Tuesday 19 December 2017

MAKALAH EKOSISTEM 2

Tugas Individu

Makalah Biologi

EKOSISTEM




Image result for logo SMA 4 WATAMPONE


Oleh:

NURFADHILAH PRATIWI
KLS : X MIPA 6
NIS : 8696
                                   






SMA NEGERI 4 WATAMPONE

 
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR



Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Ekosistem“. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Biologi.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita dapat mengetahui dan memahami konsep tentang ekosistem serta menyadari perlunya mempertahankan ekosistem yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan bantuan yang diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.



                                                                                    Watampone, 09 Maret 2017

             Penyusun
                                                                               NURFADHILAH PRATIWI








DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN
A.       Pengertian Ekosistem...........................................................               3
B.       Satuan-Satuan Dalam Ekosistem.........................................               4
C.       Interaksi Dalam Ekosistem...................................................               5
D.       Perubahan dan Pemeliharaan Ekosistem Alam....................               10
E.        Pemanfaatan Komponen Ekosistem bagi Kehidupan..........               17
BAB III.. PENUTUP
A.       Kesimpulan...........................................................................               19
B.       Saran.....................................................................................               19
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Makhluk hidup merupakan bagian dari lingkungan tempat hidupnya. Selain makhluk hidup, dalam suatu lingkungan terdapat komponen tak hidup yang dinamakan komponen abiotik. Komponen ekosistem yang terdiri benda-benda hidup atau makhluk hidup disebut komponen biotik. Komponen biotik dalam ekosistem memiliki peranan/profesi yang berbeda-beda. Peranan/profesi suatu organisme dalam ekosistem disebut viche atau relung. Antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya terjadi hubungan timbal balik atau interaksi. Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya inilah yang dinamakan ekosistem. (Subardi, 2009)
Keseimbangan dan kelestarian ekosistem sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan ekosistem yang seimbang proses-proses kehidupan secara alamiah akan terjaga kelangsungannya. Karena itu manusia sangat berkepentingan untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem demi menjaga kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Peran serta secara aktif seluruh warga negara sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari dan seimbang. (Subardi, 2009)
Ekosistem merupakan suatu sistem yang dinamis, hal itu ditandai dengan adanya aliran energi, daur materi, dan produktivitas. Interaksi dapat terjadi antara komponen biotik dengan abiotik dan di antara komponen biotik dalam bentuk aliran energi dan siklus materi. Bentuk aliran energi bersifat satu arah. Dari sinar matahari yang dimanfaatkan tumbuhan hijau kemudian melalui serangkaian peristiwa memakan dan dimakan membentuk suatu rantai makanan, rantai-rantai makanan itu saling berhubungan satu dengan lain yang membentuk jaring-jaring makan. Sedangkan pada bentuk daur materi yang melibatkan unsur senyawa kimia seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan air yang mengalami perpindahan lewat organisme (biotik) dan beredar kembali ke lingkungan fisik (abiotik) disebut daur biogeokimia. (Kistinnah Idun, 2009)
Ekosistem yang ada di muka bumi ini terdiri atas perpaduan berbagai jenis dengan kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang berbeda-beda, sehingga bentuk ekosistem yang dihasilkan pun akan berbeda-beda. Di Indonesia terdapat empat kelompok ekosistem utama, yaitu ekosistem bahari (laut), ekosistem darat alami, ekosistem suksesi, dan ekosistem buatan. (Kistinnah Idun, 2009)
Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem. Sumber utama ekosistem adalah cahaya matahari. Ketika kalian berjalan-jalan ke laut, kalian akan menemukan ekosistem laut. Demikian juga ketika kalian berjalan-jalan ke kebun, pegunungan, sungai, dan kolam, kalian akan menemukan ekosistem kebun, pegunungan, sungai, dan kolam. (Sulistyorini, Ari. 2009)

B.  Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
2.         Bagaimana satuan-satuan dalam Ekosistem?
3.         Seperti apa interaksi-interaksi dalam  ekosistem?
4.         Bagaimana Perubahan dan Pemeliharaan Ekosistem Alam?
5.         Bagaimana Pemanfaatan Komponen Ekosistem bagi Kehidupan?

C.  Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui dan menjelaskan arti ekosistem.
2.         Untuk Menjelaskan satuan-satuan dalam Ekosistem.
3.         Untuk mengetahui interaksi-interaksi dalam  ekosistem.
4.         Untuk mengetahui Perubahan dan Pemeliharaan Ekosistem Alam.
5.         Untuk mengetahui Pemanfaatan Komponen Ekosistem bagi Kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ekosistem
1.        Ekosistem adalah antara komunitas dan lingkungan selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan Ekologi. Komponen penyusun Ekosistem adalah produsen (tumbuhan), konsumen (herbivora,karnivora,dan omnivora) dan Detemposer/pengurai(mikroorganisme). Hal-hal yang menyebabkan suatu ekosistem berbeda dengan Ekosistem yang lain adalah jumlah dan jenis produsen, jumlah dan jenis konsumen ,keragaman mikroorganisme, jumlah dan macam komponen Abiotik , kompleksitasa interaksi, dan berlangsungnya berbagai proses daam suatu Ekosistem. Komponen Ekosistem selalu berhubungan dan berinteraksi menurut dinamika tertentu. Interaksi antar organisme antar populasi dan antar komunitas. (Budiarti Herni.2009:31-32)
2.        Ekosistem adalah suatu sistem yang dinamis karena selalu terjadi perubahanperubahansecara terus menerus yang ditandai dengan adanya aliran energi, daur materi, dan produktivitas ekosistem. (Kistinnah Idun, 2009:332)
3.        Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat dan saling memengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut Ekologi. (Ferdinand, Fictor,dkk.2009:22)
4.        Ada hubungan timbal balik antara manusia, tumbuhan, dan tempat tumbuhnya. Interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi inilah yang disebut dengan ekosistem. (Sulistyorini, Ari. 2009:208)
5.        Pada kenyataannya lingkungan menyediakan berbagai sumber alam yang sangat dibutuhkan manusia mulai dari papan, sandang, dan pangan. Kelangsungan hidup manusia dan juga organisme lain sangat ditentukan apabila ekosistem dalam keadaan seimbang. (Riana Yani, 2009: 245)
6.        Ketika jumlah tumbuhan berkurang, hewan pemakan tumbuhan akan kelaparan. Begitu pula, hewan-hewan yang menjadikan tumbuhan sebagai tempat tinggal akan kehilangan rumahnya. Ketika jumlah air berkurang, tumbuhan dan hewan mungkin akan mati karena kekeringan. Berbagai interaksi tersebut merupakan hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. (Widayati Sri, 2009:222)
7.        Di dalam suatu ekosistem, interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya, melibatkan komponen-komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen tersebut mampu memengaruhi perubahan yang terjadi di suatu ekosistem. (Rikky Firmansyah, 2009:152)

B.  Satuan-Satuan Dalam Ekosistem
Dari penjelasan sebelumnya, Anda telah mengerti bahwa secara umum ekosistem terdiri atas komponen mahluk hidup (biotik) dan komponen bendabenda tak hidup (abiotik). Satuan-satuan komponen biotik meliputi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia, sedangkan satuan-satuan komponen abiotik meliputi sinar matahari, suhu, udara, iklim, air, tanah, batu, dan lain-lain. Di dalam ekosistem, secara alami tidak pernah ditemukan adanya komponen biotik yang hidup sendiri.
Pada contoh ekosistem di depan, ditemukan banyak tanaman kelapa dan tanaman padi di sawah yang merupakan kelompok tumbuhan hijau, sedangkan sepasang kupu-kupu, seekor burung kutilang dan seekor burung elang di kebun, serta banyak cacing tanah, tikus dan burung bangau di sawah merupakan kelompok hewan. Kelompok tumbuhan hijau merupakan organisme yang dapat membuat makanan sendiri, sedangkan kelompok hewan memperoleh makanan dari makhluk hidup lain.
Berdasarkan cara memperoleh makanan, maka komponen biotik dapat dikelompokkan menjadi organisme autrotof dan heterotrof.

1.        Organisme Autotrof
Organisme ini memperoleh makanan dengan cara mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik menggunakan energi yang berasal dari sinar matahari. Berdasarkan sumber energi, organisme autotrof dibedakan menjadi dua.
a.    Organisme fotoautotrof , menggunakan sumber energi dari sinar matahari Contohnya alga, tumbuhan berklorofil seperti tanaman jeruk, padi, mangga, kelapa, dan sebagainya.
b.    Organisme kemoautotrof, menggunakan sumber energi yang berasal dari energi hasil reaksi kimia. Contohnya bakteri besi dan bakteri nitrit.
2.        Organisme Heterotrof
Organisme ini memperoleh makanan yang telah dibentuk oleh makhluk hidup lain. Contohnya kupu-kupu mengisap madu bunga, tikus makan padi, elang makan tikus, dan lain-lain. (Kistinnah Idun, 2009)

C.  Interaksi Dalam Ekosistem
Anda telah mengetahui bahwa di dalam ekosistem terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) atau dengan lingkungan. Di dalam ekosistem tersebut dapat dijelaskan terjadi saling ketergantungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik dan di antara komponen biotik sebagai berikut:
1.        Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik
Tanaman padi selain membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis sebagai penghasil sumber makanannya, juga membutuhkan udara sekitar untuk bernapas serta membutuhkan air dan tanah agar dapat tumbuh. Cacing tanah membutuhkan sisa-sisa bahan fragmen (remukan) tanaman padi sebagai makanannya dan membuat lubang tanah sebagai tempat tinggalnya. Setelah cacing tanah mati akan terurai menjadi bahan organik (zat hara) seperti karbon, nitrogen, oksigen, pospor, dan belerang di dalam tanah atau yang terdapat di atmosfer bagi kebutuhan tanaman padi untuk kelangsungan hidupnya.
Dari contoh tersebut dapat Anda simpulkan bahwa di antara komponen-komponen abiotik seperti udara, tanah, air, dan cahaya serta komponenkomponen biotik, yaitu padi dan cacing terjadi interaksi atau hubungan sehingga terjadi saling ketergantungan. (Kistinnah Idun, 2009)
2.        Interaksi Antarkomponen Biotik
Interaksi antarkomponen biotik dapat terjadi antara individu dalam populasi maupun individu dalam komunitas.
                    Gambar.1. Kebun berbatasan dengan sawah
a.    Interaksi Antarindividu dalam Populasi
Coba Anda bayangkan sebuah daerah kebun kelapa seperti pada Gambar 1. Di tempat tersebut ternyata terdapat populasi tumbuhan dan hewan. Coba temukan adanya interaksi antara individu-individu itu! Setiap pohon kelapa merupakan individu dan kumpulan seluruh pohon kelapa sejenis yang tumbuh di kebun merupakan populasi. Di dalam populasi kelapa pada saat berbunga, ketika angin bertiup akan menyebabkan serbuk sari berterbangan dari pohon satu ke pohon lainnya sehingga terjadilah penyerbukan silang. Peristiwa terjadinya penyerbukan silang merupakan interaksi antarindividu di dalam populasi. Interaksi pada tumbuhan terlihat tidak begitu jelas, interaksi akan terlihat jelas pada hewan atau manusia.
b.    Interaksi Antarindividu dalam Komunitas
Interaksi antarindividu dalam komunitas dapat terjadi antarindividu sesama jenis dalam populasi seperti yang baru saja kita bicarakan maupun interaksi terjadi antarindividu berbeda jenis atau berbeda populasi. Ingat kembali, komunitas terdiri atas kumpulan species populasi dalam suatu habitat.
Jika kita lihat di kebun kelapa juga terjadi interaksi antarindividu dalam komunitas seperti pada Gambar 1. Pada saat tanaman kelapa berbunga, datang sepasang kupu-kupu mengisap madu sebagai makanannya, di kebun itu juga ada seekor burung kutilang yang sedang membuat sarang di atas pohon, serta seekor burung elang bertengger di pelepah pohon kelapa sedang mengawasi tikus-tikus di sawah sebagai makanannya, karena burung elang sebagai predator juga dapat memakan burung kutilang ataupun kupu-kupu di kebun itu. (Kistinnah Idun, 2009)
Dengan demikian dapat dikatakan, setiap jenis makhluk hidup mempunyai fungsi masing-masing di dalam ekosistem, yaitu makhluk hidup sebagai produsen, konsumen, pengurai (perombak), dan detritivor.
1)        Produsen
Di dalam ekosistem ada makhluk hidup yang dapat membuat/ mencukupi kebutuhan dirinya sendiri yang disebut produsen primer (autotrof). Jenis makhluk hidup autotrof ada dua macam, yaitu makhluk hidup mensintesis makanannya dari molekul anorganik dengan bantuan energi sinar matahari yang disebut fototrofik. Contohnya, semua tumbuhan hijau, alga, dan bakteri belerang. Ada pada makhluk hidup yang mensintesis makanannya dari molekul anorganik dengan energi kimia yang disebut kemotrofik, contohnya bakteri pendaur nitrogen (Nitrosomonas). Produsen primer ekosistem darat terdapat pada golongan tumbuhan tingkat tinggi, yaitu dari golongan Angiospermae dan Gymnospermae yang membentuk hutan atau padang rumput, sedangkan pada ekosistem air terdapat golongan tumbuhan tingkat rendah, yaitu alga. (Kistinnah Idun, 2009)
2)        Konsumen
Konsumen di dalam ekosistem adalah semua makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanannya sendiri yang disebut heterotrof, sehingga makhluk hidup tersebut hanya dapat menelan atau mencerna sebagian, bahkan keseluruhan makhluk hidup lain sebagai bahan makanan organik.
Ada beberapa tingkatan untuk makhluk hidup heterotrof, yaitu sebagai berikut.
Konsumen tingkat pertama (primer). Organisme ini akan memakan organisme produsen (tumbuh-tumbuhan) sebagai makanannya yang disebut herbivora. Herbivora ekosistem darat meliputi Insekta, Aves, Reptil, dan Mamalia. Herbivora yang termasuk dalam golongan Mamalia meliputi Ungulata (hewan yang berkuku ganjil atau genap seperti sapi, kerbau, rusa, kuda dan lain-lain) dan Rodentia (hewan pengerat dan penggerek seperti ulat penggerek daun pisang, daun jati, dan lainlain). Sedangkan herbivora air meliputi udangudangan kecil dan Moluska, hewan dari jenis ini ada yang pemakan fitoplankton, pemakan bubuk sampah dan penyaring renik air seperti hepepoda, remis, larva kepiting, dan kutu air. Hewan-hewan itu bersama-sama dengan Protozoa merupakan komunitas terbesar zooplankton sebagai pemakan fitoplankton. Pada tingkatan ini ada tumbuhan yang hidup sebagai parasit seperti tali putri yang hidup menempel di tanaman perdu atau benalu yang hidup menumpang pada pohon inang.
Konsumen tingkat kedua disebut karnivora sekunder yang merupakan organisme pemakan produsen dan pemakan konsumen. Contohnya, kucing makan nasi kemudian makan tikus.
Konsumen tingkat ketiga disebut karnivora atau sebagai predator karena organisme itu makan mangsanya dengan cara berburu, menangkap, membunuh, dan memakannya seperti harimau memburu dan menangkap rusa kemudian menerkam (membunuh) dan memakannya. Jika predator itu lebih kecil dari mangsanya disebut parasit, contohnya kutu yang menempel pada kerbau dan apabila sebagai pemakan hewan yang telah mati disebut pemakan bangkai. Contohnya, heina dan burung nazar yang memakan bangkai rusa.
3)        Pengurai (Perombak) dan Detritivor
Jika suatu ketika Anda menemukan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan keadaannya masih utuh (segar), apakah setelah selang beberapa hari atau beberapa minggu bahkan sampai beberapa tahun keadaannya masih utuh atau tinggal sebagian bahkan sudah hilang sama sekali? Tidak demikian bukan? Setelah beberapa waktu, tumbuhan atau hewan yang mati akan hancur menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan akhirnya akan hilang.
Hal itu dapat terjadi karena adanya kegiatan organisme pengurai (perombak). Organisme pengurai mengeluarkan enzim selulosa, tumbuhan, atau hewan menjadi lunak kemudian dirombak dan terurai menjadi bagian kecilkecil lalu diserapnya. Terdapat sisa-sisa bahan fragmen (remukan atau hancuran kecil-kecil lembut) yang disebut detritus, kemudian ada organisme yang masuk menembus ke dalam tubuh tumbuhan atau hewan itu kemudian mencerna atau memakan detritus, organisme tersebut disebut detritivor. Jenis-jenis detritivor darat bertubuh besar seperti keluwing, kutu kayu, dan cacing tanah, sedangkan jenis detritivor renik seperti belatung, rayap dan nematoda. Jenis-jenis detritivor pantai seperti siput pantai, cacing pantai, dan tripang. (Kistinnah Idun, 2009)

D.  Perubahan dan Pemeliharaan Ekosistem Alam
1.         Perubahan Ekosistem Alam
Ekosistem dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Mengapa hal itu terjadi? Apa pengaruh dari perubahan ekosistem itu bagi makhluk hidup? Lalu bagaimana cara memelihara ekosistem supaya tetap seimbang? Untuk jelasnya simak uraian selanjutnya. 1. Perubahan Ekosistem Sepanjang masa ekosistem mengalami perubahan baik struktur maupun fungsi. Perubahan-perubahan ini mungkin hanya fluktuasi setempat yang tidak berarti, tetapi mungkin juga cukup besar sehingga dapat mengubah stabilitas hubungan suatu ekosistem. Perubahan ekosistem disebabkan oleh hal-hal berikut. (Riana Yani, 2009).
Pemeliharaan Ekosistem Alam
Gambar. 2. Berbagai kegiatan manusia yang dapat merusak ekosistem
a.    Perkembangan secara alami suatu ekosistem berupa perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ekosistem dalam perjalanannya menuju kedewasaan atau keseimbangan. Perkembangan alami ini dikenal dengan istilah suksesi.
b.    Pengaruh atau faktor luar, biasanya akibat ulah manusia.
1)        Suksesi
Masih ingatkah kamu tentang dinosaurus? Masih adakah hewan tersebut saat ini? Di Indonesia, badak bercula satu, anoa, cendrawasih sudah termasuk langka. Mengapa bisa langka? Apabila sebidang sawah dibiarkan, tidak diolah apa yang terjadi dengan sawah tersebut? Kemudian apa pula akibat dari sebuah hutan yang mengalami kebakaran? Hal-hal di atas hanya sebagian kecil penyebab terjadinya perubahan ekosistem. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi akibat perubahan  lingkungan fisik dalam komunitas. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks. Dikatakan klimaks karena ekosistem tersebut sudah stabil atau tidak akan berubah lagi. Contoh klasik untuk menggambarkan peristiwa suksesi adalah kejadian di Gunung Krakatau, Banten. Pada tahun 1883 Gunung Krakatau meletus, semua kehidupan di gunung tersebut musnah.
Seratus tahun kemudian ternyata di Gunung Krakatau tersebut sudah terbentuk hutan kembali. Bagaimana proses pembentukan kembali komunitas di Gunung Krakatau tersebut? Mula-mula yang berkoloni adalah sejenis lumut kerak (lichen) dan beberapa jenis lumut tertentu. Asam-asam yang dieksresi oleh Lichen itu menghancurkan substrat batuan dan menyediakan sedikit tanah. Partikel tanah tambahan terbentuk karena penghancuran oleh iklim dan terbawa angin. Penghancuran dan pembusukan terhadap lichen dapat menambahkan sedikit humus sehingga lumut lain menetap. Setiap musim terdapat pertumbuhan baru, yang lama membusuk (menyediakan humus). Tidak lama kemudian tersedia cukup tanah untuk paku-pakuan dan kemudian tumbuh rerumputan, kemudian semak (perdu). Keadaan ini menyediakan kondisi pertumbuhan yang amat baik untuk biji-biji tumbuhan tinggi (pohon).
Image result for Suksesi tumbuhan dalam suatu rawa yang dimulai dengan batang tumbuhan rawa, yang tumbuh keluar dari dalam air, maka terbentuk selapis vegetasi yang makin lama makin tebal sesuai dengan tahun-tahun yang berlalu dan area perairan terbuka makin menciut
                           Gambar.3. Tahap-tahap suksesi

Biji, spora, dan benih dalam bentuk lain datang dari luar dan sampai ke substrat baru dibawa oleh angin, air, atau hewan. Tumbuhan atau organisme lain yang mampu menghuni untuk pertama kali disebut tumbuhan pelopor (vegetasi perintis). Disebut vegetasi perintis karena organisme tersebut mampu membuka lahan untuk hidupnya organisme lain. Suksesi yang terjadi pada suatu lahan yang rusak total (tidak ada organisme yang hidup) disebut suksesi primer. Jenis suksesi yang kedua adalah suksesi sekunder. Suksesi sekunder terjadi jika suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu, baik secara alami maupun buatan, dan gangguan tersebut tidak merusak total ekosistem tersebut. Banjir, kebakaran, angin kencang, gelombang laut, dan penebangan hutan merupakan contoh-contoh gangguan tersebut. Proses dan faktor yang berperan dalam suksesi sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi primer. Contoh suksesi sekunder adalah tegalantegalan, padang alang-alang, belukar-belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan. Komunitas ini masih mengalami perubahan yang menuju ke arah komunitas klimaks, kecuali jika dalam proses ini terjadi lagi gangguan maka suksesi akan mundur lagi dan mulai lagi dari titik nol.
2)        Faktor-Faktor Luar
Selain disebabkan oleh peristiwa suksesi alam, perubahan-perubahan lingkungan disebabkan pula oleh ulah manusia. Bahkan ulah manusia sangat besar peranannya dalam mengubah keseimbangan lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi kemudahan kepada manusia untuk memperlakukan lingkungan sesuai dengan kehendaknya. Penebangan hutan menjadi semena-mena. Pembukaan lahan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti real estate, villa, atau bahkan pabrik-pabrik industri dilakukan tanpa perhitungan yang matang, serta penggunaan dinamit atau trawl (pukat harimau) dalam menangkap ikan. (Riana Yani, 2009).
Berikut adalah beberapa kenyataan perubahan lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia:
1) Menciutnya Areal Hutan
Banyak hal yang dapat menyebabkan menciutnya areal hutan, antara lain: a) Penebangan liar Menurut penelitian tahun 1986/1987, penebangan kayu untuk tujuan komersial mencapai 80 ribu hektar/tahun. b) Kebakaran hutan Walaupun kebakaran hutan dapat terjadi secara alami, ulah manusia kadang-kadang dapat memicu peristiwa ini. Kebakaran hutan akan menurunkan kualitas tanah tersebut sehingga sulit untuk ditanami lagi. Dalam periode 1979-1984 kebakaran hutan mencapai 70 ribu hektar/ tahun. c) Pembukaan hutan untuk tujuan proyek-proyek pembangunan pada periode yang sama mencapai 250 hektar/tahun d) Akibat konversi lahan untuk perkebunan termasuk peladangan berpindah (di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya) mencapai 500 hektar/ tahun. (Riana Yani, 2009).
https://jurnalbumi.com/wp-content/uploads/kebakaran-hutan-dan-lahan.jpg
                     Gambar.4. Kebakaran hutan

2) Meningkatnya pencemaran
Menurut Supardi (1994) yang dimaksud pencemaran lingkungan adalah terjadinya pencemaran yang dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan makhluk hidup, sedangkan menurut Sasatra Wijaya (1991) pencemaran lingkungan terjadi apabila ada penyimpangan dari lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran dan berakibat jelek terhadap lingkungan. (Riana Yani, 2009).
3) Macam-macam pencemaran
Berdasarkan macamnya, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara.
a) Pencemaran Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam (SDA) yang mendukung pertumbuhan tanaman. Ketersediaan zat organik, anorganik, serta mikroorganisme akan menentukan kesuburan tanah. Tanah dapat tercemar dan kehilangan kesuburannya oleh bahan-bahan pencemar (polutan), seperti insektisida, fungisida, herbisida, penggunaan pupuk yang berlebihan, dan limbah industri. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh limbah yang tidak dapat menjadi tanah secara singkat, seperti plastik, kaca, dan styrofoam.
b) Pencemaran air
Pencemaran air, menurut Fardiaz (1992) adalah penyimpangan sifat-sifat dari keadaan normal. Dalam keadaan normal sebenarnya air telah mengandung bahan-bahan terlarut, seperti O2 , CO2 , N2 , debu dan partikel-partikel lain. (Riana Yani, 2009).
c) Pencemaran udara
Adanya zat pencemar ke udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normal dan berpengaruh jelek terhadap semua makhluk hidup. (Riana Yani, 2009).
2.         Upaya Manusia Dalam Pemeliharaan Ekosistem
Air, udara, dan tanah adalah sumber daya alam (SDA) "milik bersama". Penyalahgunaan SDA milik bersama tersebut/ disebabkan oleh  diabaikannya, biaya-biaya lingkungan hidup yang timbul di dalam aktivitas pembangunan, misalnya pabrik semen tidak menukirkan pencemaran udara, karena fungsinya
memproduksi semen. Nelayan hanya memikirkan bagaimana mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya, pengusaha hutan hanya memikirkan kayu sebanyak-banyaknya. Contoh lain sebuah pabrik tekstil meminimalkan ongkos dengan cara membuang  limbahnya langsung ke sungai. Simgai tercemar dan masyarakat yang menanggung ongkos pembersihannya. Bertolak  dari  asas lingkungan hidup adalah milik bersama, berarti pemeliharaannya juga harus dilaksanakan bersama.
Beberapa  upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki kerusakan ekosistem: (Riana Yani, 2009).
a.    Tidak menebang hutan sembarangan. Penebangan hutan harus sesuai dengan peraturan HPH yang berlaku. Syarat penebangan hutan antara lain harus menggunakan sistem "tebang pilih", dan harus menanam kembali setdah menebang. 
b.    Mengalakkan penghijauan/reboisasi 
c.    Mencegah kebakaran hutan. Kebakaran hutan mungkin dapat dicegah antara lain dengan membuat menara-menara pengawas, agar pehigas dapat mengawasi kejadian-kejadian dengan segera, menghindari pembuatan api di hutan. 
d.   Membuat suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional, taman burung, hutan lindung dan sebagainya 
e.    Penataan tata ruang wilayah perlu direncanakan.  Setiap daerah dibangun sesuai dengan zona peruntukannya seperti zona industri, pemukiman, perkebunan, dan pertanian. 
f.     Proyek pembangunan yang berdampak negatif harus dikendalikan melalui penerapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) 
g.    Pengendalian kerusakan lingkungan melalui pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), rehabilitasi bekas pembangunan dan bekas galian tambang dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan 
h.    Penanggulangan pencemaran tanah, air, dan udara, misalnya: 
1)        Tidak menggunakan pestisida, fungisida dan herbisida tanpa aturan; 
2)        Mencari pestisida pengganti (pengendalian hama sec. Biologi); 
3)        Tidak membuang limbah sembarangan; 
4)        Pengembangan baku mutu air dan udara; 
5)        Menggunakan pupuk buatan sesuai aturan; 
6)        Mengelola sampah/limbah dengan prinsip3r; 
a)        Reduce yaitu mengurangi pengguraan jenis barang yang banyak sampah
b)        Reuse,  yaitu  menggunakan kembali barang atau kemasan barang yang sudah dipakai
c)        Recycle, yaitu mendaur ulang sampah yang dihasilkan
i.      Pengembangan peraturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup 
j.      Penerapan hukum yang tegas bagi pelanggar peraturan. 
E.  Pemanfaatan Komponen Ekosistem bagi Kehidupan
Seperti yang telah Anda pelajari sebelumnya, bahwa komponen ekosistem yang terdiri atas komponen biotik dan komponen abiotiknya memiliki manfaat penting bagi kehidupan ini. Komponen abiotik, contohnya air, merupakan materi yang tidak dapat dipisah dari kehidupan ini. Air merupakan komponen yang penting dalam siklus biogeokimia. Banyak sekali manfaat air bagi kehidupan, contohnya sebagai sarana transportasi, pengairan persawahan, dan bahkan sebagai penggerak turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). (Rikky Firmansyah, 2009)
Contoh komponen lainnya yang juga memiliki peran penting bagi kehidupan adalah cahaya matahari, tanah, dan suhu. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini. Bagi tumbuhan, cahaya matahari digunakan untuk proses fotosintesis. Telah Anda ketahui pada subbab sebelumnya, bahwa fotosintesis bertujuan menghasilkan zat makanan bagi tumbuhan. Manusia memanfaatkan cahaya matahari untuk beberapa keperluan. Manusia umumnya memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh radiasi cahaya matahari, seperti untuk menjemur pakaian, mengeringkan ikan asin, menguapkan tambak garam untuk diambil garamnya, bahkan untuk menggerakkan motor listrik tenaga surya. Komponen abiotik lainnya dalam suatu ekosistem, contohnya tanah. Tanah bagi sebagian organisme sangatlah penting. Bagi tumbuhan, tanah merupakan tempat untuk menancapkan tubuhnya agar dapat tumbuh dan tegak. Selain itu, bagi tumbuhan, tanah juga merupakan tempat terdapatnya sumber makanan, seperti unsur-unsur nutrien. Kemudian, tanah bagi hewan-hewan tertentu, berfungsi sebagai tempat tinggal dan pelindung dari pemangsa serta cuaca yang ekstrim. (Rikky Firmansyah, 2009)
Komponen biotik, seperti produsen, konsumen, dan dekomposer yang di dalamnya mencakup manusia, hewan, tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Masing-masing dari komponen tersebut dapat saling berinteraksi dan terlibat dalam proses perpindahan energy pada suatu rantai makanan. Apabila salah satu dari komponen tersebut punah atau langka maka akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem, yang mana hal ini sangat merugikan bagi manusia. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal dan pikiran, mencoba memanfaatkan berbagai komponen biotik bagi kesejahteraannya. Sejak lama, manusia telah memanfaatkan berbagai hewan untuk diternakan, diambil dagingnya, digunakan sebagai obat, bahkan sebagai alat transportasi. Selain hewan, manusia juga telah lama memanfaatkan berbagai tumbuhan untuk dibudidayakan sebagai sumber makanan dan obat-obatan. (Rikky Firmansyah, 2009)
Dapat disimpulkan bahwa setiap komponen biotik memiliki peran yang penting bagi kehidupan ini. Dari uraian yang telah dijelaskan, Anda pasti telah dapat menyimpulkan sesuai pemahaman Anda mengenai pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan ini, bukan? Sekarang dapatkah Anda menyebutkan contoh lainnya mengenai pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan ini?
1.        Ekosistem merupakan interaksi antara organisme hidup dan lingkungan abiotiknya yang terjadi di dalam suatu komunitas.
2.        Komponen penyusun ekosistem terdiri atas dua macam, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik.
3.        Contoh komponen abiotik adalah suhu, cahaya, tanah, dan angin. Adapun contoh komponen biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan.
4.        Dalam sebuah ekosistem, komponen biotik memiliki tiga peran utama, yaitu sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer.
5.        Adanya interaksi antara kemampuan abiotik dan biotik menimbulkan daur biogeokimia yang terdiri atas siklus air, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.
6.        Ekosistem terdiri atas sistem darat, ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
7.        Di dalam ekosistem terdapat proses perpindahan energi dan biomassa. Proses ini terjadi melalui peristiwa makan dan di makan, yaitu pada rantai makanan dan jaring-jaring makanan. (Rikky Firmansyah, 2009)
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.        Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat dan saling memengaruhi.
2.        Tingkatan-tingkatan satuan makhluk hidup dalam ekosistem meliputi sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.
3.        Komponen lingkungan terdiri dari faktor biotik (tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) dan faktor abiotik (tanah, air, udara, suhu)
4.        Ekosistem terdiri atas sistem darat, ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
5.        Saling ketergantungan antara komponen penyusun ekosistem tersebut terbagi menjadi saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik serta saling ketergantungan antarkomponen biotik. Saling ketergantungan antarkomponen biotik terbagi lagi menjadi saling ketergantungan antara makhluk hidup sejenis (interspesies) dan saling ketergantungan antara makhluk hidup yang berbeda jenis (antarspesies).

B.  Saran
Hendaknya kita sebagai siswa dapat memahami dengan mendalam mengenai materi Ekosistem ini karena disinilah kita hidup dan berinteraksi dengan segala ciptaan Tuhan agar tidak saling merugikan satu sama lain.





DAFTAR PUSTAKA

Fictor Ferdinand, 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Herni Budiati, 2009. Biologi : untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Idun Kistinnah, 2009. Biologi 1 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Moch Anshori, 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rasti Septianing dkk, 2013. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X. Yudhistira : Jakarta.

Riana Yani dkk; 2009. Biologi 1 : Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Rikky Firmansyah, 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1 : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Subardi dkk, 2009. Biologi 1 : untuk Kelas X SMA/ MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Widayati Sri. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.


No comments:

Post a Comment