Tugas Individu
MAKALAH
BIOLOGI
EKOSISTEM
Oleh:
ANDI RESKI NURFAJILAH
KLS : X MIPA 6
NIS : 8680
SMA NEGERI 4 WATAMPONE
|
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalh ini tepat pada waktunya
yang berjudul EKOSISTEM. Ekosistem merupakan interaksi
antara organism hidup dan lingkungan abiotiknya yang terjadi di dalam suatu
komunitas.
Dengan
selesainya makalah ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah ini.
Watampone, 09 Maret 2017
Penyusun
A.RESKI NURFAJILAH
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................. 2
C. Tujuan
Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem........................................................... 3
B. Tipe-tipe Ekosistem.............................................................. 4
C. Komponen Ekosistem.......................................................... 13
D. Suksesi.................................................................................. 16
E.
Peran Komponen Ekosistem................................................ 17
BAB III.. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 23
B. Saran..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kenyataan bahwa
setiap makhluk hidup tidak mungkin hidup sendiri. Setiap makhluk hidup sangat
dipengaruhi dan memengaruhi lingkungan hidupnya. Hubungan saling memengaruhi
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya ini dipelajari dalam ilmu
ekologi. Mula-mula Geoffrey St.Hilaire tahun menggunakan istilah ekologi
untuk mempelajari hubungan antara organisme hidup dalam keluarganya atau
masyarakatnya dengan lingkungan alamnya. Kemudian pada tahun St George
Jackson Milvart memperkenalkan istilah hexicology dan tahun Ernest
Haeckel mengemukakan istilah ekologi. (Riana Yani, 2009)
Ekologi,
berasal dari bahasa Yunani oikos artinya rumah tempat hidup dan logos artinya
ilmu, sehingga ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi di antara
makhlukmakhluk baik di rumahnya, di tempat tinggalnya, di alamnya, atau di
lingkungan hidupnya. Makhluk hidup dan lingkungannya
dapat dipandang sebagai satu kesatuan atau sistem. Sistem ini mengandung arti
sebagai suatu kesatuan komponenkomponen yang saling berhubungan secara
fungsional dan kaitmengait secara teratur. Sistem yang demikian disebut biosistem.
Seluruh biosistem yang ada di alam di sebut biosfer. (Riana Yani, 2009)
Bayangkan
kalian sedang duduk di tepi sawah, memandang hamparan nan luas dengan padi yang
mulai tumbuh. Betapa indah pemandangan itu. Air yang melimpah memudahkan petani
yang sedang bekerja. Di dekatnya, diantara tanaman padi, terdapat berbagai jenis
hewan seperti katak, ular, ikan, belalang, burung, dan sebagainya. Terdapat
pula berbagai jenis rumput dan tumbuhan lain yang seringkali dianggap sebagai
gulma. Sawah, air, tumbuhan, hewan, dan komponen-komponen lain yang ada disana
adalah pembentuk ekosistem. Semuanya berinteraksi dan masing-masing mempunyai
peran yang spesifik. Begitulah gambaran sebuah ekosistem sawah. (Widayati Sri,
2009)
Semua jenis makhluk
hidup di alam ini selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik dengan
lingkungan fi sik maupun dengan makhluk hidup yang lain. Tumbuhan
membutuhkan tanah, udara, dan air untuk
dapat hidup dan berfotosintesis. Hewan membutuhkan tumbuh an atau hewan lain sebagai makanannya.
Selain itu hewan juga membutuhkan
udara untuk bernapas dan air untuk minum. (Widayati
Sri, 2009)
Di alam, baik itu makhluk hidup yang hidup di darat
maupun di air, berusaha memenuhi kebutuhan energinya. Makhluk hidup autotrof
akan melakukan sintesis makanan untuk mendapatkan energi, sedangkan pada
makhluk hidup heterotrof akan ada peristiwa memakan untuk mendapatkan energi.
Pengurai (dekomposer) akan memecah materi organik kompleks menjadi lebih
sederhana untuk dirinya dan dapat digunakan kembali oleh makhluk hidup
autotrof. Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungannya tersebut terdiri
atas lingkungan abiotik dan biotik. Lingkungan abiotik contohnya air, tanah,
suhu, dan iklim. (Ferdinand, Fictor,dkk.2009)
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
2.
Bagaimana Tipe-tipe Ekosistem?
3.
Apa saja komponen-komponen penyusun ekosistem?
4.
Apa itu suksesi dan
bagaimana proses terjadinya hal tersebut?
5.
Bagaimana Peran Komponen Ekosistem?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui dan menjelaskan arti ekosistem.
2.
Untuk mengetahui dan menjelaskan tipe-tipe ekosistem.
3.
Untuk mengetahui komponen-komponen penyusun ekosistem.
4.
Untuk mengetahui apa dan bagaimana proses terjadinya
suksesi.
5.
Untuk mengetahui dan menjelaskan peran komponen ekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem
1.
Di dalam suatu ekosistem, interaksi antara
organisme hidup dan lingkungannya,
melibatkan komponen-komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen tersebut mampu
memengaruhi perubahan yang
terjadi di suatu ekosistem. (Rikky Firmansyah,
2009:152)
2.
Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat
dan saling memengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut Ekologi. (Ferdinand, Fictor,dkk.2009:22)
3.
Ekosistem adalah antara komunitas dan lingkungan selalu terjadi
interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan Ekologi. Komponen penyusun Ekosistem
adalah produsen (tumbuhan), konsumen (herbivora,karnivora,dan omnivora) dan Detemposer/pengurai(mikroorganisme). Hal-hal yang menyebabkan suatu
ekosistem berbeda dengan Ekosistem yang lain adalah jumlah dan jenis produsen,
jumlah dan jenis konsumen ,keragaman mikroorganisme, jumlah dan macam komponen
Abiotik , kompleksitasa interaksi, dan berlangsungnya berbagai proses daam
suatu Ekosistem. Komponen Ekosistem selalu berhubungan dan berinteraksi menurut
dinamika tertentu. Interaksi antar organisme antar populasi dan antar
komunitas. (Herni.2009:31-32)
4.
Ada hubungan timbal balik antara manusia,
tumbuhan, dan tempat tumbuhnya.
Interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem
ekologi inilah yang disebut dengan ekosistem. (Sulistyorini,
Ari. 2009:208)
5.
Ketika
jumlah tumbuhan berkurang, hewan pemakan tumbuhan akan kelaparan. Begitu pula, hewan-hewan yang
menjadikan tumbuhan sebagai
tempat tinggal akan kehilangan rumahnya. Ketika jumlah air berkurang, tumbuhan dan hewan mungkin akan mati
karena kekeringan. Berbagai
interaksi tersebut merupakan hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya dan membentuk
suatu sistem yang disebut ekosistem. (Widayati Sri, 2009:222)
6.
Pada kenyataannya lingkungan menyediakan berbagai sumber alam
yang sangat dibutuhkan manusia mulai
dari papan, sandang, dan pangan. Kelangsungan hidup manusia dan juga organisme lain sangat
ditentukan apabila ekosistem dalam keadaan
seimbang. (Riana Yani, 2009: 245)
B.
Tipe-tipe Ekosistem
Secara garis besar ekosistem alam
dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan
dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
1.
Ekosistem Darat
Ekosistem darat
ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa
bioma, yaitu sebagai berikut:
Gambar.1. Ekosistem darat
a. Bioma gurun
Beberapa
bioma gurun terdapat di daerah tropis (sepanjang garis balik) yang berbatasan
dengan padang rumput. Ciriciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan
rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga
penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai
0°C).
Perbedaan
suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di
gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun
berdaun seperti duri atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai
jaringan untuk menyimpan air, contohnya kaktus. Hewan yang hidup di gurun
antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
b.
Bioma padang rumput
Bioma
ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropis ke subtropis.
Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun dan hujan
turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air)
cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herba) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain bison, zebra, singa,
anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular
c. Bioma savanna
Merupakan padang rumput yang
diselingi dengan sebatang pohon yang tumbuh jarang. Hewan yang hidup pada bioma
padang rumput dan savana adalah bison, gajah, jerapah, zebra, domba, biri-biri,
harimau, cheetah, serigala, dan ular.
d. Bioma Hutan Basah
Bioma hutan basah terdapat di daerah tropis dan
subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200 – 225 cm per tahun. Spesies
pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20 – 40 m,
cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).
Daerah tudung ini cukup mendapat sinar matahari.
Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim
yang langsung terdapat di sekitar organisme). Variasi suhu dan kelembapan cukup
tinggi dengan suhu rata-rata harian 25°C. Dalam hutan basah tropis sering
terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai
epifit. Hewan yang menghuni antara lain, kera, burung, badak, babi hutan,
harimau, dan burung hantu.
e. Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang.
Ciricirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang
mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit dan
tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung
pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
f. Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan
di pegunungan daerah tropis. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer,
pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara
lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim gugur.
g. Bioma Tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di
dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak puncak gunung tinggi.
Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan
adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek,
dan rumput.
Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan
keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada
yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap
memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan
serangga terutama nyamuk dan lalat hitam.
2.
Ekosistem Air Tawar
Gambar.2. Contoh ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang
terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya, tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan
terdapat dalam ekosistem air tawar.
a. Danau
Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga
terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus
cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
suhu yang drastis, disebut termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang
hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai
dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi
menjadi 4 daerah sebagai berikut.
1)
Daerah litoral
Daerah ini merupakan
daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Komunitas organisme
sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom),
berbagai siput dan remis, serangga, crustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan
semi air seperti kura-kura dan ular, itik, angsa, dan mamalia yang sering
mencari makan di danau.
2)
Daerah limnetik
Daerah ini merupakan
daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari.
Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
cyanobakteri. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan
udang-udangan kecil pemangsa fitoplankton.
3)
Daerah profundalDaerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah
afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah
ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
4)
Daerah bentik
Daerah ini merupakan
daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Gambar.3. Zona-zona yang terdapat pada ekosistem danau
Danau juga
dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organiknya, yaitu sebagai
berikut.
1)
Danau oligotrofik
Oligotrofik merupakan sebutan untuk
danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik
tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit
organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
2)
Danau eutrofik
Eutrofik merupakan sebutan untuk
danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat
produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme,
dan oksigen terdapat di daerah profundal.
b.
Sungai
Komunitas yang
berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung
keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tumbuhan
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi
komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak
sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan
gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus
sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan
tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh
pipih dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
3.
Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
a.
Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar
25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas
dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah
dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari
pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan. Habitat laut
dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara
horizontal.
1)
Menurut kedalamannya, ekosistem air
laut dapat dibedakan sebagai berikut.
a)
Wilayah pasang (Litoral)
Wilayah pasang merupakan bagian dari
laut yang dasarnya kering ketika terjadi surut. Ikan tidak bisa hidup pada
wilayah ini, tetapi beberapa jenis binatang dapat dijumpai pada wilayah ini.
b)
Wilayah laut dangkal (Neritik)
Sesuai
dengan namanya, wilayah ini relatif dangkal sehingga masih dimungkinkan sinar
matahari masuk sampai ke dasar laut. Indonesia memiliki wilayah laut dangkal
yang cukup luas seperti landas kontinen sunda (Laut Jawa, Laut Natuna, Riau
Kepulauan, Selat Malaka) dan landas kontinen sahul (Laut Arafuru).
Wilayah-wilayah tersebut tentunya menyimpan kekayaan berupa flora dan fauna.
c)
Wilayah lautan dalam (Batial)
Wilayah ini berada pada kedalaman
antara 150-800 meter. Sinar matahari tidak mampu menembus sampai ke dasar laut
dangkal. Dengan demikian, jumlah dan jenis binatang yang hidup pada
wilayah ini lebih sedikit dibanding
wilayah laut dangkal.
d)
Wilayah lautan sangat dalam (Abisal)
Wilayah
ini berada pada kedalaman di atas 1800 meter. Dengan kedalaman tersebut,
tumbuhan tidak mampu lagi bertahan karena tidak ada sinar matahari. Karena itu
jumlah dan jenis hewan pun terbatas, kecuali hewan yang telah beradaptasi dengan
lingkungan tersebut.
2)
Menurut wilayah permukaannya secara
horizontal, berturut-turut dari tepi laut, laut dibedakan sebagai berikut.
a) Epipelagik merupakan daerah antara permukaan
dengan kedalaman air sekitar 200 m.
b) Meso pelagik merupakan daerah di bawah epipelagik
dengan kedalaman 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c) Batio pelagik merupakan daerah jereng benua dengan
kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d) Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman
mencapai 4.000 m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e) Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam
(dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele
laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produser di tempat
ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Gambar 4. Zona-zona
yang terdapat pada ekosistem air laut
b.
Pantai
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai
hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, molusca, dan remis. Daerah tengah pantai terendam saat pasang
tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon
laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut,
bintang laut, dan ikanikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air
pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta
rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah
darat dibedakan sebagai berikut.
1)
Komunitas pes caprae
Dinamakan demikian
karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin, tumbuhan ini menjalar
dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin),
Vigna. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan).
2)
Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi
tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia,
Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Adapun yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, dan Cerbera.
c.
Estuari
Estuari (muara)
merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya
estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa
garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan
ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk
menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi
vertebrata semi air, yaitu unggas air.
d.
Terumbu Karang
Terumbu karang
didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka
dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat
hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa
organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara
karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa
bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. (Suwarno dkk,
2009)
C.
Komponen Ekosistem
Di dalam suatu ekosistem, interaksi
antara organisme hidup dan lingkungannya, melibatkan komponen-komponen, yaitu
komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen tersebut mampu memengaruhi
perubahan yang terjadi di suatu ekosistem.
1.
Komponen Abiotik
Komponen abiotik
merupakan segala hal selain makhluk hidup, misalnya suhu, air, cahaya matahari,
angin, bebatuan, dan tanah. Komponen abiotik dapat memengaruhi komponen biotik,
begitu pula sebaliknya.
a. Suhu
Suhu lingkungan
merupakan faktor yang sangat penting bagi distribusi atau
penyebaran suatu
organisme. Hal tersebut karena suhu dapat memengaruhi proses biologis dan
kemampuan suatu organism dalam mengatur (regulasi) suhu tubuhnya secara tepat.
b. Air
Air merupakan komponen
yang sangat penting bagi kehidupan. Organisme yang hidup di daerah perairan
maupun daratan berbeda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Organisme
yang hidup di air, seperti air tawar maupun air laut harus beradaptasi dengan
keadaan air sekitarnya. Di dalam suatu ekosistem, air dapat memengaruhi
organisme yang hidup di dalamnya. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi organism
dalam suatu ekosistem tersebut, yaitu suhu air, salinitas air, dan tingkat
keasaman air.
c. Cahaya matahari
Cahaya matahari
merupakan sumber energi bagi seluruh organisme hidup. Cahaya matahari
menyediakan energi yang memengaruhi suatu ekosistem. Di daratan, tumbuhan
menggunakan cahaya matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis. Cahaya
juga sangat penting bagi perkembangan dan tingkah laku beberapa spesies
tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap cahaya, terutama terhadap lamanya
waktu siang (day time) dan lamanya waktu malam (night time).
d. Angin
Angin dapat
memengaruhi suhu lingkungan serta organisme yang hidup di dalamnya. Angin dapat
memengaruhi organisme, seperti meningkatkan penguapan (evaporasi) pada hewan
sehingga suhu tubuhnya berkurang dan meningkatkan transpirasi pada tumbuhan.
Angin juga memiliki pengaruh yang positif bagi tumbuhan, seperti membantu penyerbukan
tumbuhan.
e. Bebatuan dan tanah
Struktur fisik, pH,
dan komposisi mineral dari bebatuan dan tanah dapat memengaruhi jenis dan
distribusi tumbuhan serta hewan yang memakan tumbuhan di atas tanah tersebut.
Tanah merupakan media pertumbuhan dan tempat hidup bagi makhluk hidup.
Misalnya, bagi tumbuhan, tanah merupakan tempat menancapkan akar dan sumber
nutrisi. Adapun bagi sebagian hewan, tanah merupakan sarana untuk tempat
tinggal serta berlindung dari pemangsa.
2.
Komponen Biotik
Komponen
biotik meliputi makhluk hidup. Komponen biotik terdiri atas manusia, hewan,
tumbuhan serta organisme hidup lainnya. Sesama komponen biotik ini dalam suatu
ekosistem terjadi interaksi. Interaksi yang terjadi dapat memengaruhi kepadatan
maupun penyebaran suatu spesies dalam suatu ekosistem.
Di dalam suatu ekosistem, setiap komponen biotik
memiliki cara hidup berbeda dengan komponen biotik yang lainnya sehingga
interaksi yang terjadi dapat menghasilkan berbagai macam karakter dalam suatu
ekosistem. Interaksi yang terjadi ini tidak hanya antarkomponen biotik, tetapi
juga dengan komponen abiotiknya sebagai lingkungan tempat komponen biotik
hidup.
Misalnya, di padang rumput interaksi yang terjadi
antarkomponen biotiknya adalah antara tumbuhan dan binatang herbivora (pemakan
tumbuhan). Hal tersebut memunculkan karakter, bahwa
di padang rumput hewan dominan yang hidup adalah hewan herbivora. Adapun
interaksi antara komponen biotik dan komponen abiotiknya, misalnya karakter
kecepatan angin di daerah padang rumput dan tumbuhan semak (rumput). Kecepatan
angin di daerah ini cukup kencang karena tumbuhan yang ada hanya tumbuhan kecil
seperti semak sehingga tidak ada penghalang angin melewati daerah tersebut.
3.
Satuan Organisasi dalam Ekosistem
Ekosistem
merupakan suatu kesatuan fungsional yang cukup kompleks. Di dalamnya terdapat
komponen abiotik dan biotik yang saling berhubungan atau berinteraksi. Di dalam
suatu ekosistem terdapat satuan organisasi yang berbeda. Satuan organisasi yang
menyusun ekosistem terdiri atas individu, populasi, dan komunitas. (Rikky
Firmansyah, 2009)
Individu
merupakan satuan fungsional yang paling kecil di dalam suatu ekosistem.
Individu adalah organisme yang hidupnya berdiri sendiri dan secara fisiologi
bersifat bebas, misalnya satu ekor monyet. Satu ekor monyet ini merupakan
organisme yang hidupnya berdiri sendiri.
Tingkat
organisasi selanjutnya dalam suatu ekosistem, disebut populasi. Populasi adalah
sekumpulan individu yang sejenis atau satu spesies yang menempati habitat
tertentu dalam satu waktu tertentu. Adapun tingkat organisasi tertinggi dari suatu
ekosistem, yaitu komunitas. Komunitas merupakan sekelompok populasi dari
berbagai spesies yang menghuni suatu daerah. Misalnya, komunitas sawah. Di
dalam sawah terdapat berbagai macam populasi, seperti populasi padi, populasi
ular, populasi katak, dan populasi burung. (Rikky Firmansyah, 2009)
D.
Suksesi
Gambar.5. Suksesi
Suatu komunitas
keadaannya tidak akan selalu tetap, tetapi selalu mengalami perubahan.
Perubahan ini biasanya terjadi dari suatu komunitas menuju bentuk komunitas
lainnya. Misalnya, perkebunan kelapa sawit yang dibiarkan setelah masa panen
dan tidak ditanami lagi, apabila dibiarkan akan tumbuh tanaman spesies lain
yang akan menggantikan formasi kelapa sawit. Hal tersebut
menyebabkan perubahan di komunitas tersebut. Perubahan atau perkembangan suatu
komunitas melalui tahap-tahap tertentu disebut suksesi. Terdapat dua
tipe suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1.
Suksesi Primer
Suksesi
primer merupakan munculnya suatu komunitas baru pada suatu daerah yang
sebelumnya tidak terdapat komunitas. Contoh suksesi primer terjadi pada gunung
berapi yang telah meletus. Daerah sekitar akan mengalami kerusakan dan tidak
terdapat organisme. Lama-kelamaan daerah sekitarnya tersebut akan ditempati
kembali oleh organisme. Organisme awal atau pionirnya adalah lichenes (lumut
kerak). (Rikky Firmansyah, 2009)
2.
Suksesi Sekunder
Suksesi
sekunder merupakan pembentukan suatu ekosistem yang telah rusak ke keadaan
awalnya sebelum terganggu. Suksesi ini dapat terjadi karena kebakaran,
perusakan oleh manusia, dan gempa bumi. Proses suksesi sekunder ini lebih cepat
dibandingkan dengan suksesi primer. Hal ini dikarenakan pada suksesi sekunder
tidak diperlukan lagi adanya tahapan pembentukan komunitas pionir. (Rikky
Firmansyah, 2009)
E. Peran Komponen Ekosistem
Di dalam ekosistem,
setiap komponen memiliki peran. Individu, populasi, komunitas, serta lingkungan
abiotiknya mampu menimbulkan aliran energi dan daur biogeokimia.
1.
Peran Komponen Energi
dalam Aliran Energi
Di
dalam suatu ekosistem, terjadi interaksi antara komunitas dan komunitas lainnya
serta lingkungan abiotiknya. Interaksi ini dapat menyebabkan aliran energi
melalui peristiwa makan dan dimakan (predasi). Pada peristiwa aliran energi
ini, komponen ekosistem, khususnya komponen biotik, memiliki tiga peran dasar,
yaitu sebagai produsen, konsumen dan dekomposer. (Rikky Firmansyah, 2009)
Menurut
Campbell (1998: 1146), penyusun utama produsen dalam suatu ekosistem, khususnya
di daratan adalah tumbuhan. Organisme ini mampu membuat makanannya sendiri
dengan bantuan sinar matahari. Peristiwa ini disebut fotosintesis. Produsen
merupakan organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menyusun atau membuat
makanannya sendiri. Adapun konsumen adalah organisme heterotrof, yaitu organism
yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhannya,
organisme ini bergantung pada organisme lain. (Rikky Firmansyah, 2009)
Gambar 6.Beberapa rantai makanan membentuk
jaring-jaring makanan
Komponen
biotik yang terakhir, yaitu dekomposer (pengurai). Dekomposer adalah organisme
yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati menjadi zat-zat organik
sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan kembali oleh produsen sebagai
bahan nutrisi untuk membuat makanannya. Proses tersebut akan berlangsung
terus-menerus di dalam suatu ekosistem.
Adanya
peran komponen biotik sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer menimbulkan
aliran energi dari produsen, konsumen hingga ke dekomposer. Proses aliran
energi ini terjadi pada peristiwa rantai makanan.
Peristiwa
perpindahan energi terjadi melalui proses makan dan dimakan di dalam suatu
rantai makanan. Peristiwa tersebut membentuk struktur trofik. Struktur
trofik terdiri atas tingkat-tingkat trofik. Setiap tingkat trofik terdiri
atas kumpulan berbagai organisme. (Rikky Firmansyah, 2009)
Tingkat
trofik pertama ditempati oleh produsen atau organisme autotrof. Pada tingkat
ini, produsen ekosistem darat adalah tumbuhan, sedangkan pada ekosistem
perairan adalah ganggang dan fitoplankton. Tingkat trofik kedua ditempati oleh
organism heterotrof atau konsumen. Konsumen adalah organisme yang bergantung
kepada organisme lain sebagai sumber makanannya. Konsumen pada tingkat trofik
kedua ini adalah herbivora. Konsumen juga terdiri atas tingkat trofik ketiga,
keempat, dan seterusnya. (Rikky Firmansyah, 2009)
Aliran energi tidak hanya terjadi pada tingkatan yang
sederhana, yaitu rantai makanan, tetapi terjadi juga pada tingkatan yang lebih
kompleks, yaitu pada jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan ini tersusun oleh beberapa
rantai makanan yang saling berhubungan. Aliran energi mulai dari produsen
hingga konsumen, jumlah akhirnya tidak sama.
Apabila
disusun secara berurutan mulai dari produsen hingga konsumen, jumlah energi
yang ada akan berbentuk seperti piramida. Setiap potongan dalam piramida
tersebut menunjukkan jumlah energi yang tersimpan. Kehilangan energi dari
rantai makanan dapat digambarkan dalam bentuk piramida energi. Pada piramida
energi, semakin ke puncak energi yang tesimpan semakin sedikit. Adapun
berkurangnya transfer energi pada setiap tingkat trofik dapat digambarkan
dengan piramida biomassa. Adapun, piramida jumlah, dapat menggambarkan
perbedaan jumlah individu pada setiap tingkat trofik. (Rikky Firmansyah, 2009)
2.
Peran Komponen Energi
dalam Daur Biogeokimia
Unsur-unsur
kimia baik organik maupun anorganik sangat dibutuhkan oleh setiap komponen
dalam suatu ekosistem. Di dalam suatu ekosistem, jumlah unsur-unsur kimia
tersebut terbatas. Oleh karenanya, harus ada daur ulang unsur-unsur kimia yang
ada agar tetap tersedia dan kebutuhan organisme akan unsur-unsur kimia
terpenuhi. Selain unsur-unsur kimia, air pun mengalami daur ulang. (Rikky
Firmansyah, 2009)
Menurut
Campbell (1998: 1153), daur ulang berbagai jenis unsure nutrien yang melibatkan
komponen ekosistem baik komponen abiotik dan komponen biotik disebut juga daur
biogeokimia. Nutrien disini mencakup air, karbon, nitrogen, dan fosfor.
Setiap
unsur nutrien mengalami berbagai jenis siklus. Siklus tersebut merupakan bagian
dari daur biogeokimia. Daur biogeokimia ini dikenal ada beberapa macam, yaitu
siklus air, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor. (Rikky
Firmansyah, 2009)
a. Siklus Air
Air
merupakan materi yang sangat dibutuhkan oleh organisme hidup. Air ini
dimanfaatkan oleh berbagai organisme dengan cara bermacammacam. Pada tumbuhan,
air di dalam tanah diserap melalui akar. Air digunakan untuk pertumbuhan,
selebihnya air dilepaskan dalam bentuk uap air ke udara (atmosfer). Proses
pelepasan air dari tanah ke udara dalam bentuk uap air disebut evaporasi.
Adapun uap air yang dilepaskan oleh tumbuhan ke udara disebut transpirasi.
(Rikky Firmansyah, 2009)
Pada
manusia dan hewan, air diperoleh dengan cara meminumnya dan juga dari tumbuhan
serta hewan yang dimakan. Air keluar dari tubuh manusia dan hewan dalam bentuk
keringat dan urine. Air hasil dari evaporasi dan transpirasi organisme,
terkumpul di udara sehingga menyebabkan kelembapan di atmosfer meningkat.
Akibatnya terbentuklah awan, kemudian turunlah hujan. Air hujan akan terus
mengalir ke permukaan tanah dan digunakan kembali oleh seluruh organisme hidup.
Siklus ini akan terus berlangsung di dalam kehidupan.
b. Siklus Karbon
Karbon
merupakan unsur dasar dari semua senyawa organik. Di atmosfer, karbon terdapat
dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida dalam suatu lingkungan
dibutuhkan oleh produsen, yaitu tumbuhan. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida
sebagai penyusun bahan organik melalui proses fotosintesis. Bahan organik
tersebut berupa glukosa. Glukosa ini merupakan sumber energi bagi tumbuhan
untuk pertumbuhannya. Kemudian, bahan organik dari tumbuhan digunakan oleh
organisme lainnya melalui rantai makanan. Bahan organik pada tumbuhan banyak
terkandung dalam batang. Adapun pada manusia dan hewan, bahan organik banyak
terdapat pada bagian tulang. (Rikky Firmansyah, 2009)
Ketika
organisme mati, baik manusia, hewan, ataupun tumbuhan, akan diuraikan menjadi
karbon dioksida oleh dekomposer. Akibat proses perubahan suhu dan tekanan bumi,
organisme yang membusuk ini dapat membentuk fosil. Proses pembentukan fosil
berlangsung sangat lama hingga mencapai jutaan tahun. Fosil ini dapat membentuk
bahan bakar fosil berupa batubara dan minyak bumi. Bahan bakar fosil digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan dan menghasilkan karbon dioksida. Karbon dioksida
ini kembali memasuki siklus karbon dan akan berlangsung demikian seterusnya.
(Rikky Firmansyah, 2009)
c. Siklus Nitrogen
Nitrogen
merupakan salah satu unsur yang penting dalam ekosistem. Menurut Campbell
(1998: 1156) jumlah nitrogen yang terdapat di atmosfer sekitar 80% dari
berbagai gas-gas yang ada di atmosfer. Nitrogen ditemukan dalam semua asam
amino, yang merupakan komponen penyusun protein pada organisme. Nitrogen yang
tersedia bagi tumbuhan hanya dalam dua bentuk mineral tanah, yaitu amonia
(NH4+) dan nitrat (NO3–).
Beberapa
bakteri dapat mengikat nitrogen secara langsung dari udara, contohnya Azotobacter.
Azotobacter mampu mengubah nitrogen menjadiamonia. Amonia kemudian akan
diubah menjadi senyawa ion nitrit (NO2) oleh bakteri nitrit. Ion nitrit ini
diubah lagi menjadi ion nitrat (NO3). Oleh tumbuhan, ion nitrat diubah menjadi
molekul organik berupa asamamino. Tumbuhan sebagai produsen yang mengandung
nitrogen ini akandimanfaatkan oleh konsumen dan dekomposer. Dekomposer ini
mampumengubah senyawa amino menjadi amonia. Siklus ini akan
berlangsungterus-menerus dalam suatu ekosistem.
d. Siklus Fosfor
Fosfor
di alam terdapat dalam bentuk ion fosfat (PO4 3–). Ion fosfat di alam terdapat
dalam bebatuan. Ion fosfat dalam bebatuan ini akan terbawa menuju perairan
melalui proses pelapukan bebatuan dan erosi. Di perairan ini, fosfat tersebut
akan membentuk endapan. Oleh karena pergerakan dasar bumi yang tidak stabil,
menyebabkan endapan ini muncul ke permukaan. (Rikky Firmansyah, 2009)
Adapun
di darat, ion fosfat diserap oleh tumbuhan dari dalam tanah. Kemudian, tumbuhan
tersebut dimakan oleh herbivora dan herbivore dimakan oleh karnivora. Pada
hewan, fosfat dikeluarkan melalui urine dan feses. Oleh dekomposer, ion fosfat
yang merupakan senyawa anorganik ini akan diuraikan dan menjadi fosfor (P) di
dalam tanah. Fosfor di dalam tanah ini kemudian di ambil kembali oleh tumbuhan.
Proses tersebut akan terus berlangsung membentuk suatu siklus, yang dinamakan
siklus fosfor. (Rikky Firmansyah, 2009)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ekosistem merupakan interaksi antara organism hidup dan lingkungan abiotiknya yang terjadi
di dalam suatu komunitas.
2.
Ekosistem terdiri atas sistem darat,
ekosistem air tawar, dan ekosistem
air laut.
3.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor biotik
(tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) dan faktor abiotik (tanah, air,
udara, suhu).
4.
Perubahan atau perkembangan suatu komunitas melalui tahap-tahap tertentu
disebut suksesi. Terdapat dua tipe suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
5.
Dalam sebuah ekosistem, komponen biotik
memiliki tiga peran
utama, yaitu sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer. Adanya interaksi antara kemampuan abiotik dan
biotic menimbulkan
daur biogeokimia yang terdiri atas siklus air, siklus karbon, siklus nitrogen, dan
siklus fosfor.
B. Saran
1.
Setiap
makhluk hidup membutuhkan lingkungan yang sehat sebagai tempat tinggal. Oleh karena
itu, kita harus menjaga kebersihan tempat lingkungan terutama disekitar tempat
tinggal kita.
2.
Jagalah
kelestarian dan keberlangsungan hidup makhluk hidup, karena makhluk hidup yang
satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan tidak dapat hidup sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Fictor
Ferdinand, 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Herni Budiati, 2009. Biologi : untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Idun Kistinnah, 2009. Biologi 1 : Makhluk Hidup dan
Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta
: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Moch Anshori, 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rasti
Septianing dkk, 2013. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X.
Yudhistira : Jakarta.
Riana Yani dkk;
2009. Biologi 1 : Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Rikky Firmansyah, 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1
: untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Subardi dkk, 2009. Biologi 1 : untuk Kelas X SMA/ MA.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi :
Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Widayati Sri. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
No comments:
Post a Comment