Tuesday, 19 December 2017

MAKALAH ASKEP OSTEOMILITIS

Mata Kuliah                 : Kep. Gawat Darurat II
Dosen Pembimbing      : Ikdafilla, S. Kep., Ns.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
“OSTEOMILITIS”





OLEH :
KELOMPOK  III



1.      DWI MAYU FITRIANI
2.      NELLY AGUSTINA
3.      ABDURRAHMAN
4.      FITRIANI HASAN
5.      RIZAL FANDI
6.      AMAR
7.      IRMAWATI
8.      IRMAYANTI






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PUANGRIMAGGALATUNG BONE

 
2017


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat  Allah SWT atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II  sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah  juga menjadi salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai nilai tambah. Kami membuat makalah ini berdasarkan sistematika yang diberikan Dosen Pembimbing Ikdafilla, S.Kep., Ns. dengan menggunakan Buku Panduan dan dari berbagai literatur sebagai sumber referensi utama.
Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai bekal yang nanti akan berguna bagi kami.  Oleh karena itu makalah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi sempurnanya makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak dan instansi yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.


Watampone, 23 Februari 2017

    Kelompok III







DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN
A.       Konsep Dasar Medis  ..........................................................               3
1.         Definisi.........................................................................               3
2.         Etiologi.........................................................................               3
3.         Insiden..........................................................................               5
4.         Patofisiologi..................................................................               5
5.         Manifestasi Klinis.........................................................               6
6.         Test Diagnostik.............................................................               7
7.         Terapi............................................................................               7
8.         Komplikasi ...................................................................               8
9.         Prognosis .....................................................................               8
B.       Konsep Asuhan Keperawatan..............................................               8
1.         Pengkajian....................................................................               8
2.         Diagnosa Keperawatan.................................................               9
3.         Intervensi Keperawatan................................................               10
4.         Implementasi Keperawatan .........................................               16
5.         Evaluasi Keperawatan..................................................               16
BAB III.. PENUTUP
A.       Kesimpulan...........................................................................               18
B.       Saran.....................................................................................               18
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satupenyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya disebabkanoleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra ,tulang pelvic, tulang tengkorak dan mandibula.Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa infeksi akanberlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal hal yang sebenarnya adalahosteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut punya alirandarah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan dibagian tubuh yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001). 
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. (Yuliani, 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah
terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. (Randall, 2011).
Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki mekanimepertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang terinfeksi.Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak danorang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologik.Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinyaburuk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus.
Selain itu, pasien yang menderitaartitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsisrentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukanevakuasi hematoma pasca operasi.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan  Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.

C.  Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomielitis.
2.        Untuk mengetahui penyebab osteomielitis.
3.        Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomielitis
4.        Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomielitis
5.        Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
6.        Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomielitis.
7.        Untuk mengetahui penatalaksanaan klien yang mengalami osteomielitis.
8.        Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien yang mengalami osteomielitis.
.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR MEDIS
1.         Defenisi
a.    Osteomielitis adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influenza. (Risnanto, 2014)
b.    Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. (Suratun, 2008)
c.    Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C,  2002).
d.   Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
e.    Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
f.     Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
g.    Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
h.    Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat timbul dari inokulasi langsung oleh organisme penyebab, misalnya pada fraktur terbuka, atau berasal dari penyebaran hematogen. (Davey, Patrick.2005)
2.         Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
a.         Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah 
Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella,  dan  Proteus.
b.         Virus
c.         Jamur
d.        Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C,  2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
a.         Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
b.         Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
c.         Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani  pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

3.         Insiden

Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

4.         Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan  penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C,  2002).
5.         Manifestasi Klinis
a.         Infeksi dibawa oleh darah
1)   Biasanya awitannya mendadak.
2)   Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
b.        Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c.         Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
d.        Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
6.         Test Diagnostik
a.         Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
b.         Pemeriksaan titer antibodi–anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
c.         Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
d.        Pemeriksaan Biopsi tulang
e.         Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
f.          Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
7.         Terapi
a.         Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
1)        penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
2)        Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
3)        Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
4)        Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
b.        Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
c.         Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
d.        Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.
e.         Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C
8.         Komplikasi
a.         Dini :
1)        Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2)        Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
3)        Atritis septik
b.         Lanjut :
1)        Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena
2)        Fraktur patologis
3)        Kontraktur sendi
4)        Gangguan pertumbuhan
9.         Prognosis
Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki dengan diagnosis dini dan terapi yang agresif.  (King R., 2004) Pada osteomyelitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah. (Samiaji E., 2003)

B.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Pengkajian
a.         Riwayat keperawatan
1)        Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam.
2)        Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya. Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
b.         Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
c.         Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d.        Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
2.         Diagnosa Keperawatan
a.         Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b.         Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan
c.         Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
d.        Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
e.         Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
f.          Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
g.         Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
3.         Intervensi Keperawatan
DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
a.         Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan
b.         Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal
c.         Intervensi dan Rasionalisasi :
No
Intervensi
Rasionalisasi

1.



2.



3.


4.


5.



6.
Mandiri :
Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)
Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)


Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka

Amati perubahan suhu setiap 4 jam


Kompres air hangat


Kolaborasi :
Pemberian obat-obatan analgesik

1.        Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya

2.        Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an yang luka.

3.        Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri
4.        Untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi

5.        Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman


6.        Mengurangi rasa nyeri

DP. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan  keterbatasan menahan beban berat badan.
a.         Tujuan / Hasil Pasien :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
b.         Kriteria Hasil :
1)        Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2)        Mempertahankan posisi fungsional
3)        Meningkatkan / fungsi yang sakit
4)        Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
c.         Intervensi dan Rasionalisasi :
No.
Intervensi
Rasionalisasi

1.


2.




3.


4.

5.



6.

7.
Mandiri :
Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan
Ubah posisi secara periodik
Kolabortasi :
Fisioterapi / aoakulasi terapi

1.        Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang

2.        Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien


3.        Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien
4.        Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan
5.        Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi

6.        Mengurangi gangguan mobilitas fisik
7.        Mengurangi gangguan mobilitas fisik


DP. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
a.         Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
b.         Kriteria Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh normal
c.         Intervensi dan Rasionalisasi
No
Intervensi
Rasionalisasi

1.



2.



3.


4.




5.
Mandiri :
Pantau  Suhu tubuh setiap 2 jam, Warna kulit , TD, nadi dan pernapasan, Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit.
Lepaskan pakaian yang berlebihan



Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.
Motivasi asupan cairan



Kolaborasi :
Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran

1.        Memberikan dasar untuk deteksi hati


2.        Pakaian yang tidak berlebihan  dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.
3.        Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan  kenyaman pasien.
4.        Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

5.        Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu tubuh

DP, 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
a.         Tujuan / Hasil Pasien  :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
b.         Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
c.         Intervensi dan Rasionalisasi :
No
Intervensi
Rasionalisasi

1.


2.



3.




4.




5.
Mandiri :
Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien

Kaji patologi masalah individu.



Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.

Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.


Kolaborasi :
Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

1.        Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol
2.        Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik 
3.        Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.
4.        Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan. rapeutik.

5.        Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya

DP. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
a.         Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
b.         Kriteria Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
c.         Intervensi dan Rasionalisasi :
No
Intervensi
Rasionalisasi

1.


2.



3.


4.



5.



6.
7.

8.



9.
Mandiri :
Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi
Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling
Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari
Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur
Instruksikan tindakan relaksasi
Kurangi kebisingan dan lampu

Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin
Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi

1.        Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
2.        Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis


3.        Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang
4.        Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun
5.        Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari

6.        Membantu menginduksi tidur
7.        Memberikan situasi kondusif untuk tidur
8.        Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi

9.        Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru

DP. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
a.         Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
b.         Kriteria Evaluasi :
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri.


c.         Intervensi dan Rasionalisasi :
No
Intervensi
Rasionalisasi

1.



2.

3.




4.


5.

6.
Mandiri :
Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

Anjurkan program hemat energi

Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap



Kaji respon abdomen setelah beraktivitas

Berikan kompres air hangat

Beri waktu istirahat yang cukup

1.        Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung
2.        Mencegah penggunaan energi berlebihsn
3.        Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
4.        Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat
5.        Kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri
6.        Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan

DP 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
a.         Tujuan / Hasil Pasien :
Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
b.         Kriteria Hasil:
Mencapai waktu penyembuhan
c.         Intervensi dan rasionalisasi:
No.
Intervensi
Rasionalisasi

1.


Mandiri:
Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.
1.        Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.
2.

Ambulasi dengan kantung drainase dependen.
2.        Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.
3



.
Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.
3.        Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi
4.


Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.
4.        Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.
5.


Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu
5.        Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.
6.
Gunakan pelindung kulit tipe ostomi
6.        Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi.

7.
Kolaborasi:
Berikan antibiotic sesuai indikasi

7.        Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi.

4.         Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan, terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data dan bila terjadi hal demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.
5.         Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a.         Mengalami Peredaan Nyeri
1)        Melaporkan berkurangnya nyeri
2)        Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3)        Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
b.        Peningkatan mobilitas fisik
1)        Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
2)        Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
3)        Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
c.         Tidak adanya infeksi
1)        Memakai antibiotika sesuai resep
2)        Suhu badan normal
3)        Tidak ada pembengkakan
4)        Tidak ada pus
5)        Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
6)        Biakan darah negative
d.        Mamatuhi rencana terapeutik
1)        Memakai antibiotika sesuai resep
2)        Melindungi tulang yang lemah
3)        Memperlihatkan perawatan luka yang benar
4)        Melaporkan bila ada masalah segera
5)        Makan diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
6)        Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
7)        Melaporkan peningkatan kekuatan
8)        Tidak melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002). 







BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkanoleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi umumnyamengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranyadari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan virus juga dapatmenginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus ,radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulangyang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak  vaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut, subakut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka danmembengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun seringmenyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluarannanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah daritulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebabmemiliki gambaran radiologik yang mirip.
Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihatsetelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis,sekwestrum dan involikrum.Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengandebridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untuk yangakut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.

B.  Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteomilitis ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001.  Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Davey, Patrick.2005.At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Harrison. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Helmi, Zairin Noor. 2012. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

King R., 2004, Osteomyelitis, Emedicine.Com, Inc.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika. UMY.

Pamela L. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.

Risnanto, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Deepublish : Yogyakarta


Samiaji E., 2003, Osteomyelitis, Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo, Fakultas Kedokteran

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: EGC.



 
Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment