PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA GENERASI MUDA
A. Hakikat Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan
merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih
daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu
belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam
sebagai suatu system keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang
secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Pengertian
pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan
konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara
bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan
saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan
ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal. Hasan
Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.
Dari berbagai
literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam. Menurut Athiyah
Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna
dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam
bekerja dan manis tutur sapanya. Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian
bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan
menurut Syed Muhammad Naqib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan
sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara
bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.
Dari definisi
dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu adanya
proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu ”
sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.Jadi definisi
pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Jadi
pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari
pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian
itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan denagn
apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan tindakan yang bertalian
dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan
pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu
dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah
kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam
kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan
masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan
kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya
mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif, dipujikan serta
terpuji.
2. Karakteristik Dalam Pendidikan Islam
Islam
diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus
Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada
Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina
dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan
manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang
dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia
mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta
isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan
menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman
akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan
itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari
dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya
menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian
pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang
tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11). Bahkan
syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya,
ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin
Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi
dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat
dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai
kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka
akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya
dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya.
Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya
karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal
shalihnya.”
Kebodohan
adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena
itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh
Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal
ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal
penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW
menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan
pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar
dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan
pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S.
Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks
sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala
kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut
juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus
yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan
Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak
sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka
tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap
tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah
dicapai.
Menurut Abdul
Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia
yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah
kepada Allah.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :“ Dan
Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji,
serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal,
pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah
merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat
mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah
jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan
manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan
dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan
pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan
yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan
rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah
laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan
masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan
akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan
akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan
pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan
masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
B. Mengapa Diperlukan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci
untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu
akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan
program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan
juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang
memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga)
tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan
jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah).
Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan
pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman
Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya,
pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil
dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan
fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam
pendidikan ruhiyah, fikriyah dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan
dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada
pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan
kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang
kehidupan.
Pendidikan yang diajarkan Allah
SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan
agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai
Ilah saja.Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang
diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga
diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan
Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan
menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini
memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga
menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui
latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah,
berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan
latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan.
Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya
menjadi gaya hidup sehari-hari.
C. Pentingnya Pendidikan Agama Islam pada Generasi Muda
Pendidikan bertujuan untuk membentuk
suatu perilaku yang baik pada generasi muda muslim, yang berdasarkan dengan
aqidah Islam serta ketauhidannya kepada Allah SWT., bergaul dengan teman yang
mempunyai akhlak yang baik pula, memperdalam gama dengan berbagai cara,
misalnya saja mempelajari hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam
agar pengetahuannya bertambah semakin luas.
Islam mempunyai tujuan untuk
menanamkan jiwa kemasyarakatan yang sangat penting dan berguna kelak ketika
sudah berkeluarga, dan sekarang seorang pemuda mempunyai tugas untuk berlatih
dalam masyasakat sedikit demi sedikit agar kelak tidak kesulitan ketika terjun
langsung dalam masyarakat. Hal itu memerlukan kesadaran yang muncul dalam diri
sendiri, atau ada juga dorongan dari luar misalnya saja keluarga atau teman di
sekelilingnya sehingga dengan begitu ada perasaan yang membangkitkan semangat
untuk mau keluar dan belajar bermasyarakat demi tercapainya masa depan yang
menjanjikan.
Manusia itu dilahirkan dalam keadaan
tidak mengetahui apapun, kemudian Allah swt. menugaskan manusia untuk mencari
tahu apa yang ada di sekelilingnya serta mempelajari setiap perubahan-perubahan
yang terjadi melalui panca indra. Sudah seharusnya sebagai generasi muda untuk
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari dan mencintai setiap proses yang
terjadi. Sehingga sejak dini sudah tercipta suatu karakter individu yang bisa
menghadapi hambatan-hambatan yang suatu saat pasti akan terjadi.
Melalui pendidikan dan pengajaran,
berdampak pada akhlak yang baik. Apabila seseorang yang pada awalnya belum
begitu mengetahui tentang ilmu agama, kemudian ia mempunyai niat untuk
memperdalam ilmu agamanya dengan cara menuntut ilmu di sekolahan yang berbasis
agama, maka dengan seiring berjalannya waktu ia akan mengerti tentang ilmu
agama. Selain itu moralnya juga menjadi lebih baik lagi dari pada sebelumnya.
Kemudian ketika di dalam masyarakat ia sudah siap apabila di minta tolong untuk
melakukan suatu hal yang berhubungan dengan agama. Pendidikan juga sebagai
sarana untuk mempelajari aspek-aspek dalam kehidupan yang menjadikan para
pemuda mempunyai dasar pemikiran yang kokoh. Karena dengan dengan itu seseorang
menjadi terbiasa dalam berfikir secara kritis dan dengan dasar-dasar pendidikan
agama Islam seseorang dapat berfikir secara jernih dan tidak bingung apabila
menghadapi persoalan kehidupan. Dengan terwujutnya suatu karakter pada generasi
muda akan berdampak positif baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang
di sekitarnya, dan menjadikan perubahan dalam masyarakat, yang dulunya sangat
pasif, tidak mengetahui agama secara keseluruhan, dan berakhlak yang kurang,
sekarang menjadi aktif dalam segala hal, berwawasan luas, berakhlak yang baik.
Karena jika seseorang kepribadiannya masih sangat kuno, pasti akan banyak
sekali masalah-masalah yang muncul yang mengakibatkan pertentangan antar
individu atau antar kelompok. Mereka tidak bisa berfikir positif dan menjadi
semena-mena dalam menentukan keputusan.
Islam memiliki rahasia di dalamnya.
Islam membawa kebahagiaan dunia akhirat yang mempunyai dampak yang sangat baik
bagi manusia. Islam menjelaskan setiap aspek-aspek dalam kehidupan. Seperti
yang dijelaskan oleh (hafidz, kastolani, 2009:11) bahwa agama islam yang hanif
merupakan pedoman dalam kehidupan, individu atau masyarakat, aspek material
atau spiritual secara bersamaan. Islam memperjelas makna ibadah dan mempertegas
nilai kerja, memperhatikan segala aspek kehidupan, mengatur urusan duniawi
seluruhnya sebagai jalan satu-satunya menuju kehidupan akhirat.islam
memperhatikan seluruh aspek kehidupan dengan berbagai aturannya. Baik aspek
ekonomi, politik, pemerintahan, ilmu, kemasyarakatan dan lain sebagainya.
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam
kehidupan ini ada berbagai macam dan mungkin akan semakin bertambah seiring
berjalannya waktu, misalnya saja kesadaran yang masih sangat lemah, banyaknya
pendidikan islam yang belum mengimplikasikan visi dan misinya secara nyata,
yang dalam kegiatan di sekolah kurang menerapkan perilaku-perilaku yang telah
di ajarkan pada agama islam. Banyak pula teknologi yang semakin maju yang
mengakibatkan generasi muda menjadi terlena akan hal itu dan menjadikannya semakin
malas untuk beraktifitas dan keluar melihat bagaimana keadaan sekitarnya,
bahkan kurangnya motivasi yang mana sebenarnya merupakan faktor yang sangat
penting. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Generasi muda harus
pintar-pintar dalam melakukan suatu hal, mereka harus berfikir secara matang
serta tidak melupakan akibat-akibatnya yang akan terjadi. Karena apabila para
pemuda tersebut lalai dalam hal sekecil pun, maka akan mendatangkan suatu
penyesalan yang besar nantinya. Maka untuk itu islam mengajarkan
solusi-solusinya dari setiap hambatan-hambatan tersebut. Seperti islam
mengajarkan kepada umat islam agar tidak berputus asa dalam menghadapi sesuatu
dan anjuran untuk bersungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang di inginkannya
sehingga apabila generasi muda mulai melemah semangatnya menjadi bangkit
kembali karena telah mendapatkan ajaran agama islam tersebut.
Pendidikan islam yang masih sangat
minim dalam menerapkan visi dan misinya seharusnya meningkatkan upaya-upaya
yang berhubungan dengan visi misi tersebut. Atau mungkin para guru lebih
memperhatikan peraturan-peraturan dan memberi sangsi apabila ada siswa yang
melanggar. Selain itu para guru juga menganjurkan kepada siswanya untuk
berpakaian sopan selayaknya tuntunan agama Islam yang harus menutup aurotnya
khususnya bagi putri. Para siswa juga perlu untuk diajari tentang bagaimana
baca tulis Al-quran secara benar dan dijelaskan pula makna dari setiap ayat
Al-Quran, dengan tujuan supaya siswa tidak menghiraukan kitabnya sendiri. Dalam
hal ini peran generasi muda adalah selalu memperhatikan cara-cara mendidik
siswa yang benar menurut ajaran agama Islam dan dapat diterima secara utuh oleh
siswa serta ajaran tersebut dapat direalisasikan secara langsung karena telah
mendarah daging dan tertanam dalam jiwa para siswa.
Manfaat pendidikan agama Islam utuk
masa depan ada banyak sekali, khususnya apabila sudah berkeluarga, pendidikan
tersebut berperan sebagai pengetahuan untuk mendidik diri sendiri dan
keluarganya kelak, dalam bermasyarakat, dan juga sebagai perisai untuk
cobaan-cobaan perkembangan zaman yang semakin beraneka ragam. Semua itu tidak
akan berjalan lancar apabila tidak ada kekuatan iman yang mendasar pada diri
generasi muda. Karena dengan iman, seseorang mempunyai pendirian yang akan
mempertahankannya dari berbagai situasi dan kondisi yang akan terjadi.
Seperti yang dijelaskan oleh (Hafidz,
Kastolani, 2009:157) bahwa sesungguhnya pendidikan Islam merupakan model
pendidikan yang telah menumbuhkan generasi beriman, siap mengorbankan dirinya,
berkhidmat untuk masyarakat, dan memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada
umat manusia, telah menunaikan peran yang istimewa dalam mentransfer
nilai-nilai keislaman dan peradaban Islam dari generasi terdahulu kepada
generasi mendatang dan dari generasi tua kepada generasi muda. Pendidikan Islam
dan peradaban Islamharus bersama-sama sebagai satu kesatuan dalam menghadapi
tantangan zaman yang semakin kompetitif. Hendaknya kaum muslimin dapat
menghadapi berbagai tantangan ini dengan sikap konsisten, baik sebagai
individu, kelompok, bangsa dan masyarakat, Negara atau pemerintah sehingga
dapat menunaikan amanah islam yang telah diamanatkan Allah SWT.
Maka untuk itu pentingnya pendidikan
agama Islam pada generasi muda ialah untuk mewujudkan cita-cita masyarakat
Islam yang sesuai dengan perintah Allah swt. dan menanamkan Akhlakul Karimah
sebagai bekal menuju jalan yang telah disiapkan oleh allah swt. untuk
hamba-hambanya yang mau dengan ikhlas belajar sesuai dengan ajaran Islam.
D. Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam Pada
Generasi Muda
Al-Qurthubi
menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga
tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan
rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan
mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah
ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini
artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.
Menurut
pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan
di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak
atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang
kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi
kehidupan bersama. Ia dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Lulusan sekolah yang kurang kuat
imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh
tantangan di masa mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan
Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan
Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal
maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara
serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik. Pertama, Pendidikan
akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencetak generasi
muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar
dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam
radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang
akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua,
Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan
kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan
terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat
ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit
anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan
sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik
bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara
mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan
akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar dari para
orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi
rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman
pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara
optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak.
Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama,
masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan
keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini
adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
No comments:
Post a Comment