Tugas Individu
Makalah Biologi
EKOSISTEM
Oleh:
NURFADHILAH PRATIWI
KLS :
X MIPA 6
NIS : 8696
SMA NEGERI 4 WATAMPONE
|
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Sebagai
insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Ekosistem“. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Pelajaran Biologi.
Dengan
adanya makalah ini, penulis berharap kita dapat mengetahui dan memahami konsep
tentang ekosistem serta menyadari perlunya mempertahankan ekosistem yang
nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan
bantuan yang diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan
baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan
sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Watampone, 09 Maret 2017
Penyusun
NURFADHILAH PRATIWI
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................. 2
C. Tujuan
Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem........................................................... 3
B. Satuan-Satuan Dalam Ekosistem......................................... 4
C. Interaksi Dalam
Ekosistem................................................... 5
D. Perubahan dan
Pemeliharaan Ekosistem Alam.................... 10
E.
Pemanfaatan Komponen Ekosistem bagi Kehidupan.......... 17
BAB III.. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 19
B. Saran..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Makhluk hidup merupakan bagian dari lingkungan tempat
hidupnya. Selain makhluk hidup, dalam suatu lingkungan terdapat komponen tak
hidup yang dinamakan komponen abiotik. Komponen ekosistem yang terdiri
benda-benda hidup atau makhluk hidup disebut komponen biotik. Komponen
biotik dalam ekosistem memiliki peranan/profesi yang berbeda-beda.
Peranan/profesi suatu organisme dalam ekosistem disebut viche atau relung.
Antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya terjadi
hubungan timbal balik atau interaksi. Interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungan biotik dan abiotiknya inilah yang dinamakan ekosistem. (Subardi,
2009)
Keseimbangan dan kelestarian ekosistem sangat diperlukan
oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan ekosistem yang seimbang
proses-proses kehidupan secara alamiah akan terjaga kelangsungannya. Karena itu
manusia sangat berkepentingan untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan
ekosistem demi menjaga kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Peran serta secara aktif seluruh warga negara sangat diperlukan untuk
mewujudkan lingkungan yang lestari dan seimbang. (Subardi, 2009)
Ekosistem
merupakan suatu sistem yang dinamis, hal itu ditandai dengan adanya
aliran energi, daur materi, dan produktivitas. Interaksi dapat terjadi antara
komponen biotik dengan abiotik dan di antara komponen biotik dalam bentuk
aliran energi dan siklus materi. Bentuk
aliran energi bersifat satu arah. Dari sinar matahari yang dimanfaatkan tumbuhan
hijau kemudian melalui serangkaian peristiwa memakan dan
dimakan membentuk suatu rantai makanan, rantai-rantai makanan itu saling
berhubungan satu dengan lain yang membentuk jaring-jaring makan. Sedangkan
pada bentuk daur materi yang melibatkan unsur senyawa kimia seperti
karbon, oksigen, nitrogen, dan air yang mengalami perpindahan lewat organisme
(biotik) dan beredar kembali ke lingkungan fisik (abiotik) disebut daur
biogeokimia. (Kistinnah Idun, 2009)
Ekosistem yang
ada di muka bumi ini terdiri atas perpaduan berbagai jenis
dengan kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang berbeda-beda, sehingga
bentuk ekosistem yang dihasilkan pun akan berbeda-beda. Di Indonesia
terdapat empat kelompok ekosistem utama, yaitu ekosistem bahari (laut),
ekosistem darat alami, ekosistem suksesi, dan ekosistem buatan. (Kistinnah
Idun, 2009)
Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik itu makhluk hidup lainnya (biotik)
maupun makhluk tak hidup (abiotik). Dengan interaksi antara
kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh
berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem. Sumber utama
ekosistem adalah cahaya matahari. Ketika kalian berjalan-jalan ke
laut, kalian akan menemukan ekosistem laut. Demikian juga
ketika kalian berjalan-jalan ke kebun, pegunungan, sungai, dan kolam,
kalian akan menemukan ekosistem kebun, pegunungan, sungai, dan
kolam. (Sulistyorini, Ari. 2009)
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
2.
Bagaimana satuan-satuan dalam
Ekosistem?
3.
Seperti apa interaksi-interaksi dalam ekosistem?
4.
Bagaimana Perubahan dan Pemeliharaan Ekosistem Alam?
5.
Bagaimana Pemanfaatan
Komponen Ekosistem bagi Kehidupan?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui dan menjelaskan arti ekosistem.
2.
Untuk Menjelaskan satuan-satuan dalam Ekosistem.
3.
Untuk mengetahui interaksi-interaksi dalam ekosistem.
4.
Untuk mengetahui Perubahan dan Pemeliharaan Ekosistem Alam.
5.
Untuk mengetahui Pemanfaatan Komponen Ekosistem bagi Kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem
1.
Ekosistem adalah antara komunitas dan lingkungan selalu terjadi
interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan Ekologi. Komponen penyusun Ekosistem
adalah produsen (tumbuhan), konsumen (herbivora,karnivora,dan omnivora) dan Detemposer/pengurai(mikroorganisme). Hal-hal yang menyebabkan suatu
ekosistem berbeda dengan Ekosistem yang lain adalah jumlah dan jenis produsen,
jumlah dan jenis konsumen ,keragaman mikroorganisme, jumlah dan macam komponen
Abiotik , kompleksitasa interaksi, dan berlangsungnya berbagai proses daam
suatu Ekosistem. Komponen Ekosistem selalu berhubungan dan berinteraksi menurut
dinamika tertentu. Interaksi antar organisme antar populasi dan antar
komunitas. (Budiarti Herni.2009:31-32)
2.
Ekosistem
adalah suatu sistem yang dinamis karena selalu terjadi perubahanperubahansecara
terus menerus yang ditandai dengan adanya aliran energi, daur materi, dan produktivitas ekosistem. (Kistinnah Idun,
2009:332)
3.
Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat
dan saling memengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut Ekologi. (Ferdinand, Fictor,dkk.2009:22)
4.
Ada hubungan
timbal balik antara manusia, tumbuhan, dan tempat tumbuhnya. Interaksi atau hubungan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya
yang membentuk suatu sistem ekologi inilah yang disebut dengan
ekosistem. (Sulistyorini, Ari. 2009:208)
5.
Pada kenyataannya lingkungan menyediakan berbagai sumber alam
yang sangat dibutuhkan manusia mulai
dari papan, sandang, dan pangan. Kelangsungan hidup manusia dan juga organisme lain sangat
ditentukan apabila ekosistem dalam keadaan
seimbang. (Riana Yani, 2009: 245)
6.
Ketika
jumlah tumbuhan berkurang, hewan pemakan tumbuhan akan kelaparan. Begitu pula, hewan-hewan yang
menjadikan tumbuhan sebagai
tempat tinggal akan kehilangan rumahnya. Ketika jumlah air berkurang, tumbuhan dan hewan mungkin akan mati
karena kekeringan. Berbagai
interaksi tersebut merupakan hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya dan membentuk
suatu sistem yang disebut ekosistem. (Widayati Sri, 2009:222)
7.
Di dalam suatu ekosistem, interaksi antara
organisme hidup dan lingkungannya,
melibatkan komponen-komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen tersebut mampu
memengaruhi perubahan yang
terjadi di suatu ekosistem. (Rikky Firmansyah,
2009:152)
B. Satuan-Satuan Dalam Ekosistem
Dari penjelasan sebelumnya, Anda
telah mengerti bahwa secara umum ekosistem terdiri atas komponen mahluk hidup
(biotik) dan komponen bendabenda tak hidup (abiotik). Satuan-satuan komponen
biotik meliputi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia, sedangkan satuan-satuan
komponen abiotik meliputi sinar matahari, suhu, udara, iklim, air, tanah, batu,
dan lain-lain. Di dalam ekosistem, secara alami tidak pernah ditemukan adanya
komponen biotik yang hidup sendiri.
Pada contoh ekosistem di depan,
ditemukan banyak tanaman kelapa dan tanaman padi di sawah yang merupakan
kelompok tumbuhan hijau, sedangkan sepasang kupu-kupu, seekor burung kutilang
dan seekor burung elang di kebun, serta banyak cacing tanah, tikus dan burung
bangau di sawah merupakan kelompok hewan. Kelompok tumbuhan hijau merupakan
organisme yang dapat membuat makanan sendiri, sedangkan kelompok hewan
memperoleh makanan dari makhluk hidup lain.
Berdasarkan cara memperoleh
makanan, maka komponen biotik dapat dikelompokkan menjadi organisme autrotof
dan heterotrof.
1.
Organisme
Autotrof
Organisme ini
memperoleh makanan dengan cara mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik
menggunakan energi yang berasal dari sinar matahari. Berdasarkan sumber energi, organisme autotrof
dibedakan menjadi dua.
a. Organisme fotoautotrof ,
menggunakan sumber energi dari sinar matahari Contohnya alga, tumbuhan
berklorofil seperti tanaman jeruk, padi, mangga, kelapa, dan sebagainya.
b. Organisme kemoautotrof,
menggunakan sumber energi yang berasal dari energi hasil reaksi kimia.
Contohnya bakteri besi dan bakteri nitrit.
2.
Organisme
Heterotrof
Organisme ini
memperoleh makanan yang telah dibentuk oleh makhluk hidup lain. Contohnya
kupu-kupu mengisap madu bunga, tikus makan padi, elang makan tikus, dan
lain-lain. (Kistinnah Idun, 2009)
C. Interaksi Dalam
Ekosistem
Anda telah mengetahui bahwa di dalam ekosistem
terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen hidup
(biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) atau dengan lingkungan. Di dalam
ekosistem tersebut dapat dijelaskan terjadi saling ketergantungan antara
komponen biotik dengan komponen abiotik dan di antara komponen biotik sebagai
berikut:
1.
Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik
Tanaman padi selain membutuhkan sinar matahari
untuk proses fotosintesis sebagai penghasil sumber makanannya, juga membutuhkan
udara sekitar untuk bernapas serta membutuhkan air dan tanah agar dapat tumbuh.
Cacing tanah membutuhkan sisa-sisa bahan fragmen (remukan) tanaman padi sebagai
makanannya dan membuat lubang tanah sebagai tempat tinggalnya. Setelah cacing
tanah mati akan terurai menjadi bahan organik (zat hara) seperti karbon,
nitrogen, oksigen, pospor, dan belerang di dalam tanah atau yang terdapat di
atmosfer bagi kebutuhan tanaman padi untuk kelangsungan hidupnya.
Dari contoh tersebut dapat Anda simpulkan bahwa di
antara komponen-komponen abiotik seperti udara, tanah, air, dan cahaya serta
komponenkomponen biotik, yaitu padi dan cacing terjadi interaksi atau hubungan
sehingga terjadi saling ketergantungan. (Kistinnah
Idun, 2009)
2.
Interaksi Antarkomponen Biotik
Interaksi antarkomponen biotik dapat terjadi antara
individu dalam populasi maupun individu dalam komunitas.
Gambar.1. Kebun berbatasan dengan sawah
a. Interaksi Antarindividu dalam Populasi
Coba Anda bayangkan sebuah daerah kebun kelapa
seperti pada Gambar 1. Di tempat tersebut ternyata terdapat populasi tumbuhan
dan hewan. Coba temukan adanya interaksi antara individu-individu itu! Setiap
pohon kelapa merupakan individu dan kumpulan seluruh pohon kelapa sejenis yang
tumbuh di kebun merupakan populasi. Di dalam populasi kelapa pada saat
berbunga, ketika angin bertiup akan menyebabkan serbuk sari berterbangan dari
pohon satu ke pohon lainnya sehingga terjadilah penyerbukan silang. Peristiwa terjadinya
penyerbukan silang merupakan interaksi antarindividu di dalam populasi.
Interaksi pada tumbuhan terlihat tidak begitu jelas, interaksi akan terlihat
jelas pada hewan atau manusia.
b. Interaksi Antarindividu dalam Komunitas
Interaksi antarindividu dalam komunitas dapat
terjadi antarindividu sesama jenis dalam populasi seperti yang baru saja kita
bicarakan maupun interaksi terjadi antarindividu berbeda jenis atau berbeda
populasi. Ingat kembali, komunitas terdiri atas kumpulan species populasi dalam
suatu habitat.
Jika kita lihat di kebun kelapa juga terjadi
interaksi antarindividu dalam komunitas seperti pada Gambar 1. Pada saat
tanaman kelapa berbunga, datang sepasang kupu-kupu mengisap madu sebagai
makanannya, di kebun itu juga ada seekor burung kutilang yang sedang membuat
sarang di atas pohon, serta seekor burung elang bertengger di pelepah pohon
kelapa sedang mengawasi tikus-tikus di sawah sebagai makanannya, karena burung
elang sebagai predator juga dapat memakan burung kutilang ataupun kupu-kupu di
kebun itu. (Kistinnah Idun,
2009)
Dengan demikian dapat dikatakan, setiap jenis
makhluk hidup mempunyai fungsi masing-masing di dalam ekosistem, yaitu makhluk
hidup sebagai produsen, konsumen, pengurai (perombak), dan detritivor.
1)
Produsen
Di dalam ekosistem ada makhluk hidup yang dapat
membuat/ mencukupi kebutuhan dirinya sendiri yang disebut produsen primer
(autotrof). Jenis makhluk hidup autotrof ada dua macam, yaitu makhluk hidup
mensintesis makanannya dari molekul anorganik dengan bantuan energi sinar
matahari yang disebut fototrofik. Contohnya, semua tumbuhan hijau, alga, dan
bakteri belerang. Ada pada makhluk hidup yang mensintesis makanannya dari
molekul anorganik dengan energi kimia yang disebut kemotrofik, contohnya
bakteri pendaur nitrogen (Nitrosomonas). Produsen primer ekosistem darat
terdapat pada golongan tumbuhan tingkat tinggi, yaitu dari golongan
Angiospermae dan Gymnospermae yang membentuk hutan atau padang rumput,
sedangkan pada ekosistem air terdapat golongan tumbuhan tingkat rendah, yaitu
alga. (Kistinnah
Idun, 2009)
2)
Konsumen
Konsumen di dalam ekosistem adalah semua makhluk
hidup yang tidak dapat membuat makanannya sendiri yang disebut heterotrof,
sehingga makhluk hidup tersebut hanya dapat menelan atau mencerna sebagian,
bahkan keseluruhan makhluk hidup lain sebagai bahan makanan organik.
Ada beberapa tingkatan untuk makhluk hidup
heterotrof, yaitu sebagai berikut.
Konsumen tingkat pertama (primer). Organisme ini
akan memakan organisme produsen (tumbuh-tumbuhan) sebagai makanannya yang
disebut herbivora. Herbivora ekosistem darat meliputi Insekta, Aves, Reptil,
dan Mamalia. Herbivora yang termasuk dalam golongan Mamalia meliputi Ungulata
(hewan yang berkuku ganjil atau genap seperti sapi, kerbau, rusa, kuda dan
lain-lain) dan Rodentia (hewan pengerat dan penggerek seperti ulat penggerek
daun pisang, daun jati, dan lainlain). Sedangkan herbivora air meliputi
udangudangan kecil dan Moluska, hewan dari jenis ini ada yang pemakan
fitoplankton, pemakan bubuk sampah dan penyaring renik air seperti hepepoda,
remis, larva kepiting, dan kutu air. Hewan-hewan itu bersama-sama dengan
Protozoa merupakan komunitas terbesar zooplankton sebagai pemakan fitoplankton.
Pada tingkatan ini ada tumbuhan yang hidup sebagai parasit seperti tali putri
yang hidup menempel di tanaman perdu atau benalu yang hidup menumpang pada
pohon inang.
Konsumen tingkat kedua disebut karnivora sekunder
yang merupakan organisme pemakan produsen dan pemakan konsumen. Contohnya,
kucing makan nasi kemudian makan tikus.
Konsumen tingkat ketiga disebut karnivora atau
sebagai predator karena organisme itu makan mangsanya dengan cara berburu,
menangkap, membunuh, dan memakannya seperti harimau memburu dan menangkap rusa
kemudian menerkam (membunuh) dan memakannya. Jika predator itu lebih kecil dari
mangsanya disebut parasit, contohnya kutu yang menempel pada kerbau dan apabila
sebagai pemakan hewan yang telah mati disebut pemakan bangkai. Contohnya, heina
dan burung nazar yang memakan bangkai rusa.
3)
Pengurai (Perombak) dan Detritivor
Jika suatu ketika Anda menemukan tumbuhan atau
hewan yang telah mati dan keadaannya masih utuh (segar), apakah setelah selang
beberapa hari atau beberapa minggu bahkan sampai beberapa tahun keadaannya
masih utuh atau tinggal sebagian bahkan sudah hilang sama sekali? Tidak
demikian bukan? Setelah beberapa waktu, tumbuhan atau hewan yang mati akan
hancur menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan akhirnya akan hilang.
Hal itu dapat terjadi karena adanya kegiatan
organisme pengurai (perombak). Organisme pengurai mengeluarkan enzim selulosa,
tumbuhan, atau hewan menjadi lunak kemudian dirombak dan terurai menjadi bagian
kecilkecil lalu diserapnya. Terdapat sisa-sisa bahan fragmen (remukan atau
hancuran kecil-kecil lembut) yang disebut detritus, kemudian ada organisme yang
masuk menembus ke dalam tubuh tumbuhan atau hewan itu kemudian mencerna atau
memakan detritus, organisme tersebut disebut detritivor. Jenis-jenis detritivor
darat bertubuh besar seperti keluwing, kutu kayu, dan cacing tanah, sedangkan
jenis detritivor renik seperti belatung, rayap dan nematoda. Jenis-jenis
detritivor pantai seperti siput pantai, cacing pantai, dan tripang. (Kistinnah Idun, 2009)
D. Perubahan dan
Pemeliharaan Ekosistem Alam
1.
Perubahan Ekosistem Alam
Ekosistem dari waktu
ke waktu mengalami perubahan. Mengapa hal itu terjadi? Apa pengaruh dari
perubahan ekosistem itu bagi makhluk hidup? Lalu bagaimana cara memelihara
ekosistem supaya tetap seimbang? Untuk jelasnya simak uraian selanjutnya. 1.
Perubahan Ekosistem Sepanjang masa ekosistem mengalami perubahan baik struktur
maupun fungsi. Perubahan-perubahan ini mungkin hanya fluktuasi setempat yang
tidak berarti, tetapi mungkin juga cukup besar sehingga dapat mengubah
stabilitas hubungan suatu ekosistem. Perubahan ekosistem disebabkan oleh
hal-hal berikut. (Riana Yani, 2009).
Gambar. 2. Berbagai kegiatan manusia yang dapat
merusak ekosistem
a. Perkembangan secara
alami suatu ekosistem berupa perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ekosistem dalam perjalanannya menuju
kedewasaan atau keseimbangan. Perkembangan alami ini dikenal dengan istilah
suksesi.
b. Pengaruh atau faktor
luar, biasanya akibat ulah manusia.
1)
Suksesi
Masih ingatkah kamu tentang dinosaurus? Masih adakah hewan tersebut saat
ini? Di Indonesia, badak bercula satu, anoa, cendrawasih sudah termasuk langka.
Mengapa bisa langka? Apabila sebidang sawah dibiarkan, tidak diolah apa yang
terjadi dengan sawah tersebut? Kemudian apa pula akibat dari sebuah hutan yang
mengalami kebakaran? Hal-hal di atas hanya sebagian kecil penyebab terjadinya
perubahan ekosistem. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju
ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi akibat
perubahan lingkungan fisik dalam
komunitas. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
klimaks. Dikatakan klimaks karena ekosistem tersebut sudah stabil atau tidak
akan berubah lagi. Contoh klasik untuk menggambarkan peristiwa suksesi adalah
kejadian di Gunung Krakatau, Banten. Pada tahun 1883 Gunung Krakatau meletus,
semua kehidupan di gunung tersebut musnah.
Seratus tahun kemudian ternyata di Gunung Krakatau tersebut sudah terbentuk
hutan kembali. Bagaimana proses pembentukan kembali komunitas di Gunung
Krakatau tersebut? Mula-mula yang berkoloni adalah sejenis lumut kerak (lichen)
dan beberapa jenis lumut tertentu. Asam-asam yang dieksresi oleh Lichen itu
menghancurkan substrat batuan dan menyediakan sedikit tanah. Partikel tanah
tambahan terbentuk karena penghancuran oleh iklim dan terbawa angin.
Penghancuran dan pembusukan terhadap lichen dapat menambahkan sedikit humus
sehingga lumut lain menetap. Setiap musim terdapat pertumbuhan baru, yang lama
membusuk (menyediakan humus). Tidak lama kemudian tersedia cukup tanah untuk
paku-pakuan dan kemudian tumbuh rerumputan, kemudian semak (perdu). Keadaan ini
menyediakan kondisi pertumbuhan yang amat baik untuk biji-biji tumbuhan tinggi
(pohon).
Gambar.3. Tahap-tahap
suksesi
Biji, spora, dan benih dalam
bentuk lain datang dari luar dan sampai ke substrat baru dibawa oleh angin,
air, atau hewan. Tumbuhan atau organisme lain yang mampu menghuni untuk pertama
kali disebut tumbuhan pelopor (vegetasi perintis). Disebut vegetasi perintis
karena organisme tersebut mampu membuka lahan untuk hidupnya organisme lain.
Suksesi yang terjadi pada suatu lahan yang rusak total (tidak ada organisme
yang hidup) disebut suksesi primer. Jenis suksesi yang kedua adalah suksesi
sekunder. Suksesi sekunder terjadi jika suatu komunitas atau ekosistem alami
terganggu, baik secara alami maupun buatan, dan gangguan tersebut tidak merusak
total ekosistem tersebut. Banjir, kebakaran, angin kencang, gelombang laut, dan
penebangan hutan merupakan contoh-contoh gangguan tersebut. Proses dan faktor
yang berperan dalam suksesi sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi
primer. Contoh suksesi sekunder adalah tegalantegalan, padang alang-alang,
belukar-belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan. Komunitas ini
masih mengalami perubahan yang menuju ke arah komunitas klimaks, kecuali jika
dalam proses ini terjadi lagi gangguan maka suksesi akan mundur lagi dan mulai
lagi dari titik nol.
2)
Faktor-Faktor Luar
Selain disebabkan oleh peristiwa suksesi alam, perubahan-perubahan
lingkungan disebabkan pula oleh ulah manusia. Bahkan ulah manusia sangat besar
peranannya dalam mengubah keseimbangan lingkungan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberi kemudahan kepada manusia untuk memperlakukan
lingkungan sesuai dengan kehendaknya. Penebangan hutan menjadi semena-mena.
Pembukaan lahan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti real estate,
villa, atau bahkan pabrik-pabrik industri dilakukan tanpa perhitungan yang
matang, serta penggunaan dinamit atau trawl (pukat harimau) dalam menangkap
ikan. (Riana Yani, 2009).
Berikut adalah beberapa kenyataan perubahan lingkungan yang terjadi akibat
ulah manusia:
1) Menciutnya Areal Hutan
Banyak hal yang dapat menyebabkan menciutnya areal
hutan, antara lain: a) Penebangan liar Menurut penelitian tahun 1986/1987,
penebangan kayu untuk tujuan komersial mencapai 80 ribu hektar/tahun. b)
Kebakaran hutan Walaupun kebakaran hutan dapat terjadi secara alami, ulah
manusia kadang-kadang dapat memicu peristiwa ini. Kebakaran hutan akan
menurunkan kualitas tanah tersebut sehingga sulit untuk ditanami lagi. Dalam
periode 1979-1984 kebakaran hutan mencapai 70 ribu hektar/ tahun. c) Pembukaan
hutan untuk tujuan proyek-proyek pembangunan pada periode yang sama mencapai
250 hektar/tahun d) Akibat konversi lahan untuk perkebunan termasuk peladangan
berpindah (di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya) mencapai 500 hektar/ tahun. (Riana
Yani, 2009).
Gambar.4. Kebakaran hutan
2) Meningkatnya pencemaran
Menurut Supardi (1994) yang dimaksud pencemaran
lingkungan adalah terjadinya pencemaran yang dapat menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan makhluk hidup,
sedangkan menurut Sasatra Wijaya (1991) pencemaran lingkungan terjadi apabila
ada penyimpangan dari lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran dan berakibat
jelek terhadap lingkungan. (Riana Yani, 2009).
3) Macam-macam pencemaran
Berdasarkan macamnya, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi,
pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara.
a) Pencemaran Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam (SDA) yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Ketersediaan zat organik, anorganik, serta mikroorganisme akan menentukan
kesuburan tanah. Tanah dapat tercemar dan kehilangan kesuburannya oleh
bahan-bahan pencemar (polutan), seperti insektisida, fungisida, herbisida,
penggunaan pupuk yang berlebihan, dan limbah industri. Pencemaran tanah juga
dapat disebabkan oleh limbah yang tidak dapat menjadi tanah secara singkat,
seperti plastik, kaca, dan styrofoam.
b) Pencemaran air
Pencemaran air, menurut Fardiaz (1992) adalah penyimpangan sifat-sifat dari
keadaan normal. Dalam keadaan normal sebenarnya air telah mengandung
bahan-bahan terlarut, seperti O2 , CO2 , N2 , debu dan partikel-partikel lain. (Riana
Yani, 2009).
c) Pencemaran udara
Adanya zat pencemar ke udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi)
udara dari keadaan normal dan berpengaruh jelek terhadap semua makhluk hidup. (Riana
Yani, 2009).
2.
Upaya Manusia Dalam Pemeliharaan
Ekosistem
Air, udara, dan
tanah adalah sumber daya alam (SDA) "milik bersama". Penyalahgunaan
SDA milik bersama tersebut/ disebabkan oleh diabaikannya, biaya-biaya
lingkungan hidup yang timbul di dalam aktivitas pembangunan, misalnya pabrik
semen tidak menukirkan pencemaran udara, karena fungsinya
memproduksi semen. Nelayan hanya memikirkan bagaimana mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya, pengusaha hutan hanya memikirkan kayu sebanyak-banyaknya. Contoh lain sebuah pabrik tekstil meminimalkan ongkos dengan cara membuang limbahnya langsung ke sungai. Simgai tercemar dan masyarakat yang menanggung ongkos pembersihannya. Bertolak dari asas lingkungan hidup adalah milik bersama, berarti pemeliharaannya juga harus dilaksanakan bersama.
memproduksi semen. Nelayan hanya memikirkan bagaimana mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya, pengusaha hutan hanya memikirkan kayu sebanyak-banyaknya. Contoh lain sebuah pabrik tekstil meminimalkan ongkos dengan cara membuang limbahnya langsung ke sungai. Simgai tercemar dan masyarakat yang menanggung ongkos pembersihannya. Bertolak dari asas lingkungan hidup adalah milik bersama, berarti pemeliharaannya juga harus dilaksanakan bersama.
Beberapa
upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki kerusakan
ekosistem: (Riana Yani, 2009).
a.
Tidak menebang hutan sembarangan. Penebangan hutan
harus sesuai dengan peraturan HPH yang berlaku. Syarat penebangan hutan antara
lain harus menggunakan sistem "tebang pilih", dan harus menanam
kembali setdah menebang.
b.
Mengalakkan penghijauan/reboisasi
c.
Mencegah kebakaran hutan. Kebakaran hutan mungkin
dapat dicegah antara lain dengan membuat menara-menara pengawas, agar pehigas
dapat mengawasi kejadian-kejadian dengan segera, menghindari pembuatan api di
hutan.
d.
Membuat suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional,
taman burung, hutan lindung dan sebagainya
e.
Penataan tata ruang wilayah perlu direncanakan.
Setiap daerah dibangun sesuai dengan zona peruntukannya seperti zona
industri, pemukiman, perkebunan, dan pertanian.
f.
Proyek pembangunan yang berdampak negatif harus
dikendalikan melalui penerapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan)
g.
Pengendalian kerusakan lingkungan melalui pengelolaan
daerah aliran sungai (DAS), rehabilitasi bekas pembangunan dan bekas galian
tambang dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan
h.
Penanggulangan pencemaran tanah, air, dan udara,
misalnya:
1)
Tidak menggunakan pestisida, fungisida dan herbisida
tanpa aturan;
2)
Mencari pestisida pengganti (pengendalian hama sec.
Biologi);
3)
Tidak membuang limbah sembarangan;
4)
Pengembangan baku mutu air dan udara;
5)
Menggunakan pupuk buatan sesuai aturan;
6)
Mengelola sampah/limbah dengan prinsip3r;
a)
Reduce yaitu
mengurangi pengguraan jenis barang yang banyak sampah
b)
Reuse,
yaitu menggunakan kembali barang atau kemasan barang yang sudah
dipakai
c)
Recycle, yaitu
mendaur ulang sampah yang dihasilkan
i.
Pengembangan peraturan
perundang-undangan mengenai lingkungan hidup
j.
Penerapan hukum yang tegas bagi
pelanggar peraturan.
E. Pemanfaatan
Komponen Ekosistem bagi Kehidupan
Seperti yang
telah Anda pelajari sebelumnya, bahwa komponen ekosistem yang terdiri atas komponen biotik
dan komponen abiotiknya memiliki
manfaat penting bagi kehidupan ini. Komponen abiotik, contohnya air, merupakan materi yang tidak
dapat dipisah dari kehidupan ini. Air
merupakan komponen yang penting dalam siklus biogeokimia. Banyak sekali manfaat air bagi kehidupan,
contohnya sebagai sarana transportasi,
pengairan persawahan, dan bahkan sebagai penggerak turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). (Rikky Firmansyah, 2009)
Contoh
komponen lainnya yang juga memiliki peran penting bagi kehidupan adalah cahaya matahari, tanah, dan
suhu. Cahaya matahari merupakan
sumber energi bagi hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini. Bagi tumbuhan, cahaya matahari digunakan
untuk proses fotosintesis. Telah Anda
ketahui pada subbab sebelumnya, bahwa fotosintesis bertujuan menghasilkan zat makanan bagi tumbuhan.
Manusia memanfaatkan cahaya
matahari untuk beberapa keperluan. Manusia umumnya memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh
radiasi cahaya matahari, seperti untuk menjemur
pakaian, mengeringkan ikan asin, menguapkan tambak garam untuk diambil garamnya, bahkan untuk
menggerakkan motor listrik tenaga surya. Komponen abiotik lainnya dalam suatu
ekosistem, contohnya tanah. Tanah bagi
sebagian organisme sangatlah penting. Bagi tumbuhan, tanah merupakan tempat untuk menancapkan tubuhnya
agar dapat tumbuh dan tegak.
Selain itu, bagi tumbuhan, tanah juga merupakan tempat terdapatnya sumber makanan, seperti
unsur-unsur nutrien. Kemudian, tanah bagi
hewan-hewan tertentu, berfungsi sebagai tempat tinggal dan pelindung dari pemangsa serta cuaca yang
ekstrim. (Rikky Firmansyah,
2009)
Komponen
biotik, seperti produsen, konsumen, dan dekomposer yang di dalamnya mencakup manusia, hewan, tumbuhan
memiliki peran yang sangat penting
bagi kehidupan. Masing-masing dari komponen tersebut dapat saling berinteraksi dan terlibat dalam
proses perpindahan energy pada suatu
rantai makanan. Apabila salah satu dari komponen tersebut punah atau langka maka akan terjadi
ketidakseimbangan ekosistem, yang mana hal ini
sangat merugikan bagi manusia. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal dan pikiran, mencoba
memanfaatkan berbagai komponen biotik bagi kesejahteraannya. Sejak lama,
manusia telah memanfaatkan berbagai hewan untuk diternakan, diambil dagingnya, digunakan
sebagai obat, bahkan sebagai alat
transportasi. Selain hewan, manusia juga telah lama memanfaatkan berbagai tumbuhan untuk dibudidayakan sebagai
sumber makanan dan obat-obatan. (Rikky Firmansyah, 2009)
Dapat
disimpulkan bahwa setiap komponen biotik memiliki peran yang penting bagi kehidupan ini. Dari uraian yang
telah dijelaskan, Anda pasti telah
dapat menyimpulkan sesuai pemahaman Anda mengenai pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan
ini, bukan? Sekarang dapatkah Anda
menyebutkan contoh lainnya mengenai pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan ini?
1.
Ekosistem merupakan interaksi antara
organisme hidup dan lingkungan abiotiknya yang terjadi di dalam suatu
komunitas.
2.
Komponen penyusun ekosistem terdiri atas dua
macam, yaitu komponen abiotik dan komponen biotik.
3.
Contoh komponen abiotik adalah suhu, cahaya,
tanah, dan angin. Adapun contoh komponen biotik adalah manusia, hewan, dan
tumbuhan.
4.
Dalam sebuah ekosistem, komponen biotik
memiliki tiga peran utama, yaitu sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer.
5.
Adanya interaksi antara kemampuan abiotik dan
biotik menimbulkan daur biogeokimia yang terdiri atas siklus air, siklus karbon,
siklus nitrogen, dan siklus fosfor.
6.
Ekosistem terdiri atas sistem darat,
ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
7.
Di dalam ekosistem terdapat proses
perpindahan energi dan biomassa. Proses ini terjadi melalui peristiwa makan dan
di makan, yaitu pada rantai makanan dan jaring-jaring makanan. (Rikky Firmansyah, 2009)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat
dan saling memengaruhi.
2.
Tingkatan-tingkatan satuan makhluk hidup
dalam ekosistem meliputi sel, jaringan, organ, sistem organ,
individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.
3.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor biotik
(tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) dan faktor abiotik (tanah, air,
udara, suhu)
4.
Ekosistem terdiri atas sistem darat, ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
5.
Saling ketergantungan antara komponen penyusun ekosistem tersebut terbagi
menjadi saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik serta
saling ketergantungan antarkomponen biotik. Saling ketergantungan antarkomponen
biotik terbagi lagi menjadi saling ketergantungan antara makhluk hidup sejenis
(interspesies) dan saling ketergantungan antara makhluk hidup yang berbeda
jenis (antarspesies).
B. Saran
Hendaknya kita
sebagai siswa dapat memahami dengan mendalam mengenai materi Ekosistem ini
karena disinilah kita hidup dan berinteraksi dengan segala ciptaan Tuhan agar
tidak saling merugikan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fictor
Ferdinand, 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Herni Budiati, 2009. Biologi : untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Idun Kistinnah, 2009. Biologi 1 : Makhluk Hidup dan
Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta
: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Moch Anshori, 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rasti
Septianing dkk, 2013. Panduan Belajar Biologi 1A SMA Kelas X.
Yudhistira : Jakarta.
Riana Yani dkk;
2009. Biologi 1 : Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Rikky Firmansyah, 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1
: untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Subardi dkk, 2009. Biologi 1 : untuk Kelas X SMA/ MA.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi :
Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Widayati Sri. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
No comments:
Post a Comment