jantung koroner
1)      Medikamentosa
a)      Nitrat (N),yang dapat di berikan parenteral, sublingual, buccal, oral, trans dermal dan ada yang dibuat lepas lambat.Yang terdiri dari Gliseral Trinitrat(GTN) dan Isosorbid 5 Mononitrat (ISMN).
b)      Berbagai jenis penyekat beta untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Ada yang bekerja cepat seperti pindolol dan pro-panolol.Ada yang bekerja lambat seperti sotalol dan nadolol. Ada beta 1 selektif seperti asebutolol, metoprolol dan atenolol.
c)      Antagonis Calsium (Ca A),juga terdiri dari beberapa jenis baik dgunakan secara oral maupun parenteral.Umumnya obat-obatan ini mengurangi kebutuhan O2 dan menambah masuk (dilatasi koroner),ada yang menurunkan HR seperti Verapamil dan diltiazem.Efek samping Utamanya seperti sakit kepala,edema kaki,bradikardia sampai blokade jantung dan lain-lain.Obat-obat tersebut dapat diberikan sendiri-sendiri atau kombinasi (2 atau 3 macam) bila diperlukan.
2)      Revaskularisasi
a)      Pemakaian trombolitik,biasanya pada PJK akut seperti IJA.Rekanalisasi dengan tromobolitik paling sering dilakukan pada PJK aktif terutama IMA.
b)      Prosedur invasif non operatif, yaitu melebarkan arteria coronaria dengan balon.
c)      Oprasi (Coronary Artery Surgery CAS).
Beberapa macam Oprasi adalah sebagai berikut.
(1)   Operasi Pintas Koroner (CABG)
(2)   Vena Saphena (Saphenous Vein)
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pada asuhan keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara umum. Proses keperawatan diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah dan sistematis untuk memberikan ashan keperawatan terhadap semua orang. Proses keperawatan adalah suatu pendekatanuntuk pemecahan masalah yang memungkinkan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Tujuan proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan (Asmadi, 2008).
Langkah-langkah proses keperawatan dibagi 5 tahap yaitu:
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Asmadi, 2008).
Pengkajian dapat dilakukan persistem tubuh dengan menggunakan 4 metode yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dalam pengkajian yang dilakukan dalam tahapanya meliputi:
a.       Pengumpulan Data
Data yang dikaji adalah sebagai berikut :
1)        Biodata
a)      Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnose medis, pekerjaan dan alamat.
b)      Identitas penamggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien.

2)        Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
(1)    Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis.Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien penyakit jantung koroner adalah nyeri dada, sesak napas, pusing, kelelahan atau mudah cak dan jantung berdebar-debar (Paula, 2009).
(2)    Riwayat keluhan utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat ini, dengan menggunakan konsep PQRST.
P
:
(Paliatif/provokatif), Apakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan serta memberatkan keluhan.  Pada penderita penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh kelebihan beraktifitas.
Q
:
(Quality/Kwantity), Seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul. Pada penderita penyakit jantung koroner keluhan yang dirasakan nyeri terus menerus.
R
:
(Region/Radiation), Lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan sejauh mana.Pada penderita penyakit jantung koroner nyeri biasanya dirasakan pada daerah dada.
S
:
(Scale/Severity), Intensitas keluhan yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak. Pada penderita penyakit jantung koroner skala nyeri dirasakan 
T
:
(Timing), Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. Pada penderita penyakit jantung koroner, keluhan dirasakan saat melakukan aktivitas  (Arif, 2008).
b)      Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau perlu dikaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi.
c)        Riwayat kesehatan keluarga
Kaji dengan menggunakan genogram, adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa dengan klien atau penyakit keturunan seperti hipertensi, DM.
3)        Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan didokumentasikan secara persistem yang meliputi:
a)      Keadaan Umum
Biasanya Klien dengan penyakit jantung koroner akan datang dengan adanya keluhan sesak nafas berat, dengan keadaan umum yang buruk misalnya dengan tampak sakit berat.
b)      Kesadaran
Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan yaitu :
(1)   Kompos mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya (GCS 15-14)
(2)   Apatis: keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh (GCS 13-12).
(3)   Somnolen: keadaan kesadaran yang mau tidur saja dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi (GCS 11-10).
(4)   Delirium: keadaan kacau motorik seperti memberontak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu (GCS 9-7).
(5)   Sopor: keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri (GCS 9-7).
(6)   Koma: keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang apapun (GCS  < 7) .
c)      Tanda-tanda Vital
Sebelum melakukan tindakan lain, yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda vital, karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan masalah yang terjadi. Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu:
(1)   Tekanan darah
(2)   Pemeriksaan denyut nadi
(3)   Pemeriksaan suhu
(4)   Pemeriksaan respirasi
d)     Pemeriksaan Persistem
(1)   Sistem pernapasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas, kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas. Biasanya pada klien dengan penyakit jantung koroner didapatkan pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit, frekuensi napas meningkat serta pada saat auskultasi didapatkan suara paru ronchi atau wheezing.
(2)   Sistem kardiovaskuler
Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung peningkatan frekuensi nadi, adanya hipotensi orthostatik, ada tidaknya oedema, warna pucat dan sianosis. Pada klien dengan penyakit jantung koroner dalam pemeriksaan didapatkan bunyi jantung yang bisa normal, S3/S4/murmur, pulsasi arteri, sianosis perifer dan palpitasi.
(3)   Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau nyeri tekan. Pada klien dengan penyakit jantung coroner biasanya didapatkan bising usus yang normal.
(4)   Sistem muskuloskeletal
Kaji derajat Range Of Montion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi otot. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus harus dikaji. Pada penderita penyakit jantung koroner akan ditemukan kelemahan umum dan penurunan toleransi terhadap aktifitas.
(5)   Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemerikasaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi
perabaan.
(6)   Sistem indera
(a)    Mata : Di kaji mulai dari adanya nyeri tekan atau tidak, adanya konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterus atau tidak, kelopak mata cekung atau tidak. Pada klien yang mengalami sesak berat biasanya dijumpai anemis pada konjungtiva, ketajaman penglihatan berkurang dan penurunan lapang pandang.
(b)   Telinga
Dikaji mulai dari kebersihan telinga, simetris atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak, dilakukan tes pendengaran.
(c)    Hidung
Kaji apakah ada pernafasan cuping hidung, defiasi septum, kepatenan hidung (jika nares posterior mem-besar menunjukan adanya distress pernafasan).
(d)   Mulut
Di kaji mulai dari kebersihan mulut, sianosis atau tidak, bibir pecah – pecah atau tidak..
(7)   Sistem saraf
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi sensori, serta fungsi reflex. Pada klien dengan penyakit jantung koroner mengalami pusing dan kadang mengalami syncope.
(8)   Sistem perkemihan
Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-alat genitourinari bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran urinnya, lancar atau ada nyeri sewaktu miksi, serta bagaimana warna urinnya.
(9)   Sistem imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.
(10) Sistem reproduksi
Kaji bagaimana system reproduksi klien mengenai kebersihan vulva dan perineum, Pada klien dengan penyakit jantung koroner cenderung ditemukan adanya penurunan libido akibat intoleransi terhadap aktivitas.
4)        Pola Aktivitas Sehari – Hari
a)      Nutrisi
Pada penderita penyakit jantung koroner mengalami masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan dan kehilangan sensasi kecap.
b)      Eliminasi (BAB dan BAK)
Pada klien dengan penyakit jantung koroner akan terjadi penurunan eliminasi BAK dan BAB akibat dari menurunya intake nutrisi.
c)      Istrahat dan Tidur
Istrahat tidur terganggu akibat adanya nyeri.
d)     Personal Hygiene
Biasanya mengalami gangguan pemenuhan ADL akibat adanya nyeri dada.
5)        Data Psikologis
Menurut  Nursalam (2008), data psikologis mencakup :
a)   Status emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.
b)   Konsep Diri
(1)   Body image: mengkaji pandangan klien terhadap keadaan fisiknya saat ini, apakah klien merasa terganggu dengan keadaannya saat ini?
(2)   Ideal: kaji keadaan yang diinginkan klien dan sesuatu yang menjadi harapan dari cita-citanya?
(3)   Harga diri: kaji apakah klien pada saat ini merasa malu atau bagaimana penilaian pribadi klien tentang hasil yang dicapai dan seberapa jauh perilaku klien dalam memenuhi ideal dirinya?.
(4)   Peran: kaji bagaimana pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat?
6)        Data Sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika di rumah atau di rumah sakit. Klien biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan lingkungan sekitarnya.
7)        Data Spritual
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit.Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang keembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya serta siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi bagi kesembuhan klien.
8)        Data Penunjang
(a)    ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
(b)   Enzym dan isoenzym pada jantung:  CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
(c)    Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
(d)   Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
(e)    Analisa gas darah:  Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
(f)    Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
(g)   Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
(h)   Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
(i)     Exercise stress test:  Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
b.      Pengelompokan Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya.Setelah dapat dikelompokkan, maka perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien dengan merumuskannya.Adapun data-data yang muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif (Marelli, 2008).
c.       Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian. Menginterprestasikan data atau membandingkan dengan standar fisiologis setelah dianalisa, maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada klien (Nursalam, 2008).
Analisa data terdiri dari :
1)      Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan
2)      Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah keperawatan
3)      Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu masalah.
d.      Prioritas masalah
Prioritas masalah dituliskan dalam urutan tertentu untuk memudahkan pengurutan diagnosa keperawatan berkaitan yang dipilih, yang tersaji dalam pedoman perawatan. Setelah masalah dianalisa diprioritaskan sesuai dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasi yaitu:
1)      Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2)      Masalah aktual
3)      Masalah potensial atau resiko tinggi.
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang menguraikan respon insani (status kesehatan atau perubahan pola interaksi aktual potensial) individu atau kelompok yang perawat dapat membuat intervensi yang pasti demi kelestarian status kesehatan atau mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan-perubahan (Carpenito, 2009).
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner menurut Doengoes  (2005) adalah:
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemiapada miokard.
c.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
d.      Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
e.       Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
f.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang.
3.      Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai intervensi keperawatan yang direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (Doengoes, 2005).
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.

Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penurunan tekanan dan cara berelaksasi
Kriteria hasil
:
Nyeri dada hilang
Intervensi :
1)   Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
Rasional
:
Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
2)   Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
Rasional
:
Mengetahui respon klien terhadap nyeri yang dirasakan klien.
3)   Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
Rasional
:
Membantu mengatasi nyeri semaksimal mungkin.
4)   Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesik).
Rasional
:
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
5)    Berikan obat sesuai indikasi (antiangina)
Rasional
:
Obat antiangina untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia.
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemiapada miokard.
Tujuan
:
Setelah di lakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam,  klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal), tidak adanya angina
Kriteria hasil
:
Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang bisa diukur.
.      Intervensi :
1)       Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
Rasional
:
kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktifitas dan dapat dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktifitas.
2)       Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
Rasional
:
Menurunkan kerja miokardia untuk konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi.
3)       Anjurkan pada pasien agar tidak mengedan pada saat buang air besar (BAB).
Rasional
:
Aktifitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan tekanan darah.
4)       Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
Rasional
:
Aktifitas yang tinggi memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan bmencegah aktifitas berlebihan.
c.    Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
Tujuan
:
Setelah di lakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, ansietas dapat teratasi.
Kriteria hasil
:
-          Menyatakan penurunan ansietas
-          Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah positif.
-          Mengidentifikasi sumber secara cepat.
    Intervensi :
1)   Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman
Rasional
:
Koping terhadap nyeri dan trauma emosi.
2)   Catat adanya kegelisahan, menolak dan menyangkal.
Rasional
:
Penelitian menunjukkan beberapa hubungan antara derajat ansietas dengan ekspresi marah atau gelisah.
3)   Kaji tanda verbal dan non verbal.
Rasional
:
Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan kontrol terhadap perilakunya sendiri.
4)   Dorong pasien atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan berbagai pertanyaan dan masalah.
Rasional
:
Berbagai informasi membentuk dukungan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
5)   Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.
Rasional
:
Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi.
d.   Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan
:
Tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil
:
Nyeri dada hilang
          Intervensi  :
1)       Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
Rasional
:
Hipotensi terjadi sehubungan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardia dan rangsangan vagal.
2)       Kaji kualitas nadi.
Rasional
:
Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi..
3)       Auskultasi suara nafas.
Rasional
:
Krekels menunjukkan adanya kongesti paru yang mungkin terjadi akibat adanya penurunan fungsi miokardium.
4)       Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
Rasional
:
Kafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat meningkatkan kontraksi jantung.
5)       Kolaborasi dalam : pemeriksaan serial EKG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
Rasional
:
Antisipasi terhadap ancaman disritmia yang sering mengancam secara profilaksis.
e.       Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan
:
Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, tidak terjadi penurunan perfusi jaringan
Kriteria hasil
:
-          Perfusi jaringan menjadi adekuat
-          Kulit hangat dan kering
-          Nadi perifer teraba
-          Tanda-tanda vital dalambatas normal
-          Tidak ada nyeri
Intervensi  :
1)   Pantau adanya pucat,sianosis,kulit dingin/lembab,catat kekuatan nadi perifer.
Rasional
:
Vasokonstriksi sistemik di akibatkan oleh penurunan curah jantung
2)   Kaji tanda hormon (nyeripada betis dengan posisi dorsolfleksi),eritema,edema.
Rasional
:
Indikator trombosis vena dalam.
3)   Pantau pernapasan,catat kerja pernapasan
Rasional
:
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernapasan
4)   Catat pemasukan dan catat perubahan haluan urine.
Rasional
:
Penurunan pernapasan dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi,yang berdampak negatif pada poerfusi dan fungsi organ.
5)   Berikan obat sesuai indikasi,misalnya heparin,natrium wafarin,
Rasional
:
Untuk menurunkan resiko tromboflebitis atau pembentukan trombus mural.
f.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang.
Tujuan
:
Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam beberapa hari kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil
:
Menyatakan peahaman tentang penyakit jantung.
          Intervensi :
1)      Kaji tingkat pengetahuan pasien
Rasional
:
Perlu untuk pembuatan rencana intruksi individu
2)      Berikan informasi dalam bentuk yang bervariasi
Rasional
:
Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi.
3)      Beri penguatan penjelasan faktor resiko.
Rasional
:
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencakup informasi dalam program rehabilitasi.
4)      Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada
Rasional
:
Evaluasi berkala/intervensi dapat mencegah komplikasi.
4.      Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan, melaksanakan anjuran–anjuran dokter dan menjalankan ketentuan rumah sakit. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah ditetapkan dengan harapan mengatasi masalah yang dihadapi klien. Catatan yang dibuat dalam implementasi merupakan sumber yang ditujukan untuk evaluasi keberhasilan tindakan perawatan yang telah direncanakan sebelumnya (Hidayat, 2009).
5.      Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada klien (Hidayat, 2009).
Dalam evaluasi, proses perkembangan klien dinilai selama 24 jam terus menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan yang ditulis oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya (Hidayat, 2009).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S  : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa   ulang   atas  data   subyektif   dan   data   obyektif   untuk
      menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
Adapun yang dievaluasi adalah sebagai berikut:
a.       Apakah nyeri teratasi ?
b.      Apakah intoleransi aktivitas teratasi ?
c.       Apakah ansietas teratasi?
d.      Apakah perubahan curah jantung teratasi?
e.       Apakah perubahan perfusi jaringan teratasi?
f.       Apakah kurang pengetahuan teratasi?

















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.

B.  Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus mualai dengan berperilaku hidup sehat.



DAFTAR PUSTAKA

Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical Workers and Managers.

Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC.

Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.

Corwin J. Elizabeth, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara

Doenges, Marilynn E. 2005. Nursing Diagnosis Manual. Philadelphia: Davis Company

Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.

Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.

Majid, Abdul. (2007). Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sivaramakrishna, R., 2000. Powell American Journal of Roentgenology, 175, 4551

Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung. Universitas Diponegoro.

Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner


No comments:

Post a Comment